Diluncurkan awal Oktober lalu, Go-Life, layanan Go-Jek yang menyasar segmen gaya hidup dibilang telah menggebrak layanan kecantikan, wellness, dan hospitality konvensional. Dengan tiga layanan baru Go-Glam, Go-Massage, dan Go-Clean; Go-Life dikepalai oleh dua wanita yang sebelumnya berpengalaman sebagai consultant dan business analyst di McKinsey & Company.
Kemarin (20/10), kami berkesempatan mengadakan sesi Ask Me Anything (AMA) dengan dua Co-Head bernama Windy Natriavi dan Dayu Dara Permata tersebut. Beragam pertanyaan diajukan oleh para pembaca, mulai tentang operasi Go-Life hingga entrepreneurship. Dan melalui artikel ini, kami merangkum sejumlah pertanyaan terbaik dari sesi AMA ini.
(Catatan: Jawaban di bawah diambil langsung dari komentar Windy dan Dara dengan sedikit perubahan mengikuti standar penulisan Tech in Asia. Tidak ada jawaban yang diubah maknanya.)
Wanita di ranah startup
Menurut kalian, apa saja sih karakteristik wanita (yang jarang dimiliki pria) yang sangat diperlukan saat menjalankan startup atau bisnis?
Ada beberapa trait yang identik dengan wanita, di antaranya perhatian terhadap hal-hal secara mendetail, rasa kepekaan dan empati yang tinggi, dan nurturing-ability dalam memimpin.
Any advice untuk para wanita yang ingin terjun ke ranah entrepreneurship?
Saran saya bagi wanita yang saat ini tengah atau akan terjun ke ranah entrepreneurship ada tiga hal yang utama. Pertama, follow your passion and leverage your strength.
Jalankanlah usaha yang merupakan kombinasi dari apa yang kamu suka (passion) dan apa yang menjadi kekuatan (strength) kamu. Passion & strength penting agar semangat kamu tidak surut saat tantangan semakin sulit.
Kedua, think big but start small. Artinya, bangun visi yang besar, namun mulailah dengan skala kecil dan scale up setelah bisnis terbukti berhasil. Percayalah bahwa bisnis yang baik dan berkelanjutan akan bisa bertahan 5, 10, hingga ratusan tahun dan bisa meraih pasar global.
Ketiga, be assertive & confident. Percayalah bahwa kamu akan bisa memiliki pengaruh luas dan mampu memimpin.
Menurut kalian, seperti apa pengaruh wanita dalam industri tech business dan bagaimana kondisi women in tech atau girl in tech di Indonesia?
Kami percaya wanita bisa mencapai banyak hal di industri teknologi. Di skala global dan lokal, kita kini sering menjumpai startup teknologi baru dan berkembang yang dipimpin oleh wanita. Beberapa di antaranya adalah Sheryl Sandberg, Marissa Mayer, Susan Wojcicki, dan Meg Whitman.
Di skala lokal ada Catherine Hindra, Cynthia Tenggara, Diajeng Lestari, dan banyak lainnya. Wanita sudah semakin mampu dan berani menjadi pemimpin di industri teknologi dan kami berharap menjadi salah satunya! (Terjemahan)
Disebutkan di atas bahwa kalian ingin “building indonesia shared economy”, kenapa ingin membangun shared economy?
Kami ingin membangun shared economy karena ingin benar-benar membantu sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya wanita. Tercatat bahwa lebih dari 70 persen wanita yang bekerja memiliki pekerjaan di bidang informal dan shared service. Jadi kami ingin menciptakan peluang yang lebih baik untuk mereka.
Tentang entrepreneurship
Kenapa kalian ingin berkontribusi lewat bidang IT? Kenapa nggak, misalnya, lewat bidang keuangan atau konsultasi yang menjadi latar belakang kalian?
Sebenarnya apapun bidangnya, kami sangat terbuka untuk menggunakan bidang tersebut untuk mencapai tujuan kami membantu banyak orang. Kebetulan untuk saat ini, bidang IT adalah bidang yang bisa menjangkau orang seluas-luasnya dan scalable, sehingga itu merupakan salah satu bidang ilmu yang kita gunakan.
Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan oleh seorang founder ketika mencari mitra untuk diajak bekerja sama di usaha yang masih terbilang baru?
Kalau dalam memilih partner, biasanya kami akan mencoba untuk memenuhi kriteria berikut ini:
- Memastikan visi dan misi aligned: Kami cenderung tidak hanya melihat dari sisi keuntungan ekonomis, tapi kami juga ingin memastikan partner kami juga memiliki misi sosial sendiri. (Terjemahan)
- Genuinely willing to help us and vice versa: Bagaimanapun juga, partnership adalah hubungan antara dua belah pihak, jadi memang harus “terasa” adanya keinginan untuk saling memajukan bisnis satu sama lain.
- Clear benefits for us and our partners: Pastinya harus ada kecocokan antara apa yang ditawarkan dan apa yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak, jadi walaupun kami sangat welcome terhadap seluruh pihak yang ingin kerja sama, kita juga cukup targeted dalam memilh partner. Begitu pula, bagi kami penting sekali untuk menjadikan tujuan partner kita tujuan bersama.
Hai Windy dan Dara bagaimana sih cara menemukan investor dan pitching ke investor dengan tepat?
Kalau dari observasi dan pengalaman kami, menemukan investor yang tepat biasanya melalui koneksi dan networking yang bersifat personal (jadi tidak hanya bertemu di suatu acara).
Kalau untuk cara pitching, banyak sekali _resource yang bisa dilihat di internet, tetapi pitching yang sukses biasanya (a) Mampu menguraikan masalah yang signifikan dan cukup besar (b) Menawarkan solusi yang meyakinkan untuk memecahkan masalah tersebut (c) Economically profitable and of course offers a certain percent of attractive returns.
Pendirian, tantangan, dan target GO-LIFE
Bagaimana kalian mencapai product/market fit dari GO-LIFE?
Di awal perumusan ide bisnis, kami lakukan market sizing, ease of implementation, dan social impact exposure untuk setiap layanan jasa yang memiliki potensi. Layanan jasa yang pertama kami luncurkan adalah jasa dengan market sizing, ease of implementation, dan social impact exposure tertinggi.
Bagaimana metode GO-LIFE untuk memvalidasi suatu ide/ fitur yang akan diimplementasi? Bisa di-share strateginya?
Cara kita untuk validasi produk/ide: Test it with potential customers Kita banyak mendengarkan dari konsumen, baik itu lewat twitter, offline, trend reading, dsb
Apa tantangan yang sedang dihadapi saat mengelola GO-LIFE?
Tantangan yang saat ini dihadapi adalah terkait 1) Merekrut tidak hanya orang terbaik tapi orang yang sesuai dengan kultur dan passionate memberikan dampak sosial 2) Membangun proses bisnis dengan kondisi dinamis 3) Menjaga permintaan dan persediaan di seluruh layanan tetap imbang.
Ke depannya, apakah ada layanan GO-LIFE yang lain selain GO-GLAM, GO-MASSAGE, & GO-CLEAN? Apakah fokusnya akan terus ke informal economy?
Dalam 3 bulan ke depan GO-LIFE akan meluncurkan kembali 2 layanan jasa baru yang pertama-tama bisa dinikmati oleh pelanggan di Jadebotabek. Dua layanan jasa ini akan memberdayakan penyedia sektor jasa dari ekonomi informal.
Seperti apa kalian melihat Go-Glam dalam 10 tahun ke depan? Apa ada target/roadmap Go-Glam yang bisa dibagi?
Harapan kami, GO-GLAM akan menjadi layanan kecantikan profesional on-demand nomor satu, memberdayakan lebih dari satu juta wanita, dan melayani lebih dari 50 juta pengguna di kota besar maupun kota satelit di Indonesia.
Baca juga: Nadiem Makarim Mengubah Go-Jek dari “Zombie” Menjadi Startup Paling Terkenal di Indonesia
(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)
The post Women in Tech & Entrepreneurship di Mata Dua Co-Head Go-Life appeared first on Tech in Asia Indonesia.