Berburu hewan liar bukanlah hal yang familier bagi kebanyakan orang Indonesia. Akan tetapi, di beberapa negara seperti Amerika Serikat, hal ini bukanlah sesuatu yang asing. Mereka memiliki waktu tertentu bernama Hunting Season yang memperbolehkan orang untuk berburu beberapa hewan seperti rusa, kelinci, bahkan beruang.
Tentunya aktivitas perburuan ini diatur dengan ketat oleh undang-undang pemerintah setempat. Pasalnya, perburuan tak terkendali akan membuat hewan-hewan ini terancam punah.
Aksi berburu hewan ini pun hadir dalam game Deer Hunter 2016, sebuah seri yang pertama kali muncul pada tahun 1997 sebagai game PC. Seri ini pun mulai merambah ke platform mobile pada tahun 2004 dan terus menelurkan iterasi baru hampir setiap tahun.
Deer Hunter 2016 sendiri adalah iterasi pertama dari seri Deer Hunter yang saya mainkan. Apakah game ini akan menjawab perasaan skeptis saya saat berpikir, “Masa sih berburu rusa sebegitu menariknya?” Berikut adalah jawabannya.
First Person Shooter Kasual yang Menantang
Deer Hunter 2016 mengajak kamu untuk berburu dengan sudut pandang orang pertama (first person). Untuk mengarahkan tembakan, kamu bisa melakukan drag pada layar sesuai arah yang kamu inginkan. Kamu juga bisa bergerak ke kiri dan ke kanan, namun fitur ini sebenarnya tidak terlalu berguna.
Untuk membidik dengan baik, tentunya terdapat fitur untuk mengeker dan melakukan zoom-in pada target. Fitur ini sangat-sangat penting dalam game dan bisa kamu upgrade dari waktu ke waktu untuk zoom yang lebih jauh. Ada pula fitur inframerah yang memungkinkan kamu melihat jeroan hewan yang kamu buru.
Secara keseluruhan, kontrol yang dimiliki Deer Hunter 2016 cukup responsif, namun tetap membutuhkan kesabaran. Wajar saja, karena hal itulah yang menjadi tantangan di sini. Deer Hunter 2016 bukan game yang mendorong kamu bak Rambo menembaki target dengan sesuka hati, walaupun hal itu bisa saja dilakukan pada level-level tertentu.
Di sini kamu harus memperhitungkan setiap tembakan, karena satu saja tembakan meleset maka buruanmu akan panik dan kabur. Membidik sasaran akan jauh lebih sulit, apalagi jika kamu memiliki misi untuk menembak bagian tertentu dari buruan, maka sudah hampir pasti kamu gagal.
Deer Hunter 2016 menawarkan permainan yang pendek pada setiap sesinya, cocok untuk kamu yang memiliki waktu senggang yang sempit. Ketika kamu berhasil menjalankan misi, sejumlah uang akan kamu dapatkan yang bisa digunakan untuk membeli senjata baru dan juga upgrade senjata yang sudah ada.
Beruang dan Serigala Menguji Kecekatan, Shotgun Memberikan Sensasi Kepuasan
Walaupun judulnya Deer Hunter, akan tetapi kamu tidak hanya akan memburu rusa saja di sini. Ada kambing, serigala, hingga beruang. Kedua hewan terakhir ini cukup menarik, maksud saya, menakutkan untuk diburu.
Serigala dan beruang akan menyerang jika mereka melihatmu. Jika mereka sudah sangat dekat, maka akan ada gerakan slow motion yang memungkinkan kamu melakukan beberapa kali tembakan. Gerakan ini dapat menyelamatkanmu di saat genting, kecuali jika kamu harus melakukan pengisian ulang amunisi di tengah-tengah itu.
Adanya serigala dan beruang yang bisa kamu buru memberikan tantangan lebih yang tidak saya sangka-sangka di game yang berjudul “jinak” ini. Kini tidak hanya kesabaran, namun kecekatan jarimu juga diuji ketika menghadapi mereka, apalagi kalau disuruh memburu lebih dari satu.
Keseruan lain hadir dalam bentuk ragam senjata. Selain senapan biasa yang merupakan senjata utama, kamu juga bisa memakai shotgun atau senapan otomatis untuk berburu. Jika memakai senjata ini, maka seluruh hewan dari awal secara otomatis akan langsung kabur. Di sinilah kamu bisa beralih menjadi brutal dan menembaki apa pun yang ada di depanmu.
Saya sendiri cukup menikmati memakai senjata ini (senapan otomatis belum sempat saya gunakan). Level-level yang menggunakan shotgun menjadi sumber yang relatif mudah dan menyenangkan untuk mengumpulkan uang demi sebuah upgrade.
Pilihan Senjata Sedikit dan Kebutuhan Upgrade Selangit
Dalam memainkan sebuah game, terkadang mengoleksi berbagai item atau senjata yang ada merupakan kesenangan tersendiri. Tetapi tidak di Deer Hunter 2016, karena pada dasarnya kamu hanya bisa memiliki satu senjata di setiap area, dengan senjata lain hanya bisa didapatkan melalui IAP.
Hal yang memungkinkan kamu untuk meningkatkan kekuatan senjata hanyalah dari upgrade. Berbagai bagian dari senjata bisa kamu upgrade di sini, seperti laras, amunisi, teropong, inframerah, dan lain sebagainya. Berbagai upgrade ini mempengaruhi daya hancur, stabilitas saat kamu mengeker, kekuatan zoom, jumlah amunisi, dan juga lamanya inframerah dapat digunakan.
Semakin tinggi level yang kamu tempuh, maka kemampuan senapanmu juga harus semakin tinggi pula. Akan ada peringatan jika senjatamu tidak cukup mumpuni untuk berburu di level tertentu. Jika hal itu terjadi, maka melakukan grinding di level shotgun adalah pilihan yang baik.
Menurut saya alangkah baiknya jika pemain diberikan pilihan senjata yang lebih banyak. Toh semakin banyak hal yang bisa dibeli, maka semakin sering pula pemain melakukan grinding bukan? Semakin banyak pula iklan-iklan yang bisa ditawarkan untuk menambah energi.
Satu lagi yang cukup mengganggu adalah harusnya kamu online ketika bermain Deer Hunter 2016.
Kesimpulan: My Dear Deer Hunter
Setelah memainkan Deer Hunter 2016 selama beberapa waktu, game ini harus saya akui berhasil menepis perasaan skeptis saya di awal. Ternyata game dari Glu ini sangat seru untuk dimainkan dan cukup membuat penasaran.
Kombinasi gameplay shooter penuh akurasi dengan nuansa kasual dan durasi waktu singkat membuat Deer Hunter 2016 cocok untuk para penggemar FPS yang ingin tetap bermain di sela-sela waktu mereka. Sistem energi yang diterapkan tidak pelit, memiliki kuota besar, dan juga ada energi ekstra melalui iklan atau ketika naik level.
Isu yang ada mungkin berasal dari minimnya pilihan senjata serta besarnya memori yang dihabiskan oleh Deer Hunter 2016. Tetapi di luar itu saya rasa game ini sangatlah layak untuk dimainkan oleh para penggemar FPS. Oh iya, tidak ada hewan asli yang dilukai di sini!
The post Review Deer Hunter 2016 – Tidak “Sejinak” yang Saya Kira appeared first on Tech in Asia Indonesia.