Perusahaan pendeteksi penipuan iklan online Forensiq, baru-baru ini merilis sebuah studi mengenai penipuan iklan pada aplikasi mobile. Menurut studi ini, sebanyak 14,64 persen aplikasi di berbagai platform “secara diam-diam” memuat iklan yang tidak terlihat oleh pengguna.
Jenis penipuan yang dikenal dengan istilah ”mobile device hijacking” ini bekerja dengan berpura-pura menunjukkan perilaku manusia dengan memuat halaman baru atau menggerakkan fungsi aplikasi, yang memuat aplikasi. Kabar buruknya, hal tersebut terjadi di background ketika aplikasi tidak sedang digunakan, yang artinya pengguna tidak melihat adanya iklan tersebut.
Dari sisi pengiklan, tentu ini merugikan karena iklan mereka sebenarnya tidak dilihat oleh pengguna. Forensiq memperkirakan bahwa jenis penipuan ini merugikan pengiklan hingga $1miliar (sekitar Rp13,46 triliun) pada tahun 2015.Sementara bagi pengguna smartphone, tentunya mereka dirugikan dengan pemakaian data serta penggunaan baterai.
Menurut Forensiq, ada sekitar 700 iklan tidak terlihat yang dimuat pada sebuah perangkat yang di-hijacked per jamnya. Tentu ini sangat merugikan, terlebih jika pengguna sebenarnya tidak sedang menggunakan aplikasi tersebut. Bahkan studi ini memperkirakan bahwa perangkat bisa mengalami pemborosan data hingga 2 GB per harinya.
Lalu, bagaimana cara pengguna menghindarinya? Cara yang paling mudah untuk mengidentifikasi aplikasi berbahaya ini adalah dengan menganalisis secara manual. Biasanya aplikasi semacam ini banyak meminta permission yang tidak relevan dengan fungsi aplikasi itu sendiri, misalnya kemampuan untuk mencegah perangkat dari sleep mode, kemampuan untuk berjalan pada perangkat secara otomatis, mengubah atau menghapus konten dan mengakses layanan lokasi bahkan ketika aplikasi tidak sedang digunakan, atau hanya berjalan di background.
(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto; sumber gambar: Jason Howie)
The post Hampir 15% Aplikasi di Smartphone Memuat Iklan Tak Terlihat appeared first on Tech in Asia Indonesia.