Lari merupakan salah satu jenis olahraga yang paling mudah dilakukan setiap saat dengan biaya relatif murah. Beberapa tahun belakangan, tren gaya hidup sehat turut menjadi sorotan vendor teknologi dengan bermunculannya berbagai wearable device, mulai dari jam tangan pintar (smartwatch), sampai sepatu dengan chip yang terhubung ke smartphone.
Sony seolah tidak mau ketinggalan meramaikan tren ini dengan menghadirkan Smart B-Trainer. Vendor yang terkenal dengan kualitas kamera dan performa audio yang memukau. Bagaimana dengan wearable gadget? Simak pengalaman saya ketika menjajal gaya hidup sehat dengan perangkat ini.
Desain layaknya music player
Sony Smart B-Trainer adalah sebuah perangkat pendukung olahraga, khususnya lari. Begitu membukanya dari kotak kemasan, kesan ketika pertama melihat desainnya sangat mirip dengan Sony Walkman, W-Series.
Meski sekilas terlihat sama, B-Trainer lebih dari sekadar alat pemutar musik, tetapi juga dilengkapi dengan 6 tipe sensor. Beberapa di antaranya adalah Heart Rate, Acceleration, GPS, Compass, Gyro, dan Barometer.
Salah satu kunci penilaian wearable device adalah seberapa nyaman perangkat tersebut ketika digunakan. Rasanya bagi orang awam cara memakai perangkat ini memang agak sedikit perlu penyesuaian. Saya sendiri ketika di awal mengenakan Sony Smart B-Trainer kedua earbud di telinga terasa kurang pas.
Tapi ternyata hal itu tidak berlangsung lama. Setelah beberapa waktu pemakaian, saya mulai terbiasa dengan perangkat ini. Material B-Trainer sendiri menggunakan bahan doff yang membuatnya tidak licin meski digunakan ketika keringat mengucur deras . Namun di sisi lain, dengan material tersebut dan warna-warni (yang kebanyakan cerah) rasanya perangkat ini akan cepat kotor.
B-Trainer dibekali dengan fitur water resistant, artinya bisa terkena keringat yang mengucur ataupun air hujan, dan bahkan dipakai saat renang hingga kedalaman 2meter selama 30 menit. Untuk membersihkannya, kamu bisa menggunakan lap basah, lalu segera dikeringkan.
Sensasi memiliki pelatih pribadi
Pertama kali menjajal B-Trainer, saya harus mengisi ulang baterai perangkat selama kurang lebih 1,5 jam. Sambil menunggu baterai penuh, kamu bisa mengunduh aplikasi mobile B-Trainer yang tersedia untuk platform Android dan iOS.
Indikator saat baterai sudah penuh adalah lampu tidak lagi menyala. Bila kamu melakukan charging dengan laptop atau desktop, pastikan kamu telah melakukan Eject terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya corrupt pada data.
Aplikasi sudah diunduh, dan baterai sudah penuh, saatnya untuk pairing B-Trainer dengan smartphone. Cukup tekan tombol power dan secara otomatis Bluetooth pada perangkat ini akan menyala. Jangan lupa juga untuk menyalakan Bluetooth di smartphone kamu.
Beralih ke aplikasinya sendiri, terdapat sejumlah pilihan program latihan yang diinginkan. Mulai dari Basic Training yang memungkinkan kamu mengatur secara manual target saat berlari (waktu, jarak, kalori yang terbakar, irama, dan lain-lain), atau memilih tujuan pelatihan seperti Fat Burning Training dan Endurance Training.
Setelah perangkat dinyalakan, B-Trainer akan mengaktifkan sensor detak jantung. Saya mencoba tipe Fat Burning Training. Pada mode ini, akan ada target minimal dan maksimal detak jantung yang harus dipenuhi. Saya juga sempat mencoba Basic Training yang akan mengukur lamanya waktu, jumlah kalori, serta jarak berapa kilometer yang ingin dicapai.
Sekali berlari biasanya saya lakukan selama 45 menit, dua hari sekali dalam dua pekan. Kesemua datanya terekam pada aplikasi di smartphone. Mulai dari denyut jantung, kalori yang terbakar sampai jarak yang ditempuh.
Hasil ringkasan tersebut nampak jelas dan akurat. Baik itu catatan jarak, waktu, hingga kalori yang terbakar dalam bentuk grafik serta perbandingan berdasarkan akumulasi catatan masa lalu, serta catatan terbaik.
Untuk lebih detail, pengguna bisa melihat segala proses kegiatan pada menu Activity Log di aplikasi tersebut. Dari hasil setiap data yang akurat, membuat saya punya gambar jelas tentang kemajuan latihan selama menggunakan B-Trainer.
Sony Smart B-Trainer | |
---|---|
Mikrofon | Monaural |
Output (headphones) | 20 Hz to 20,000 Hz Frequency response |
Sumber daya | USB |
Berat | 43 g |
Kapasitas memori | 16 GB, 1GB RAM |
CPU | 1 GHz |
Format File | MP3 (MPEG-1 Layer3), WMA, WAV, MP4, 3gp |
Konektivitas | Bluetooth 4.0 |
Sensor | Heart Rate, GPS, Accelerometer, Gyro, e-Compass, Pressure |
Sertifikat tahan air | Water resistance IPX5/IPX8 |
Harga | Rp3,5 juta |
Suaranya…
Untuk meningkatkan motivasi saya saat berlari sekaligus supaya tidak cepat bosan, saya bisa mendengarkan musik pada list lagu di smartphone. Saya sempat mencoba memindahkan lagu dari smartphone ke Smart B-Trainer, akan tetapi rasanya agak sulit sehingga saya putuskan untuk melakukan sinkronisasi lewat Bluetooth saja yang dimungkinkan berkat adanya Streaming Mode.
Tentunya kamu juga bisa mengisi B-Trainer yang memiliki memori built-in 16GB dengan lagu-lagu favorit kamu. Untuk memutarnya, kamu bisa menggunakan Device Mode. Kualitas audionya sendiri meski terbilang tidak terlalu memukau, namun tetap terdengar jernih dan mantap di telinga.
Satu fitur unik dari B-Trainer saat digunakan untuk memutar lagu adalah secara otomatis akan menyesuaikan musik dengan ritme jantung. Bila jantung sedang berpacu terlalu lambat, normal, atau terlalu cepat, perangkat ini akan menampilkan notifikasi.
Baca juga: Versi Pembaruan Xiaomi Mi Band Dilengkapi Pemantau Denyut Jantung
Siap berlari lebih kencang?
Dengan banderol harga Rp3,5 juta, perangkat ini rasanya cocok untuk kamu yang menyukai gaya hidup sehat. Paket lengkap yang ditawarkan Sony jelas sangat menggiurkan. Sony B-Trainer juga bisa memompa motivasi kamu untuk berolahraga sembari mendengarkan musik.
(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)
The post [REVIEW] Sony Smart B-Trainer: Rasakan Sensasi Memiliki Pelatih Pribadi Saat Berlari appeared first on Tech in Asia Indonesia.