Quantcast
Channel: Tech in Asia
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6222

[Opini] Indonesia Perlu Lebih Banyak Mempelajari Tentang Industri Dan Media Game

$
0
0

Sebagai sebuah negara berkembang, banyak sekali hal di negara kita tercinta ini yang tertinggal jauh dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Di antara berbagai ketertinggalan tersebut, salah satu yang paling terasa mungkin adalah ketertinggalan di bidang teknologi, terutama teknologi di bidang media dan penyampaian informasi.

Saat saya membahas tentang ketertinggalan teknologi, mungkin saja sebagian dari kamu langsung berpikir tentang kalahnya kecepatan internet di Indonesia dengan di negara seperti Korea atau Jepang. Tapi perlu diingat, ketinggalan di bidang teknologi bisa memiliki makna yang jauh lebih luas. Salah satunya adalah seberapa besar teknologi mempengaruhi kehidupan sosial dan politik masyarakat.

Sebenarnya hal seperti ini bisa dilihat dari berbagai sudut pandang. Contohnya seperti bagaimana cara masyarakat menanggapi teknologi bisa berhubungan dengan banyaknya situs yang diblokir di Indonesia. Tapi untuk artikel ini, saya hanya akan membahas tentang video game. Tentang bagaimana tanggapan masyarakat Indonesia ke video game bukan hanya sebagai media hiburan dari sudut pandang konsumen, tapi juga dilihat dari sudut pandang produksi game dalam negeri dan juga dari sudut pandang media game di Indonesia.

Growth Industri Game

Tidak mengherankan memang jika industri game masih sangat asing di mata penduduk Indonesia. Mayoritas warga negara ini hanya tahu video game sebagai media hiburan semata, tanpa memikirkan sama sekali tentang proses di balik pembuatannya. Bahkan terkadang masih banyak mindset dari penduduk kita bahwa video game adalah hiburan untuk anak kecil. Ketidakpahaman ini jelas saja memiliki banyak dampak negatif, salah satu yang paling parah adalah jika orang tua salah membelikan anak mereka game untuk dimainkan.

Itu kalau dilihat dari sudut pandang konsumen, bagaimana jika dilihat dari sudut pandang produsen? Sebagai seseorang yang pernah bekerja di perusahaan game ternama, jujur saja saya cukup kagum dengan kepolosan rakyat terhadap industri game. Tidak jarang jika saya mengobrol dengan orang yang saya temui di tempat umum, mereka akan mengira saya bekerja di warnet karena nama kantor saya memiliki embel-embel “game“. Bahkan setelah saya menjelaskan bahwa kantor saya adalah game developer, tidak jarang orang kebingungan dengan pekerjaan saya.

Selain salah duga sebagai pengurus warnet, ada kesalahan lain yang paling umum terjadi dan bisa dibilang paling menyebalkan. Saat ditanya oleh kerabat tentang pekerjaan saya, dan saya menjawab bahwa pekerjaan saya adalah membuat game, kontan kalimat jawaban paling sering saya dengar adalah “wah enak dong ya kerjanya main game terus“. Percayalah, itu semua tidak benar. Banyak dari developer game memang selalu memainkan game, tapi game yang mereka mainkan adalah game yang sama terus-menerus dalam keadaan belum selesai, tidak seperti kegiatan bermain game untuk rekreasi.

Padahal kalau kita melihat industri kreatif lainnya yang sudah eksis sejak lama seperti komik atau film, tanggapan dari masyarakat umum biasanya lebih masuk akal. Saya rasa para komikus tidak selalu mendapatkan tanggapan “wah enak dong baca komik terus” ketika menjelaskan tentang profesinya, begitu juga pembuat film yang tidak mendapatkan respons “wah enak dong nonton film terus“. Memang kedua profesi tersebut pastinya memiliki pertanyaan-pertanyaan atau tanggapan konyol lain tersendiri dari orang di luar industri kreatif, tapi setidaknya tingkat keabsurdannya tidak separah media baru seperti video game.

Kurangnya pemahaman akan industri game ini tentunya tidak hanya berdampak di hal-hal minor seperti pembicaraan kasual di tempat umum atau di acara keluarga, tapi bisa juga berdampak ke hal besar yang akan merugikan oknum-oknum tertentu. Contohnya bisa dilihat seperti kejadian yang baru-baru ini dialami kantor Gameloft Indonesia yang diperiksa karena ketidakpahaman warga sekitar dan aparat mengenai apa itu developer game.

Terakhir kalau kita coba lihat dari sudut pandang media. Sebagai penulis di sebuah situs game, jujur saja menjelaskan tentang pekerjaan saya ke orang-orang sedikit lebih susah dibanding ketika saya merupakan seorang developer. Bisa dibilang jalur pekerjaan serta media seperti ini masih merupakan hal yang belum umum di Indonesia, meskipun kita semua sudah mengenal majalah game semenjak tahun 90-an.

Lihat Juga: #WeLoveGameDevs – Tunjukkan Rasa Cintamu Pada Developer Game Melalui Media Sosial

Beberapa contoh kasus yang saya alami adalah ketika saya menulis opini tentang game bekas dan game bajakan, serta opini tentang kenapa saya berniat meninggalkan bermain game di PC. Beberapa argumen pro dan kontra dengan opini saya tentu saja saya terima, tapi sayangnya ada beberapa komentar yang merasa kalau tulisan saya adalah sesuatu yang terlalu dilebih-lebihkan. Dari tanggapan-tanggapan beberapa orang tersebut, seakan-akan mereka hendak mengatakan bahwa video game hanyalah hiburan semata, tidak perlu diambil pusing sama sekali dengan topik-topik artikel selain review atau berita game terbaru.

Membaca komentar seperti itu jujur saja saya merasa sangat sedih. Jika kamu mengunjungi berbagai situs game di luar, tidak jarang mereka membahas peran video game dalam sosial dan politik, masalah representasi gender dan seksualitas di video game, sampai membahas tentang agama dan rasisme yang biasa ditemukan di media kita yang tercinta ini. Di saat negara maju sudah membicarakan topik penting dan hubungannya dengan video game, di Indonesia menulis tentang game bajakan dan pilihan platform saja sudah dianggap melebih-lebihkan dan tidak penting. Sebuah perbandingan yang betul-betul terbalik.

Saya betul-betul berharap semoga saja video game bisa ditanggapi dengan lebih serius dan dewasa, baik oleh gamer, maupun orang-orang yang sangat jarang berurusan dengan video game. Karena sebagai salah satu media baru paling populer, pemahaman akan peran video game lebih dari sekedar hiburan adalah hal yang sangat penting.

Dengan mulai memperhatikan hal-hal simpel yang saya sebutkan di atas, saya yakin kita sudah cukup berkontribusi dalam membawa Indonesia sedikit lebih maju dari sekedar negara berkembang, menjadi negara yang siap maju. Kalau bukan kita, siapa lagi?


Artikel opini adalah artikel yang didasarkan atas pendapat pribadi sang penulis dan tidak menggambarkan pandangan Games in Asia Indonesia secara umum. Di Games in Asia Indonesia, kami menghargai pendapat semua orang baik penulis, kontributor, dan juga para pembaca.

Post [Opini] Indonesia Perlu Lebih Banyak Mempelajari Tentang Industri Dan Media Game muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6222

Trending Articles