Dunia startup Indonesia di tahun 2015 ini menjadi semakin seru berkat kehadiran dua atau lebih startup dengan bisnis di ranah yang sama. Sepanjang tahun, mereka terus berusaha untuk bisa lebih baik dari pesaingnya.
Berbeda dengan pertandingan sepakbola, bisnis startup memang tidak mengenal kata kalah dan menang. Beberapa startup bisa tetap meraih kesuksesan walaupun bergerak di bidang yang sama. Namun demi menjaga agar bisnis mereka berkembang, atau setidaknya menjaga agar perusahaannya bertahan, mau tak mau startup-startup tersebut harus saling berduel.
Duel terjadi mulai dari memperebutkan pendanaan investor, meraih sebanyak mungkin pengguna, hingga beradu cepat meluncurkan produk baru. Berikut ini adalah startup-startup yang menjalani persaingan paling sengit di tahun 2015.
Tokopedia vs BukaLapak
Dunia marketplace di Indonesia awalnya hanya didominasi oleh pemain asing seperti OLX dan produk-produk Rocket Internet. Kehadiran marketplace lokal, seperti Tokopedia dan BukaLapak pun membuat bisnis marketplace menjadi lebih ramai dan makin bergairah. Apalagi kemudian keduanya sama-sama mendapat pendanaan dalam jumlah yang besar.
Tokopedia berhasil mendapatkan pendanaan sebesar $100 juta (sekitar Rp1.4 Triliun) pada bulan Oktober 2014, setelah sebelumnya enam kali meraih pendanaan dengan jumlah yang tidak disebutkan.
Sedangkan BukaLapak, walaupun belum pernah secara resmi menyebutkan jumlah uang yang mereka dapat dari empat kali pendanaan, dikabarkan mendapatkan pendanaan yang cukup besar.
Dari sisi jumlah pengguna, keduanya pun terus bersaing. Tokopedia telah mempunyai 300.000 penjual aktif dengan enam juta produk terjual setiap bulannya. Mereka pun telah menjalin kerjasama dengan sembilan perusahaan logistik, termasuk GO-JEK. Seperti tak mau kalah, BukaLapak, yang di awal tahun 2015 baru mempunyai 163.000 penjual, kini telah mempunyai 450.000 penjual.
Persaingan Tokopedia dan BukaLapak pun tak hanya pada angka statistik. Keduanya juga gencar melakukan promosi lewat segala cara, baik lewat media cetak, iklan televisi, hingga papan reklame di jalan-jalan besar.
Tokopedia bahkan mempunyai kampanye khusus bertajuk “Ciptakan Peluangmu”. Lewat kampanye tersebut, Tokopedia mengajak semua orang menjadi pebisnis dengan berjualan di marketplace mereka. Sedangkan BukaLapak baru-baru ini merilis sebuah iklan unik di televisi yang menampilkan sang CEO, Achmad Zaky, dalam menyambut Hari Belanja Online Nasional 2015.
Baca juga: Debat Komunitas: Di Mana Kamu Akan Berjualan, Tokopedia atau Bukalapak?
GO-JEK vs GrabBike
Di ranah ojek online, juga ada persaingan yang cukup sengit antara GO-JEK dengan GrabBike. GO-JEK merupakan pelopor layanan ojek online di Indonesia, sekaligus menjadi yang pertama mempunyai aplikasi mobile. Sedangkan GrabBike merupakan layanan dari GrabTaxi, yang merupakan salah satu dari sedikit unicorn yang berasal dari Asia Tenggara, dengan perkiraan valuasi miliaran dolar.
Persaingan keduanya dimulai sejak GrabTaxi memutuskan untuk meluncurkan layanan GrabBike di Indonesia pada bulan Mei 2015, setelah sebelumnya melakukan uji coba di Vietnam. GO-JEK dan GrabBike cenderung melakukan hal yang sama dalam berbagai kesempatan. Mulai dari sama-sama menerapkan tarif promo sejak bulan Ramadan tahun ini, hingga melakukan perekrutan pengemudi dalam jumlah besar di tempat dan waktu yang relatif sama.
Sejauh ini, GO-JEK memang lebih unggul dalam hal jumlah kota yang dijangkau dan layanan yang disediakan. Namun GrabBike juga terus mengejar dengan membuka layanan di kota-kota satelit Jakarta dan meluncurkan layanan kurir GrabExpress.
Sejak bulan November 2015, GO-JEK memang tengah mengalami tekanan setelah banyak pengemudi yang mengeluh soal tarif per kilometer yang menurun dari Rp4.000 menjadi Rp3.000. Beberapa pengemudi bahkan melancarkan protes setelah mereka mendapat suspend karena dianggap menerima order fiktif.
Di saat yang sama, GrabBike malah mencoba meraih simpati masyarakat dengan menerapkan tarif promo Rp12.000. Untuk pengguna baru, mereka bahkan menerapkan tarif gratis untuk tiga kali perjalanan pertama.
Baca juga: Kilas Balik Perkembangan Ojek Online di Indonesia Sepanjang 2015
YesBoss vs HaloDiana
Layanan asisten virtual, mungkin tidak begitu ramai dibicarakan layaknya bisnis e-commerce dan ojek online, namun bukan berarti tidak ada persaingan sengit di dalamnya. YesBoss, yang hadir di awal bulan Juni 2015, merupakan startup pertama yang memberikan layanan asisten virtual di Indonesia.
Kita bisa minta bantuan kepada YesBoss untuk mengerjakan berbagai hal yang kita butuhkan. Mulai dari membeli makanan, memesan tiket pesawat, hingga menanyakan kondisi cuaca hari ini. Semua dilakukan lewat SMS.
Beberapa bulan kemudian, Ryan Gondokusumo, yang merupakan Founder dari Sribu dan SribuLancer, ikut membuat layanan serupa yang bernama HaloDiana. Ryan menceritakan kepada Tech in Asia kalau layanan HaloDiana sebenarnya sudah ia buat sebelumnya dalam fitur Asisten Pribadi Virtual di SribuLancer. Melihat minat masyarakat yang begitu besar akan fitur ini, ia pun memutuskan untuk membuatnya sebagai produk terpisah.
Persaingan keduanya semakin memanas ketika YesBoss, yang didirikan oleh Irzan Raditya, mendapat pendanaan sebesar enam digit (dalam dolar AS) dari 500 Startups, IMJ Ventures, dan Convergence VC. HaloDiana sendiri masih menggunakan pendanaan yang dimiliki oleh Ryan dari Sribu dan SribuLancer.
Sekalipun hadir sedikit terlambat, HaloDiana berusaha untuk berkembang dengan lebih cepat. Mereka pun berhasil meluncurkan sebuah aplikasi mobile pada awal November 2015. Hal yang belum bisa diwujudkan oleh YesBoss hingga sekarang.
Baca juga: Tech in Asia Podcast [Edisi Spesial] – 23 Oktober 2015: Ngobrol Bareng CEO YesBoss dan HaloDiana
HijUp vs Hijabenka
Bila di ranah e-commerce umum ada pertarungan antara Tokopedia dan BukaLapak, khusus untuk e-commerce fashion muslimah ada duel antara HijUp dan Hijabenka. HijUp didirikan oleh Diajeng Lestari, yaitu istri Achmad Zaky yang merupakan CEO BukaLapak. Sedangkan Hijabenka merupakan bagian dari e-commerce fashion besar, Berrybenka.
Melalui proses bootstrapping sejak tahun 2011, HijUp baru bisa berbicara lebih banyak pada tahun 2015 ini. Tepatnya saat mendapat pendanaan sebanyak dua kali. Fenox VC, 500 Startups, Skystar Capital, dan EMTEK Group bersama-sama memberikan pendanaan kepada HijUp pada bulan Februari dan Juli 2015.
Walaupun tidak memberikan angka pasti, namun HijUp memberikan bocoran kalau pendanaan terakhir yang mereka dapat bernilai tujuh digit (dalam dolar AS).
Berbeda dengan HijUp, Hijabenka lewat “orang tua” mereka, Berrybenka, telah mendapat pendanaan tujuh digit sejak 2013. Pada waktu itu, mereka mendapat dana $5 Juta (sekitar Rp70 Miliar) dari TransCosmos dan GREE Ventures.
Relatif seimbang dari sisi pendanaan, HijUp dan Hijabenka ternyata punya perbedaan dari sisi produk. Dalam acara StartupLokal Meetup ke-57 yang diadakan bulan September 2015 silam, Falah Fakhriyah, selaku GM Hijabenka, mengatakan kalau perusahaanya mempunyai produk yang lebih banyak dengan rentang harga lebih luas.
Jumlah produk yang ada di Hijabenka, menurut Falah, sudah mencapai 12.000 produk, dengan rentang harga mulai dari di bawah Rp50.000 hingga di atas Rp900.000. Sedangkan barang-barang yang dijual di HijUp lebih terkurasi, dengan harga yang relatif lebih tinggi.
HijUp, yang semakin dikenal setelah mensponsori sebuah acara talkshow TV saat Ramadan tahun ini, memang lebih banyak menjalin kerjasama dengan para desainer untuk membuat produk-produk yang terkurasi. Sejauh ini mereka telah bekerjasama dengan lebih dari 100 desainer.
Meski begitu, hal tersebut tidak kemudian membatasi jumlah konsumen HijUp. Terbukti saat ini mereka telah konsisten mendapat sekitar dua juta pageview setiap bulannya.
Baca juga: Ingin Beli Baju Lebaran? Berikut Kumpulan E-commerce Fashion Muslim Indonesia untuk Referensi Anda
GO-MART vs HappyFresh
Ide membuat layanan pengantaran bahan makanan secara online sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia. Namun di tahun 2015 ini, layanan ini menjadi kian dikenal setelah kehadiran aplikasi mobile yang dibuat oleh GO-JEK (dengan fitur GO-MART) dan HappyFresh. Hanya dengan beberapa kali klik, bahan makanan pun langsung dikirimkan ke rumah kita.
GO-JEK memulai layanan ini pada awal 2015, berbarengan dengan meluncurnya aplikasi mobile mereka. Saat itu namanya masih Shopping. Baru pada Oktober 2015, GO-JEK meresmikan nama GO-MART untuk layanan tersebut.
Untuk layanan GO-MART ini, GO-JEK benar-benar memanfaatkan 200.000 pengemudi mereka untuk berbelanja bahan makanan di 40 toko rekanan sesuai dengan pesanan pelanggan. Jumlah produk yang bisa dibeli mencapai angka 50.000. Hal inilah yang membuat mereka seperti sulit untuk dikalahkan.
Dalam waktu yang hanya berbeda beberapa bulan sejak GO-JEK meluncurkan aplikasi mobile, HappyFresh pun hadir di Indonesia. Layanan yang ditawarkan pun relatif sama. Namun berbeda dengan GO-MART yang hanya beroperasi di Indonesia, HappyFresh hingga saat ini telah beroperasi di tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
Soal pendanaan, GO-MART dan HappyFresh sepertinya tidak perlu khawatir. Pada bulan September 2015 yang lalu, HappyFresh mendapat pendanaan sebesar $12 juta. Ada pun GO-MART telah mendapat pendanaan dalam jumlah besar yang nilainya enggan disebutkan oleh GO-JEK.
Di tahun 2016, sepertinya persaingan akan terus terjadi antara lima pasang startup di atas. Bahkan, bukan tidak mungkin akan ada nama-nama lain yang muncul dan ikut memanaskan persaingan.
Yang pasti, para startup tersebut harus terus berinovasi, agar mereka bisa terus bersaing di dunia startup Indonesia yang semakin berkembang.
(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)
The post 5 Duel Startup Paling Sengit di Indonesia Sepanjang Tahun 2015 appeared first on Tech in Asia Indonesia.