Seperti apa sih kondisi ekosistem startup Indonesia saat ini? Bagaimana cara terbaik mendapatkan talent berkualitas agar bisa berekspansi di Indonesia? Industri apa yang bisa berkembang ke depannya?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini bisa kita dapatkan pada diskusi pertama di Tech in Asia Jakarta 2015 yang mengusung topik “Opportunity, Expansion, and Ecommerce: The Indonesian Market in 2015.”
Diskusi ini diisi oleh Andy Zain, Managing Director Mountain SEA Ventures, VC yang merupakan bagian dari Investment Holding Group yang berpusat di Zurich, Swiss; dan Andi S. Boediman, Co-Founder dan Managing Partner Ideosource, VC Indonesia yang fokus pada pendanaan tahap awal dan seri A.
Kondisi startup Indonesia di masa lalu dan masa kini
Diskusi dibuka dengan pertanyaan dari Willson Cuaca, Managing Partner East Ventures, mengenai perbandingan startup Indonesia di masa lalu dan masa kini, khususnya di pasar e-commerce.
Baik Andi Boediman dan Andy Zain sepakat bahwa e-commerce saat ini sudah terlalu padat bila dibandingkan dengan empat atau lima tahun lalu. Ini merupakan sebuah tantangan besar yang perlu dihadapi siapa pun yang hendak masuk, khususnya dari segi pendanaan. Tentu diperlukan dana yang tak sedikit untuk melawan pemain-pemain besar sudah lebih dulu ada seperti Tokopedia dan Lazada.
Namun di sisi lain, peluang di Indonesia juga masih besar. Pertama, dibandingkan negara-negara maju yang e-commerce-nya sudah mencapai 20 persen pengeluaran retail, di Indonesia angka ini baru mencapai sekitar 2 persen. Ini menandakan potensi pasar e-commerce yang luas kedepannya.
Kedua, saat ini Indonesia masih membutuhkan banyak perusahaan yang bisa mendukung ekosistem e-commerce, misalnya dari sisi logistik, pembayaran, dan keamanan. Industri dalam satu ekosistem ini tentunya juga akan ikut tumbuh bersama e-commerce di masa depan.
Dua peluang ini, lanjut Andi Boediman, bisa didapatkan bila kita mau berinvestasi dan memberikan dedikasi besar terhadap apa yang kita bangun.
Investor tak lagi hanya memberikan pendanaan
Negara-negara yang ekosistem startup-nya sudah maju seperti Amerika Serikat dan Cina pernah mengalami masa saat investasi tiba-tiba melonjak tinggi, yang kemudian mendorong lahirnya startup besar. Di Indonesia, lonjakan itu baru terjadi hari ini.
Lonjakan di Indonesia hari ini dimotori oleh datangnya investor gelombang kedua. Investor gelombang pertama datang sekitar 4 atau 5 tahun lalu, namun kebanyakan hanya menanam modal dan tidak memberikan apa pun ke founder selain dana. Andy Zain menyebut bahwa mereka bukanlah “the real investor”.
Baca juga: Industri Teknologi Asia akan Memasuki Zaman Keemasan
Di gelombang kedua, investor yang datang kebanyakan adalah muka-muka baru yang fokus tidak hanya untuk berinvestasi dan mengharapkan return, tetapi juga membantu pengembangan kualitas founder dan startup binaannya. Mountain SEA, misalnya, memberikan pelatihan dan pendidikan bahkan fasilitas untuk founder agar bisa bekerja di kantornya.
Menghadapi perubahan fokus investor ini, Andi Boediman menyarankan founder untuk memilih investor dengan hati-hati. Founder tidak boleh lagi hanya memikirkan uang, tetapi juga harus mulai memikirkan dukungan apa lagi yang bisa diberikan VC kepada tim mereka agar bisnis yang dibangun bisa maju lebih cepat.
Talent berkualitas dari industri lain mulai pindah ke industri IT
Dari segi kuantitas, Andi Boediman mengungkapkan bahwa saat ini, jumlah founder berkualitas di Indonesia semakin bertambah. Salah satunya berkat semakin besarnya exposure yang diberikan media terhadap startup di Indonesia.
Dari segi kualitas, Andi Boediman menyatakan bahwa kualitas founder dan developer di Indonesia bisa setingkat dengan mereka yang ada di Silicon Valley, meski jumlahnya memang tidak sebanyak di sana.
Pertambahan jumlah founder berkualitas ini dimotori juga oleh pertumbuhan industri IT di Indonesia. Ini mendorong talent berkualitas dari industri lain, seperti perbankan dan manufaktur, untuk pindah ke industri IT.
Kualitas founder lebih menentukan kesuksesan dibandingkan kualitas business model
Menanggapi salah satu pertanyaan soal mana yang lebih penting antara kualitas founder dan kualitas business model, Andi Boediman berpendapat bahwa ia lebih mementingkan kualitas founder.
Hal ini disebabkan karena business model dapat dikembangkan dengan mudah. Selain itu, sebagus apa pun diciptakan, business model memang seringkali harus berubah, misalnya saat diketahui bahwa ternyata pasar belum siap menerima model tersebut.
Tidak demikian halnya dengan kualitas founder yang sulit diubah. Kualitas di sini tidak hanya dari sisi skill, tetapi juga komitmen dan dedikasi. Andi Boediman menegaskan bahwa ia hanya mau bekerja sama dengan founder yang memberikan 100 persen tenaganya dan tidak menjadikan startup miliknya proyek sampingan.
Menurut Andi, founder yang berkualitas adalah salah satu faktor utama keberhasilan startup. Dengan founder yang berkualitas, semua sisi bisnis dapat berkembang dan diperbaiki dengan cepat, sehingga kemungkinan startup untuk sukses juga menjadi lebih besar.
Perekrutan talent perlu dilakukan secara serius
Andi Boediman menekankan bahwa proses perekrutan talent merupakan sesuatu yang harus diseriusi. Ia bahkan memilih untuk melakukannya sendiri, misalnya dengan melakukan pencarian di LinkedIn atau bahkan datang mencari langsung ke kampus-kampus dan sekolah.
Ada satu tip yang diberikannya untuk mencari developer. Dibandingkan datang ke kampus besar, Andi Boediman lebih suka datang ke kota-kota terpencil dan mencari SMK di sana.
Ia akan mengadakan kompetisi dan mencari yang terbaik, kemudian membawa dan melatih mereka di Jakarta. Selain mendapatkan talent yang lebih loyal, kita juga berkontribusi mengembangkan ekosistem startup ke daerah di luar Jakarta.
Baca juga: Indonesia Sebagai Pasar Teknologi Hebat di Masa Depan
Andy Zain mengungkapkan cara lain. Ia menyarankan VC atau founder untuk berkontribusi terlebih dahulu ke komunitas-komunitas IT dan startup untuk bisa menarik talent terbaik.
Ia mencontohkan bahwa timnya mengadakan berbagai acara seperti Mobile Monday. Lewat komunitas, Andy Zain berharap bisa mendapatkan banyak koneksi yang bisa membawanya ke talent terbaik dari industri IT maupun non-IT.
Bagaimana, setelah mendapatkan insight dari Andy Zain dan Andi S. Boediman, siapkah kamu mengambil kesempatan di tahun depan?
Artikel ini merupakan bagian dari liputan Tech Asia Jakarta 2015 yang berlangsung pada tanggal 11 dan 12 November. Ikuti seluruh liputannya di sini.
(Diedit oleh Lina Noviandari)
The post 5 Insight Tentang Kondisi Ekosistem Startup Indonesia di tahun 2015 appeared first on Tech in Asia Indonesia.