Gerakan protes terhadap Internet.org seolah telah melewati batas. Apa yang dulu sempat dianggap sebagai kampanye untuk menyebarkan manfaat internet, kini telah dicap sebagai antitesis dari kebebasan berbicara dan net neutrality. Citra Mark Zuckerberg kini berbalik, dari dewa penyelamat menjadi penjahat yang bejat.
Baru-baru ini, 67 kelompok pemerhati hak digital dari seluruh dunia menulis sebuah surat terbuka kepada Mark Zuckerberg. Surat tersebut menekankan bagaimana Internet.org telah melanggar net neutrality, kebebasan berekspresi, hak mendapat kesempatan yang sama, privasi, dan keamanan. Ironisnya, surat tentang kebebasan berekspresi yang dilayangkan kepada Mark Zuckerberg tersebut dikirimkan lewat Facebook. Surat tersebut ditandatangani oleh sejumlah organisasi di lima benua.
Sementara itu, di Indonesia, XL Axiata memutuskan tidak bergabung dengan program Internet.org. Operator seluler itu beralasan bahwa program ini masih kontroversial dan menyebabkan kisruh yang terjadi di India. Facebook akhirnya memilih untuk bermitra dengan operator seluler lainnya, Indosat.
Saya telah menghabiskan tiga tahun terakhir hidup saya di China, negara dengan “polisi dunia maya” yang paling canggih dan akses internet yang paling terbatas di dunia. Sebagai orang yang merasakan sendiri efek dari sensor online, saya ingin memberitahu semua demonstran di luar sana bahwa mereka tampaknya mengabaikan satu hal penting:
[Adanya akses] Internet lebih baik daripada tidak ada internet sama sekali.
Memang benar, Internet.org bermitra dengan perusahaan telekomunikasi swasta yang memberikan akses internet lebih sedikit dari yang seharusnya . Beberapa perusahaan, Facebook khususnya, akan memperoleh manfaat dari program ini. Skema ini tampak bertentangan dengan prinsip ekonomi pasar bebas, serta berpeluang menyingkirkan kompetisi potensial.
Sebenarnya, itu adalah masalah yang dihadapi pengguna internet di China – negara yang menyensor Facebook. Dan terlepas dari hal tersebut, orang-orang China tetap bisa mengalami kemajuan besar meski dengan akses yang terbatas. Meski itu hal yang bagus, mungkin hanya sedikit yang akan berpendapat bila masyarakat China akan menjadi lebih baik tanpa internet sama sekali.
Sebagaimana yang telah dikatakan Mark Zuckerberg sendiri, “Menghilangkan program yang memberikan akses online ke lebih banyak orang tidak akan meningkatkan inklusi sosial atau mempersempit kesenjangan digital. Hal tersebut hanya akan membungkam ide dan kontribusi dari dua pertiga dari dunia yang tidak terhubung ke internet.” Ia melanjutkan dengan menjelaskan bahwa Internet.org tidak akan memblokir atau membatasi layanan lain; atau menciptakan akses yang lebih cepat.
Terlebih lagi, negara-negara yang menjadi lokasi peluncuran Internet.org memiliki sesuatu yang tidak dimiliki China: alternatif. Tidak ada yang memaksa orang-orang Indonesia dan India untuk menggunakan Internet.org. Orang yang mampu membeli internet bisa terus berlangganan, dan kemungkinan besar akan melakukannya. Bagi mereka yang tidak mampu, Internet.org menawarkan cara untuk setidaknya memangkas kesenjangan digital antara si kaya dan si miskin.
Jadi ketika saya melihat hashtag anti-Internet.org di media sosial, artikel-artikel di blog yang menyudutkan Mark Zuckerberg sebagai imperialis yang licik, dan forum seperti Save The Internet dan IT for Change; saya terkejut. Mereka semua, tentu saja sudah memiliki akses ke internet, bukan orang yang ingin dibantu Internet.org. Namun kenapa mereka bertingkah seperti pihak yang berhak mengatur program ini? Seakan-akan Mark Zuckerberg bertanggung jawab untuk memberi akses internet gratis tanpa batas di negara-negara berkembang. Lebih menyebalkannya, mereka seolah tidak mau menerima jika yang diberikan kurang dari apa yang mereka harapkan.
Facebook adalah sebuah perusahaan yang dibuat untuk mencari profit, dan Mark Zuckerberg adalah seorang individu yang tidak terikat. Mengapa ada orang yang berharap ada perusahaan atau orang yang secara cuma-cuma memberikan layanan seperti Internet.org pada skala yang besar? Selain itu, Internet.org masih berada dalam tahap sangat awal, dan siapa bilang layanan program ini tidak bisa ditingkatkan?
Dalam pandangan saya, masalah terbesar Internet.org adalah penggunaan kata “internet” pada namanya. Program ini bukanlah layanan internet seperti yang kebanyakan orang bayangkan, dan menyebutnya sebagai “internet” tentunya bisa dibilang membalikkan kenyataan. Tetapi menyudutkan Mark Zuckerberg dan Internet.org menurut saya adalah reaksi yang berlebihan.
Saya percaya sepenuh hati pada kebebasan berbicara dan akses internet tanpa batas. Sejak dulu saya telah mendukung gerakan yang melawan kebijakan yang tidak berpihak pada net-neutrality. Tapi dalam hal ini (Internet.org), saya tidak sependapat. Argumen yang menentang Internet.org kelihatan jelas hanya mementingkan sisi bisnis ketimbang mengedepankan kepentingan orang banyak.
Program yang kerap disebut sebagai “Internet for the poor” ini, rasanya masih jauh lebih bermanfaat ketimbang tidak ada akses internet sama sekali.
(Diterjemahkan oleh Lina Noviandari dan diedit oleh Pradipta Nugrahanto)
The post Untuk para penghujat Internet.org … appeared first on Tech in Asia Indonesia.