Beberapa minggu lalu, Tech in Asia baru saja mendapatkan investasi sebesar $4 juta (sekitar Rp53,3 miliar) dari sejumlah investor asing. Salah satunya adalah Marvelstone yang mungkin tidak begitu familiar di Indonesia.
Marvelstone adalah perusahaan VC yang mengaku cukup dikenal di Korea, Singapura, dan Hong Kong. Co-founder dan CEO Marvelstone, Gina Heng, mengatakan bahwa kegiatan perusahaannya adalah mengembangkan dan mendanai perusahaan-perusahaan Asia yang sedang berkembang. Fokus utama mereka adalah sektor finansial. Tapi mereka juga sudah pernah terjun ke sektor teknologi, real estate, pelayanan, perdagangan, dan juga media.
Gina mengawasi semua portofolio dan anak perusahaan Marvelstone, termasuk akselerator yang bermitra dengan mereka, 10K.
Beberapa hari setelah Tech in Asia mengumumkan investasinya, Managing Partner Marvelstone, Joel Ko, mengunjungi Jakarta untuk mencari startup yang menarik di sektor seperti fintech. Gina mengatakan bahwa Marvelstone juga sedang mencari perusahaan teknologi di sektor e-commerce, platform sosial, dan O2O. Ia menambahkan bahwa Marvelstone juga tertarik dengan perusahaan mobile commerce di sektor kecantikan atau kosmetik.
Berinvestasi di semua tahapan startup

Gina Heng, CEO dan co-founder Marvelstone
Gina mengatakan bahwa Marvelstone berinvestasi ke startup di tahap manapun, termasuk perusahaan maju yang ingin IPO, merger, atau akuisisi. Tapi, ia mengatakan bahwa perusahaannya lebih suka berinvestasi pada startup di tahap awal agar perusahaannya tetap bisa berinvestasi seiring perkembangan startup tersebut.
“Dari sudut pandang VC, kami lebih tertarik pada startup yang bisa kami bantu untuk masuk ke pasar yang baru dan berkembang dengan cepat,” jelasnya. “Kami bukan cuma investor finansial […] Kami ingin berinvestasi di startup yang membuat kami bisa memberikan hal yang lebih dari sekadar uang.”
Marvelstone cenderung mendanai perusahaan dengan nilai antara $25.000 (sekitar Rp333,3 juta) hingga $500.000 (sekitar Rp6,66 miliar), lalu mendanai perusahaan itu lagi di fase berikutnya dengan nilai yang lebih tinggi, yaitu antara $1 juta (sekitar Rp13,33 miliar) hingga $2 juta (sekitar Rp26,66 miliar). “Meskipun kami bisa melakukan investasi fase akhir seperti pra-IPO, kami ingin ikut serta sejak fase awal,” jelasnya. “Semuanya tergantung pada bagaimana kami bisa membantu perusahaan tersebut.”
Melirik Jakarta
Langkah berikutnya adalah melakukan gebrakan besar di Indonesia. Gina merasa ekosistem startup baru di Indonesia masih belum sekuat negara lain. Ia mengatakan:
Dari yang saya tahu, Indonesia tidak punya akselerator yang kuat. Atau mungkin startup-nya masih enggan menerima hal-hal baru dari negara maju. Padahal, di negara Asia lain seperti Korea, Jepang, dan Singapura, akselerator cenderung lebih aktif.
Sebelum akhir tahun 2015 ini, Marvelstone akan membuka program akselerator 10K serta sebuah co-working space di Indonesia. Untuk saat ini, mereka memiliki kantor kecil yang ditinggali oleh seorang perwakilan, dan sebuah tempat inkubator di Jakarta. Tapi, Gina memprediksi bahwa Marvelstone akan melakukan banyak gebrakan di Big Durian akhir tahun ini, yang berarti investasi baru untuk startup Indonesia.
“Mitra utama kami punya pengalaman investasi dan industri yang sangat luas,” katanya. “Mulai dari pendanaan terbatas, ekuitas pribadi, logistik, telco, IT, serta ekspansi mancanegara. Dengan ini, kami bisa memahami berbagai sektor dan pasar serta membantu perusahaan portofolio mereka untuk terhubung ke semua sektor itu.”
(Keterangan: Marvelstone berinvestasi di Tech in Asia dan tidak meminta kami menulis artikel ini. Baca halaman etika kami untuk informasi lebih lanjut.)
(Diterjemahkan oleh Yasser Paragian dan diedit oleh Lina Noviandari)
The post VC Asing ini Baru Saja Masuk Indonesia dan Menyiapkan Sebuah Akselerator appeared first on Tech in Asia Indonesia.