Barang siap diantar oleh Go-Box.
Menjelang peluncuran Go-Box pada awal Oktober 2015 kemarin, saya beruntung menjadi satu dari sedikit orang yang mendapat kesempatan ikut dalam Pioneer Program Go-Box. Melalui program ini, saya mendapatkan voucer gratis untuk menggunakan layanan Go-Box.
Sebagai pemilik bisnis kecil-kecilan di bidang manufaktur furnitur, kesempatan tersebut tidak saya sia-siakan dan segera saya manfaatkan untuk menjajal produk terbaru dari Go-Jek, salah satu perusahaan startup paling hit saat ini.
Terus terang saya sudah menunggu-nunggu layanan seperti Go-Box. Transportasi dan logistik adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi pengusaha manufaktur seperti saya. Kemacetan dan semrawutnya jalanan ibu kota membuat biaya transportasi menjadi tinggi dan tidak menentu.
Masalah logistik lain adalah opportunity cost yang timbul karena kendaraan saya satu-satunya stuck di tengah jalan. Kadang untuk satu pengiriman ke Jakarta saja bisa memakan waktu seharian—padahal jika lancar, dalam satu hari mobil bisa mengantar dua atau tiga paket pesanan ke klien.
Karena itu saya menjadi kurang suka melayani pesanan toko-toko furnitur di daerah Jakarta. Mahalnya transportasi menyebabkan harga saya tidak bisa bersaing, atau bisa bersaing, tetapi dengan keuntungan yang tipis. Akibatnya, pasar saya jadi terbatas di kota pinggiran Jakarta seperti Bogor dan Depok yang tentu potensi pasarnya lebih kecil dibanding potensi pasar Jakarta.
Nah, saya merasa Go-Box dapat menjadi solusi bagi saya dan pengusaha-pengusaha UMKM lainnya untuk memecahkan persoalan ini dan meraih peluang pasar lebih luas dengan sistem logistik yang lebih pasti dan tertata.
Aplikasi yang mudah digunakan
Go-Box berada dalam satu aplikasi yang sama dengan Go-Jek. Menurut saya ini adalah hal positif dari Go-Box dan layanan Go-Jek lain–kita hanya perlu mengunduh satu aplikasi untuk bisa merasakan beberapa layanan sekaligus. Untuk memesan Go-Box, kita hanya perlu mengklik ikon Go-Box di halaman utama Go-Jek. Bila sudah memiliki aplikasi Go-Jek namun belum ada pilihan Go-Box, berarti kamu perlu melakukan update terhadap aplikasi tersebut.
Memesan Go-Box juga semudah memesan Go-Jek. Setelah mengklik ikon Go-Box, kita diminta memilih satu dari empat jenis kendaraan yang disediakan, yaitu Pickup Bak, Pickup Box, Engkel Bak, dan Engkel Box. Masing-masing pilihan juga dilengkapi ikon yang melambangkan kendaraan, memudahkan kita yang tidak familier dengan istilah logistik seperti “pickup” atau “engkel.”
Tampilan layar antarmuka Go-Box yang ada dalam aplikasi Go-Jek
Setiap jenis kendaraan memiliki kapasitas dan dimensi maksimal yang berbeda. Kendaraan paling kecil adalah Pickup Bak yang mampu mengangkat beban 1 ton dengan dimensi maksimal 200x150x70 cm. Pickup Box mampu mengangkat bobot yang sama, namun ditambah perlindungan berupa boks besi sehingga dimensi yang diangkut bisa lebih tinggi, yaitu 200x130x130 cm. Pickup Bak biasa digunakan untuk mengantar barang-barang yang tidak masalah bila terekspos cuaca yang kurang bersahabat, misalnya furnitur saat kita hendak pindah apartemen. Pickup Box lebih cocok untuk mengantar barang yang butuh perlindungan khusus seperti makanan (dalam kardus atau plastik).
Bila membutuhkan kendaraan yang mampu mengantar beban lebih berat, kita bisa memilih truk engkel. Ini adalah truk kecil yang umumnya digunakan untuk mengangkut pasir. Sama seperti pickup, engkel juga tersedia dengan atau tanpa boks.
Truk Engkel Bak dan Engkel Box mampu mengangkat barang berdimensi 300x250x150cm. Pada praktiknya, kita bisa saja mengirimkan dimensi barang yang lebih tinggi dari dimensi yang tertulis di sana, khususnya untuk kendaraan bak. Namun tentu saja Go-Jek tidak bertanggung jawab bila ada permasalahan yang terjadi akibat kelebihan tinggi tersebut (misalnya barang rusak terkena tiang portal).
Transparansi harga
Biaya masing-masing kendaraan berbeda-beda dan menurut saya masih ada dalam kategori tarif yang masuk akal. Ada batas minimal pengantaran barang, yaitu 10 km. Bila kurang dari 10 km, maka kita akan dikenai biaya sebesar Rp170.000, Rp210.000, Rp300.000, dan Rp370.000 untuk masing-masing mobil secara berurutan. Ada pun bila lebih dari 10 km, maka biaya yang dikenakannya cenderung lebih murah, yaitu Rp7.000, Rp9.000, Rp10.000, dan Rp12.000 per km untuk masing-masing mobil.
Baca juga: Go-Glam, Go-Clean, dan Go-Massage, 3 “Amunisi” Go-Jek Menembus Ranah Gaya Hidup
Biaya yang jauh lebih murah bisa kita dapatkan bila kita mengirim dengan jarak lebih dari 25 km, yaitu Rp4.000, Rp4.500, Rp5.000, dan Rp5.500 per km. Dari skema pemberian harga ini, jelas bahwa Go-Box memang menyasar mereka yang hendak mengirimkan paket besar ke jarak yang cukup jauh, sesuai dengan tagline mereka, “For Your Bigger Needs.”
Transparansi harga ini juga merupakan satu hal yang saya suka dari Go-Box. Menyewa mobil bak atau engkel dapat berisiko bagi kita khususnya yang tidak biasa menggunakan layanan logistik. Seringkali sopir “menembak” dengan harga yang tidak masuk akal (kawan saya pernah dikenai biaya Rp700.000 untuk mengantar barang dengan jarak kurang dari 10 km).
Ini tidak akan terjadi pada Go-Box, karena semua harga ditampilkan di muka, sebelum sopir datang ke lokasi. Go-Box juga jauh lebih simpel karena kita tidak perlu melakukan tawar-menawar harga, sehingga saya merasa nyaman menggunakan layanan mereka.
Kemudahan memesan
Setelah memilih kendaraan, kita akan diminta memasukkan lokasi asal barang pada peta beserta detailnya. Kita juga disarankan memberikan kontak telepon untuk memudahkan sopir Go-Box menemukan alamat kita. Selain itu, kita juga bisa memasukkan instruksi khusus pada sopir.
Saat memesan, saya membutuhkan kardus-kardus bekas sebagai sekat pelindung furnitur saya. Saya menuliskan permintaan untuk membawa kardus bekas ke sopir pada kolom ini. Permintaan khusus lain misalnya meminta sopir untuk membawa dolly agar barang mudah dipindahkan.
Bagian selanjutnya adalah alamat tujuan. Prosesnya hampir sama dengan menuliskan alamat asal, namun pada Go-Box kita dapat mengirimkan ke lebih dari satu alamat. Ini bermanfaat untuk mereka yang hendak mengantar barang pesanan ke beberapa klien sekaligus.
Terkait pengantaran tambahan ini, tentu ada biaya ekstra. Meski begitu harganya tetap lebih murah dibandingkan mengirim barang dengan dua kendaraan yang berbeda, apalagi kalau secara total jaraknya lebih dari 25 km.
Pilihan untuk mengirim ke beberapa alamat sekaligus.
Setelah alamat, kita diminta mengisi deskripsi barang. Yang terpenting adalah dimensi dan bobot dari barang yang dikirim. Sebisa mungkin kita menginformasikan deskripsi akurat soal barang tersebut agar tidak terjadi masalah, baik saat pengangkutan maupun pengiriman.
Sopir Go-Box berhak menolak mengangkut barang apabila ternyata tidak sesuai dengan kemampuan kendaraan yang dipilih, dan akan dikenai denda pembatalan sebesar 20 persen. Sebagai uji coba, saya mengirimkan sebuah lemari ke konsumen yang jaraknya sekitar 10 km dari tempat produksi saya.
Hal lain yang perlu diingat adalah bahwa Go-Box tidak melayani pengepakan. Barang yang diangkut adalah barang yang sudah siap kirim dan rapi. Baiknya, bila terjadi kerusakan sepanjang perjalanan yang diakibatkan oleh kelalaian sopir, Go-Box bersedia memberikan penggantian barang senilai maksimal Rp10 juta, kecuali untuk barang-barang terlarang (obat-obatan terlarang, hewan langka, dan lainnya), barang mewah (karya seni, emas, dan lainnya) dan dokumen berharga (HGB, ijazah, dan lainnya).
Selain pengantaran, Go-Box juga menyediakan layanan lain, yaitu jasa angkut tambahan sebesar Rp50.000 per orang per destinasi untuk menaikkan dan menurunkan barang. Jasa angkut tambahan ini sebenarnya opsional, namun bisa menjadi wajib apabila barang yang dibawa sangat berat.
Kolom untuk memasukan deskripsi barang dan layanan opsional.
Langkah terakhir adalah menentukan apakah barangnya mau diangkut sekarang juga atau sesuai waktu yang ditentukan, paling maksimal satu hari dari jadwal pemesanan. Saat itu saya memesan pukul 11.00 WIB. Namun karena klien meminta barang sampai di rumah pada pukul 16.00 WIB, setelah ia tiba dari kantor, saya pun mengatur waktu order pada pukul 15.00 WIB.
Setelah waktu pengiriman ditentukan, kita bisa langsung mengirim order. Pembayarannya sendiri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui Go-Jek Credit atau uang tunai. Tentu karena saat itu saya menggunakan voucer dari Go-Jek, saya memilih membayar menggunakan Go-Jek Credit.
Tak lama berselang, sopir Go-Box menelepon saya untuk mengkonfirmasi pesanan dan menanyakan detail alamat jemput. Saya pun memberikannya dan mengingatkan untuk membawa kardus bekas. Pada waktu yang ditentukan, sopir tersebut datang dengan Pickup Bak yang saya pesan. Dengan cekatan beliau mengangkat barang dan mengikat dengan tali yang sudah disediakannya.
Sedikit berbincang dengan beliau, saya mengetahui bahwa ini juga kali pertama ia mengantar sebagai sopir Go-Box. Namun, dengan ramah ia menjelaskan bahwa ia sudah lama bermain di bisnis logistik. Biasanya, ia membantu pindahan apartemen atau rumah.
Setelah barang dimuat, sang sopir pamit mengantarkan barang. Sekitar pukul 16.00 WIB, barang sudah tiba di tangan konsumen. Proses pengiriman barang berlangsung mulus dan tidak ada hambatan apa pun.
Tantangan bagi Go-Box
Secara umum, saya menyimpulkan bahwa Go-Box memiliki layanan yang baik dan memuaskan. Semua yang ditawarkan: kesederhanaan transaksi, keramahan sopir, dan kemulusan proses pengantaran; sesuai dengan ekspektasi saya. Apalagi soal transparansi harga, saya rasa belum ada yang menandingi Go-Box.
Berangkat dari pengalaman tersebut, saya menyimpulkan Go-Box sempurna untuk mereka yang hendak sesekali menggunakan jasa logistik (seperti pindahan), untuk usaha mikro dan kecil yang sistemnya masih sederhana, dan usaha besar yang mungkin bisa diajak menjalin kerjasama dengan Go-Box.
Namun, Go-Box juga memiliki tantangan untuk dipecahkan, bukan dari segi aplikasi, namun dari segi kesiapan konsumen–khususnya usaha menengah–untuk mengubah sistem existing. Sistem outbound logistic atau pengantaran barang merupakan satu dari lima primary activities yang dilakukan perusahaan (empat lainnya adalah penerimaan bahan baku, operasi, pemasaran dan penjualan, serta pelayanan). Dengan kata lain, entrepreneur sudah pasti memiliki sistem outbound logistic (existing) sebelum Go-Jek hadir, dengan keunikan dan strategi masing-masing.
Untuk beberapa produk, proses mengepak barang menjadi tantangan tersendiri.
Perusahaan saya, misalnya, tidak mengepak barang untuk menekan biaya. Perlindungan barang didapatkan dari teknik penyekatan yang rumit untuk dipelajari, namun jadi efisien setelah mampu melakukannya. Saya tidak yakin sopir Go-Box mampu mempelajari teknik tersebut dalam waktu singkat.
Untuk bisa menggunakan layanan Go-Box, saya (dan entrepreneur lainnya) harus mengubah sistem existing ini, dari yang awalnya tidak pakai pengepakan, sekarang harus pakai. Mengubah sistem existing tentunya bukan hal mudah dan mengandung risiko bisnis yang besar.
Karena itu, saya sebagai konsumen berharap Go-Box juga menyediakan layanan konsultasi yang bisa mendorong serta membantu kliennya mencari cara mengintegrasikan Go-Box dalam sistem outbound logistic yang sudah dijalankan.
Satu fitur yang cukup saya nanti adalah perhitungan untung-rugi finansial bila menggunakan layanan Go-Box. Dengan demikian, saya rasa klien Go-Box, khususnya pengusaha menengah, akan lebih terbuka untuk menggunakan layanan aplikasi menarik ini.
Plus
- Sopir ramah dan profesional
- Harga jelas dan transparan
- Aplikasi mudah digunakan
Minus
- Perlu menyesuaikan sistem bisnis terlebih dahulu sebelum bisa mengintegrasikan layanan Go-Box secara efektif pada bisnisnya.
GO-JEK
PT GO-JEK INDONESIA - Jun 25, 2015
Genre: Transport
Size: 7.0M
Installs: 1,000,000 - 5,000,000
Gratis
(Diedit oleh Lina Noviandari)
The post Go-Box, Semua yang Terbaik dari Go-Jek untuk Keperluan Logistik (REVIEW) appeared first on Tech in Asia Indonesia.