Vimala: Defense Warlords adalah salah satu game paling berpotensi karya anak bangsa yang rilis pada akhir tahun lalu. Ya, kami memang terlambat untuk membuat review game satu ini. Untungnya, dengan update besar (penambahan PvP, hero, serta bos baru) yang dilakukan Masshive Media beberapa waktu lalu, kami mendapatkan alasan yang baik untuk akhirnya mengulas game karya developer asal Bandung ini.
Vimala: Defense Warlords sendiri tadinya direncanakan berjuang di Kickstarter untuk mendapatkan pendanaan. Sayang, rencana tersebut dibatalkan di tengah jalan. Tapi Masshive Media tidak menyerah begitu saja, mereka tetap mengerjakan proyek tersebut dan merilisnya di iOS pada Desember tahun lalu bertepatan dengan Game Developers Gathering 2014, dan di Android tak lama berselang setelahnya.
Saya sendiri bisa dikatakan sebagai pemain berat dari game ini sejak pertama kali dirilis di Android. Akan tetapi, versi yang saya mainkan saat itu belum ada mode PvP. Terdapat juga banyak perubahan lainnya pada update terakhir ini. Beda versi, tentu beda pengalaman. Apakah pengalaman baik saya di versi sebelumnya berlanjut pada versi ini? Kamu bisa menyimaknya pada ulasan saya berikut.
Gameplay yang Sangat Adiktif
Vimala: Defense Warlords adalah sebuah game bergenre strategi dalam balutan RPG. Terdapat dua mode bermain, yaitu Skirmish dan Dungeon. Pada mode Skirmish, kamu akan bermain di sebuah negeri bernama Kerajaan Aranya yang tengah dilanda peperangan. Kamu berperan sebagai seorang jenderal yang ingin mempersatukan kerajaan tersebut. Untuk melakukannya, kamu harus menaklukkan satu demi satu daerah yang ada.
Dungeon menawarkan gameplay yang lebih simpel. Kamu bisa memilih enam personel untuk melawan musuh yang datang gelombang demi gelombang. Pada gelombang tertentu, kamu akan melawan bos yang akan memberikan hadiah zamrud (mata uang standar di Vimala). Semakin jauh, maka level musuh, bos, dan hadiah yang bisa diperoleh juga akan semakin tinggi.
Kembali ke Skirmish, permainan pada umumnya akan berkisar seputar dua antarmuka, yaitu peta dan pertarungan. Di peta, kamu bisa melihat benteng-benteng milikmu, milik netral, dan milik musuh. Terdapat beberapa grup yang bisa kamu lawan sekaligus dalam satu misi. Masing-masing grup tersebut saling bermusuhan, sehingga bisa menjadi keuntungan untukmu.
Terdapat beberapa pilihan aksi yang bisa kamu lakukan pada menu peta. Mulai dari memasukkan garnisun ke dalam sebuah benteng, menyerang musuh, membeli dan melakukan upgrade pasukan, hingga mengeksekusi taktik.
Lalu kita masuk ke dalam aksi seru di pertarungan turn-based. Pertarungan ini terjadi ketika kamu menyerang benteng musuh atau sebaliknya. Jika kamu menang, maka serangan atau pertahananmu berhasil dan benteng yang bersangkutan akan tetap/berubah jadi milikmu.
Kamu bisa membawa maksimal enam personel, termasuk dua hero yang kamu pilih di awal misi. Keenam personel ini bisa kamu susun ke dalam sebuah formasi yang memiliki tiga baris yang masing-masing diisi dua personil.
Baris pertama sebaiknya dihuni oleh personel yang memiliki HP atau evade yang tinggi, karena baris ini dapat diserang oleh serangan jarak dekat ataupun jarak jauh. Baris kedua bisa diisi oleh anggota dengan HP rendah yang hanya bisa diserang oleh serangan jarak jauh. Di baris ketiga, kamu bisa menempatkan personel cadangan yang dapat menggantikan anggota yang mati, memiliki HP rendah, atau mengubah strategi.
Bagi saya yang menyukai RPG klasik dengan sistem pertarungan turn-based, gameplay Vimala: Defense Warlords terasa sangat adiktif. Ketika pertama kali dirilis, saya bisa menghabiskan waktu lebih dari tiga jam dalam sekali main. Tingkat kesulitan yang tinggi membuat saya tertantang untuk mencoba strategi demi strategi untuk mengalahkan musuh. Saya juga dengan rela melakukan grinding mengoleksi zamrud (hijau) dan safir (biru) demi mendapatkan item baru yang lebih kuat dan juga karakter baru.
Kamu bisa mendapatkan senjata dengan berbagai level, mulai dari common, uncommon, rare, epic, legend, hingga godlike. Setiap level ini, kecuali legend dan godlike, bisa didapatkan melalui penukaran zamrud dengan peti harta. Untuk mendapatkan item legend dan godlike, kamu harus melakukan fusion alias penggabungan dua buah item yang sama. Namun, belum tentu kamu mendapatkannya, karena terdapat kemungkinan fusion ini gagal.
Vimala: Defense Warlords menuntut saya memiliki durasi permainan yang lama, karena setiap pertarungan berlangsung cukup panjang. Tidak masalah sebenarnya untuk mode Skirmish, karena progres yang saya miliki bisa disimpan. Akan tetapi, saya tidak dapat menyimpan progres di mode Dungeon. Hal ini kadang membuat frustasi, karena ketika saya telah mencapai stage 20 (yang bisa menghabiskan satu jam waktu saya di depan layar ponsel) dan mata saya mulai lelah, saya tidak bisa menyimpannya dan harus merelakan permainan berakhir di stage tersebut.
New vs. Old
Kini mari kita bahas beberapa fitur dan perubahan yang hadir melalui update terbaru Vimala: Defense Warlords. Yang pertama tentunya adalah mode PvP (player versus player). Mode ini sama seperti Dungeon, bedanya kamu memilih enam personil melawan enam personil milik pemain lain. Jika menang, kamu akan mendapatkan poin yang jika terkumpul bisa ditukarkan dengan peti harta. Terdapat juga leaderboard yang menampilkan para penguasa arena PvP.
Penantianku akhirnya terwujud! Begitu pikir saya. Sayang, sepertinya hanya sedikit orang yang menanti fitur ini muncul. Saya tidak menemukan banyak variasi dari lawan yang ada. Setiap pemain yang saya lawan hanya memilih enam personil standar, yang artinya mereka tidak mengutak-atik sama sekali formasi mereka. Entah mode ini belum benar-benar berjalan, banyak pemain lama yang terlanjur meninggalkan game ini, atau apa penyebabnya saya tidak tahu pasti.
Berlanjut ke beberapa perubahan lainnya. Pada update terbaru ini, untuk mendapatkan karakter baru, kamu harus menggunakan safir sebanyak 220 buah yang hanya bisa kamu dapatkan melalui achievement atau IAP. Dulu, untuk mendapatkan sebuah karakter, saya hanya perlu mengoleksi seribu zamrud yang bisa didapat melalui grinding. Sebuah perbedaan yang sangat jauh sekali dan membuat tugas mengoleksi seluruh karakter menjadi tidak mungkin, kecuali saya membeli IAP.
Setelah saya menghitung jumlah safir yang bisa saya kumpulkan melalui achievement, ternyata saya hanya akan bisa membuka satu karakter baru saja. Berbeda dengan versi lama yang memungkinkan saya membuka semua karakter baru dengan grinding.
Saya tentunya agak kecewa dengan hal ini. Namun, memang jika tidak dilakukan, mengoleksi seluruh karakter akan terasa terlalu mudah. Perubahan yang cukup menghibur adalah adanya sistem reward di mode Dungeon yang akan memberi kamu peti harta jika berhasil melewati stage tertentu.
Kesimpulan
Grafis dan musik pada Vimala: Defense Warlords tidak usah diragukan lagi. Sebagai perusahaan yang juga bergerak di bidang grafis dan media, kemampuan Masshive Media dalam membuat karakter dan animasi yang sangat indah harus diacungi jempol. Musik yang dihadirkan juga berhasil membawa suasana heroik ke dalam game. Dari segi gameplay pun, Vimala: Defense Warlords mampu membuat saya betah berjam-jam memainkannya.
Akan tetapi, ada banyak hal minor yang membuat pengalaman bermain Vimala: Defense Warlords menjadi terganggu. Hal-hal tersebut antara lain mode PvP yang belum berjalan sebagaimana mestinya, tidak bisa menyimpan game pada mode Dungeon, karakter baru yang lebih sulit untuk dibuka, dan sebagainya.
Bagi saya, Masshive Media sudah mampu membuat game dengan inti gameplay dan grafis yang baik. Tidak heran, sebab game ini berhasil masuk nominasi Indie Prize Casual Connect Asia 2015 lalu. Namun, mereka masih perlu mengasah lagi bagaimana dunia free-to-play yang keras ini berjalan.
The post Review Vimala: Defense Warlords – Game Adiktif yang Butuh Usaha Lagi untuk Penuhi Potensi appeared first on Tech in Asia Indonesia.