Minggu ini saya berkesempatan untuk mengobrol dengan Erel Maatita dari Mojiken Studio di Surabaya. Meskipun bisa dibilang masih baru terjun ke industri game, pria yang juga merupakan pemain saksofon ini menunjukkan potensi yang luar biasa untuk turut serta memajukan industri game Indonesia di masa depan.
Tanpa panjang lebar lagi, langsung saja kita masuk ke obrolan singkat saya dengan Erel mengenai musik jaz dan karyanya, asal mula dia mulai menggambar, dan bagaimana dia bisa terjun ke industri game. Selamat membaca dan menikmati.
Halo Erel, bisa cerita sedikit tentang siapa kamu ke para pembaca?
Halo, nama saya Erel Maatita. Saya baru saja lulus dari salah satu perguruan tinggi negeri bulan Maret lalu. Sekarang saya tergabung sebagai salah satu artis di Mojiken Studio. Selain itu, saya juga pemain saksofon yang tergabung dalam komunitas ITS Jazz.
Bisa cerita bagaimana kamu bisa jadi seorang ilustrator profesional?
Saya suka menggambar dari kelas lima SD. Seiring berjalannya waktu, ketika SMA saya juga mencoba-coba bidang seni lain seperti fotografi dan videografi, jadi menggambarnya agak sedikit ditinggalkan.
Ketika memasuki semester tujuh kuliah, barulah saya memutuskan untuk fokus ke dunia ilustrasi pada umumnya. Pada saat itulah saya juga bertemu dengan teman-teman dari Mojiken Studio (yang saat itu masih bernama Chekydot Studio Surabaya) dan diajak bergabung dengan mereka. Di situlah perjalanan saya sebagai ilustrator profesional dimulai.
Bagaimana kamu bisa terjun ke industri game?
Saya mulai mengenal industri game ketika bergabung dengan Mojiken Studio. Di sini saya belajar banyak mengenai segi teknis dan juga nonteknis dari industri game.
Boleh tahu game apa saja yang pernah kamu kerjakan, dan apa yang paling berkesan sejauh ini?
Game yang paling berkesan yang pernah saya kerjakan adalah game Garudayana Saga: Ashura Hunter yang masih dalam tahap pengembangan. Game ini berkesan sekali karena juga menjadi Tugas Akhir kuliah saya. Bisa bekerja dengan properti intelektual (IP) sebesar Garudayana juga menjadi sebuah kebanggaan tersendiri.
Selain itu saya juga pernah mengerjakan beberapa game lain, tapi masih belum dirilis. Jadi, yang paling berkesan ya game Garudayana Saga: Ashura Hunter itu.
Bagaimana pandangan kamu tentang industri video game di Indonesia sekarang? Dan apa harapan kamu ke depannya?
Saya merasa industri video game di Indonesia sangat potensial, karena masih banyak ide-ide yang bisa digarap dan dieksekusi menjadi game yang keren. Harapan saya supaya karya-karya game Indonesia bisa menjadi game yang mendunia karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan banyak game yang sudah ada di pasar sebelumnya.
Selain video game, biasanya kamu mengerjakan ilustrasi untuk media apa lagi?
Kebetulan masih jarang, karena kebanyakan karya dan pekerjaan saya hampir semua berkumpul untuk bidang game, baik itu aset game, gambar konsep, atau game kartu digital. Tetapi, tentu harapan saya di masa depan saya juga bisa berkarya melalui media lain seperti komik dan ikut andil dalam membantu proses pembuatan film.
Biasanya apa yang menjadi inspirasi kamu dalam mengerjakan karya-karyamu?
Inspirasi saya biasanya datang dari lingkungan sekitar dan juga dari karya-karya orang lain. Contohnya seperti setelah main game, menonton film, membaca buku, atau melihat ilustrasi orang lain.
Sebagai seorang musisi jaz, apakah eksposur kamu terhadap genre musik yang bisa dibilang berkelas ini mempengaruhi karya-karya game dan ilustrasi kamu?
Oh iya, karena saya suka jaz, jadi mungkin secara langsung atau tidak ketika saya menggambar saya lebih suka menggunakan warna-warna yang monokromatis atau saturasi rendah. Mungkin terbawa suasana era jaz tahun 50-an sampai 60-an, hahaha.
Punya ilustrator favorit?
Pastinya. Favorit saya yang pertama adalah Jim Lee, karena dia yang menginspirasi saya pertama kali untuk belajar menggambar. Kemudian ada Mas Ardian Syaf dari Tulungagung, beliau adalah orang yang bikin saya yakin kalau ilustrator Indonesia bisa berkiprah di dunia internasional.
Kalau tadi ada dua ilustrator tradisional, untuk ilustrator digital yang jadi favorit saya adalah Feng Zhu, Syd Mead, Mathias Zamecki, Maciej Kuciara, Rudy Siswanto, Karla Ortiz, Kekai Kotaki, dan masih banyak lagi.
Demikianlah obrolan singkat saya dengan Erel Maatita dari Mojiken Studio. Seperti biasa, jika kamu ada komentar ataupun pertanyaan, langsung saja sampaikan melalui kolom komentar di bawah. Untuk menikmati karya Erel lainnya, kunjungi juga tautan di bawah ini. Sampai jumpa minggu depan.
Deviant Art: N8watcher
Art Station: Erel Maatita
[Artistalk] adalah artikel mingguan di Tech in Asia yang membahas mengenai para artis 2D ataupun artis 3D dari Indonesia yang bekerja di bidang video game. Jika kamu punya kritik atau saran untuk artikel ini, silahkan hubungi fahmi@techinasia.com atau melalui @fahmitsu P.S. Jika kamu tertarik untuk mengetahui tentang behind the scene pengembangan game lokal selain dari sudut pandang artist, cek juga seri artikel Devtalk di Tech in Asia IndonesiaThe post [Artistalk] Berkarya dengan Saksofon dan Pen Tablet – Wawancara dengan Erel Maatita dari Mojiken Studio appeared first on Tech in Asia Indonesia.