Quantcast
Channel: Tech in Asia
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6222

Review Motte Island – Atmosfer Luar Biasa Dalam Game Horor Karya Anak Bangsa

$
0
0

Pernahkah kamu membayangkan seandainya kontrol dan kamera dari game action super cepat, Hotline Miami, tiba-tiba dipindahkan ke game horor dengan unsur stealth? Atau mungkin kamu justru membayangkan seandainya ada game horor untuk PC yang memiliki grafis indah layaknya lukisan dengan cat air? Jika kamu belum pernah membayangkan hal-hal tersebut, maka kamu tidak perlu mebayangkannya lagi, karena semua hal itu bisa kamu temukan melalui game horor karya anak bangsa yang satu ini, Motte Island.

Motte Island, yang sebelumnya sempat dibahas secara singkat di Games in Asia, adalah game pertama dari OneAperture, studio yang awalnya bergelut di bidang fotografi sebelum akhirnya banting setir menjadi developer game. Tim developer game ini terdiri dari beberapa orang yang berlokasi di 3 negara yang berbeda. Ada yang di Amerika Serikat, Inggris, serta Indonesia. Tentunya sangat luar biasa sekali bagaimana jarak dan perbedaan waktu tidak menghalangi OneAperture untuk berhasil menyelesaikan Motte Island ini.

Motte Island | Screenshot (1)

Dalam Motte Island, kamu akan berperan sebagai Maxi, seorang tahanan yang berhasil melarikan diri saat kendaraan yang mengangkutnya untuk pindah ke penjara lain mengalami kecelakaan. Kesempatan ini tentunya tidak disia-siakan oleh Maxi yang segera bergegas melarikan diri ke pulau kampung halamannya karena ada beberapa urusan yang harus dia selesaikan di tempat kelahirannya itu.

Lihat Juga: [Watch List] 5 Upcoming Game Horor yang Wajib Kamu Mainkan

Layaknya game horor lain, petualanganmu akan dimulai dengan damai-damai saja, meskipun mungkin ada beberapa hal yang terasa janggal. Namun seiring dengan lanjutnya perjalanan yang kamu lakukan, karaktermu akan semakin menemukan keanehan yang luar biasa dan berbahaya yang menyelimuti kampung halaman yang telah ditinggalkanya selama bertahun-tahun ini.

Motte Island | Screenshot (2)

Jalan cerita yang diusung oleh Motte Island bisa dibilang cukup cliché, namun bukan berarti cerita dalam game ini tidak menarik. Justru salah satu alasan saya sangat sulit untuk berhenti memainkan game ini adalah karena ceritanya yang bikin penasaran. Sayangnya cerita yang bisa membuat kamu ketagihan ini tidak diimbangi dengan kualitas writing yang bagus. Dialog yang ada antara karakter sering kali terasa tidak masuk akal, dan beberapa bagian juga sedikit ditemukan kesalahan grammar. Namun hal-hal minor tersebut tidak akan mengganggu pemahaman kamu tentang cerita dalam game ini, kecuali kalau kamu seorang grammar nazi tentunya.

Meskipun memiliki cerita yang menarik, tentu saja impresi awal yang game ini lahirkan bukanlah dari ceritanya, tapi dari grafisnya. Harus saya akui, grafis dalam Motte Island dibuat dengan sangat apik. Gaya gambar seperti cat air memberikan kesan tersendiri yang bisa membuat permainan kamu terasa lebih immersive. Tidak lupa juga, tampilan dari game ini bisa dibilang sangat brutal. Hal ini tentu saja semakin menambah kesan horor dari Motte Island.

Motte Island | Screenshot (4)

Untuk beberapa orang, tampilan visual dari dari Motte Island mungkin terasa terlalu gelap dan membingungkan, sehingga membuat pemain terkadang cukup sulit untuk mencari jalan yang harus dilewatinya. Tetapi menurut pendapat saya pribadi, hal ini justru merupakan nilai lebih yang dimiliki Motte Island. Meskipun memiliki sudut pandang top-down, game ini tidak akan memanjakan kamu dengan penglihatan yang jelas, jadi kamu juga harus berusaha ekstra untuk mengeksplorasi peta yang terpampang di layar monitor.

Lihat Juga: 10 Game Mobile Bertema Horor Untuk iOS & Android

Satu hal yang cukup mengejutkan saya adalah bagaimana game ini memperhatikan detail yang baik pada pencahayaan. Maxi yang bertualang dibekali dengan senternya, akan sangat tergantung dengan alat ini. Sinar yang dihasilkan oleh senter ini pun ditampilkan dengan betul-betul mensimulasikan bagaimana cahaya senter keluar di dunia nyata. Mau bukti, cek saja efek cahaya yang dihasilkan saat karaktermu mengarahkan senter ke dalam penjara seperti screenshot di bawah.

Motte Island | Screenshot (3)

Sayangnya, meskipun memiliki kualitas visual yang baik, tampilan dalam Motte Island kadang terasa terlalu datar. Sering kali saya tidak bisa membedakan antara sebuah karpet yang bisa saya lewati, dengan meja yang tentunya akan menghalangi jalan saya. Seandainya ada depth yang lebih terlihat dari objek-objek yang tersebar dalam game, tentunya game ini akan tampak jauh lebih indah dari yang ada sekarang.

Selain grafis yang menarik, ada satu hal lagi yang betul-betul spesial dari Motte Island, dan hal itu adalah sound dari game ini. Baik sound design untuk berbagai SFX maupun musik yang mengiringi petualangan Maxi di game ini dibuat dengan sangat epik. Grafis yang nampak gelap, ditemani dengan musik yang berkualitas, sekaligus SFX yang didesain dengan rapi, memberikan atmosfir yang luar biasa untuk Motte Island. Meskipun saya memainkan game ini di siang bolong, Motte Island berhasil membawa saya terhisap seakan-akan saya tengah berada di sebuah pulau misterius pada malam hari yang menyeramkan. Motte Island | Screenshot (6)

Dari tadi kita sudah cukup membahas mengenai cerita, grafis, serta sound dari game ini. Lalu bagaimana dengan bagian paling penting, yaitu gameplay. Sayangnya gameplay Motte Island bisa dibilang tidak dipoles secara maksimal. Sebagai penggemar Hotline Miami, saya sangat senang dengan Motte Island yang mengizinkan saya untuk mengendalikan karakter layaknya game indie populer tersebut, namun dalam suasana yang lebih gelap dan menyeramkan.

Lihat Juga: [Play List] 2 Game Mencekam Yang Berukuran Kecil Namun Menyeramkan

Sayangnya game ini tidak memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Game ini mengingatkan saya pada salah satu RPG favorit saya di PlayStation, Digimon World 3, sayangnya bagian yang teringat di kepala saya adalah bagian paling membosankan dari game tersebut. Sama seperti pada Digimon World 3, di sini saya malah disuguhi dengan misi yang memaksa saya untuk bolak-balik hanya untuk sekedar melakukan satu objektif saja. Objektif-objektif yang ada pun terkesan agak maksa dan sering kali terasa aneh.

Motte Island | Screenshot (7)

Selain itu, Motte Island juga memiliki sistem yang cukup mirip dengan beberapa game modern. Dalam game ini karaktermu akan memiliki semacam health bar, dan jika health bar karaktermu berkurang, kamu tidak akan dapat menyembuhkannya dengan item atau apapun, yang bisa kamu lakukan adalah menunggu sampai karaktermu pulih sendiri. Masalahnya, jika game lain yang menggunakan sistem seperti ini memberikan waktu yang relatif singkat untuk memulihkan karakter, maka dalam Motte Island waktu yang dibutuhkan sangatlah lama. Beberapa gamer mungkin berpikir hal ini cukup menarik untuk jadi tantangan, tapi menurut saya pribadi hal ini sangatlah tidak seimbang dengan tempo keseluruhan dari game ini.

Lihat Juga: In Fear I TrustGame Horor Dengan Unreal Engine

Bagian terakhir yang akan saya komentari mengenai Motte Island adalah mengenai user experience (UX design). User experience adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini juga merupakan hal yang mencakup aspek sangat luas, mulai dari aspek visual, kontrol, sampai mekanisme dalam game. Kebanyakan dari hal yang akan saya singgung mengenai UX design dalam game ini mungkin terdengar simpel, tapi sebenarnya hal-hal ini sangatlah berpengaruh untuk kenyamanan pemain dalam memainkan game ini.

Motte Island | Screenshot (8)

Hal pertama yang saya perhatikan cukup bermasalah dalam UX design dari game ini adalah banyaknya teks yang tidak diperlukan. Ketika baru memulai game, saya disuguhkan dengan logo developer, ditemani dengan tulisan “Esc to skip” yang menurut saya cukup mengganggu. Setelah masuk ke main menu, pandangan saya pun juga cukup terganggu dengan pilihan “Windowed” atau “Fullscreen” yang terletak di ujung kiri atas layar. Seharusnya pilihan seperti ini masuk ke dalam kategori option bersama dengan setting lainnya, sehingga pengaturan dalam game bisa lebih terorganisir dan mengurangi teks-teks tidak penting yang mengganggu main menu.

Hal kedua yang cukup mengganggu kenyamanan saya di game ini adalah dialogue box. Sebagai game naratif, tidak heran kalau dialog maupun monolog karakter yang ada di dalam game ditampilkan dalam sebuah kotak dialog di bagian bawah layar. Namun yang mengganggu saya adalah sering kali game tidak membedakan bagian saat karakter utama melakukan dialog dengan karakter lain, atau pada saat dia tengah melakukan monolog alias berbicara dengan dirinya sendiri.

Motte Island | Screenshot (5)

Parahnya lagi, terkadang instruksi dalam game seperti tombol apa yang harus dipencet atau ke mana karakter harus pergi, ditampilkan dalam kotak dialog yang sama. Hal ini jelas sangat mengganggu, baik dari segi naratif maupun gameplay. Ada baiknya jika instruksi yang berhubungan dengan gameplay bisa ditampilkan dalam kotak dialog dengan desain atau posisi yang berbeda, sehingga tidak membuat pemain bingung apakah game ini hendak memberikan instruksi pada kita, atau hendak bercerita.

Lihat Juga: Trailer & Berita Terbaru DreadOut, Game Horor Indonesia

Hal lain yang mau saya singgung mengenai kotak dialog dari game ini adalah pemilihan kata-kata yang digunakan sebagai instruksi. Pada saat tengah menikmati cerita di game ini, di kotak dialog muncul tulisan “press space to skip“. Tentu saja sebagai orang yang mau menikmati cerita dalam Motte Island, saya tidak berminat untuk melewatkan naratif di game ini sama sekali, masalahnya tombol apapun yang saya pencet tidak memberikan efek apa-apa. Begitu saya nekat untuk menekan tombol spasi, barulah naratif yang disampaikan berlanjut…mungkin instruksi “press space to continue” akan jauh lebih tepat dan tidak membingungkan pemainnya.

Bagian terakhir dalam UX design dan menurut saya paling fatal adalah mengenai kontrol. Baru kali ini saya menemukan game yang tidak memberikan tombol pause untuk pemainnya. Tentu saja kamu bisa menghentikan permainan sementara dan masuk option di tengah game, tapi hal itu tidak kamu lakukan dengan tombol Esc atau Spacebar. Untuk mengakses pause menu, kamu diharuskan untuk klik tulisan “Option” (yang seharusnya cukup diwakilkan dengan icon saja) di ujung kanan atas layar menggunakan mouse. Selama kamu menggiring pointer mouse kamu untuk masuk ke menu pause, jangan kaget kalau kamera dalam game akan bergerak karena memang itulah fungsi utama dari menggerakkan mouse di game ini.

Motte Island | Screenshot (9)

Saya rasa hanya itu saja hal yang bisa saya bahas mengenai Motte Island. Beberapa komentar saya di review ini mungkin terdengar cukup pedas, tapi bukan berarti saya tidak suka game ini lho. Meskipun memiliki beberapa bagian dari segi game design yang kurang terpoles, tidak bisa dipungkiri bahwa Motte Island memiliki atmosfer yang luar biasa. Hal tersebut tentunya sangatlah penting untuk sebuah game horor.

Lihat Juga: Review Abyss: Wraith of Eden – Horor, Seram, Menegangkan

Pertanyaannya, apakah Motte Island adalah game yang pantas untuk dibeli? Tentu saja iya. Dengan harga Rp 57.000 saja game ini terhitung sangat murah. Bahkan membayar 50 ribu untuk sekedar menikmati musik dan sound design dalam game ini saja sudah merupakan deal yang sangat menggiurkan untuk saya.

Saat ini Motte Island bisa kamu dapatkan melalui layanan distribusi digital Desura dengan harga $4,99 (kurang lebih Rp 57.000) untuk Windows dan Mac. Selain itu, saat ini Motte Island juga masih mengantri untuk masuk ke distribusi digital Steam melalui Steam Greenlight. Jangan lupa masukkan dukunganmu supaya lebih banyak lagi game dalam negeri yang bisa tersedia melalui Steam. Untuk informasi lebih lanjut mengenai Motte Island, kamu juga bisa coba mengunjungi official website dari developer game ini.

Desura: Motte Island, $4,99 (kurang lebih Rp 57.000)

Post Review Motte Island – Atmosfer Luar Biasa Dalam Game Horor Karya Anak Bangsa muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6222

Trending Articles