Hai, semuanya! Kevin di sini. Seperti yang kamu semua tahu kalau sebentar lagi 2014 akan datang. Banyak game-game baru akan bermunculan dan pastinya bikin kamu tidak sabar untuk bermain game yang kamu tunggu bukan? Saya juga merasa demikian, namun yang namanya hidup tidak selalu melihat ke depan. Kadang-kadang kita juga harus sesekali melihat ke belakang untuk merenungkan apa saja yang sudah kita perbuat dan belajar dari apa yang telah kita lakukan selama ini supaya ke depannya kita bisa melakukan segala sesuatu dengan lebih baik.
Tapi, cukup dengan omongan bijak dari saya! Karena sekarang waktunya untuk melihat ke belakang dan kembali mengenang game apa saja yang sudah saya mainkan selama ini. Siapa tahu kita punya selera yang sama… (Daftar di bawah tidak menyatakan peringkat)
1. Ni no Kuni
Saya rasa Ni no Kuni sungguh mengembalikan citra JRPG ke zaman keemasannya.
JRPG yang dikembangkan oleh LEVEL5 dan bekerja sama dengan studio Ghibli ini yang membuat rasa kepercayaan saya terhadap JRPG kembali tumbuh. Sebelumnya saya merasa bahwa JRPG sudah melenceng dari kiblat aslinya. Ditambah lagi produksi game bergenre RPG dari kawasan Jepang semakin menurun (atau setidaknya tidak dirilis di barat). Namun setelah Namco Bandai merilis game ini, rasa kangen yang luar biasa kuat menyerang saya dan saya tidak sabar untuk mencobanya.
Secara gameplay, Ni no Kuni bisa dibilang mirip Pokémon namun dengan gaya permainan yang lebih dinamis semenjak para familiar maupun monster bergerak secara realtime. Untuk masalah visual, jangan pernah meremehkan kemampuan LEVEL5. Cel shading yang dihasilkan game ini memberikan efek layaknya kita sedang menonton anime, ditambah lagi desain karakter serta dunia buatan Studio Ghibli yang sederhana namun sangat membekas di pikiran. Musik yang menemani permainan kita juga sangat luar biasa karena dibuat oleh komposer Joe Hisaishi (karyanya bertebaran di film-film buatan Studi Ghibli). Saya rasa game ini sungguh mengembalikan citra JRPG ke zaman keemasannya.
2. Hatsune Miku Project Diva F
Game ini tidak hanya fanservice bagi penggemar Vocaloid (atau Hatsune Miku) semata. Game ini memilki gameplay yang solid dan tampilan visual yang memukau.
Vocaloid + Rhythm game, kombinasi yang sangat menusuk di titik kelemahan saya sebagai pecinta subkultur otaku Jepang. Saya hampir tidak memasukan game ini ke dalam daftar karena saya memainkan versi Jepangnya yang keluar pada 2012. Yep, versi Inggris keluar tahun 2013. Tentu ini masuk perhitungan sebagai game 2013 bukan?
Gameplay yang memuaskan serta sajian visual yang begitu berwarna-warni dan kadang moé sangat menggoda hati kecil saya sebagai penggemar Vocaloid. Alunan musik yang sangat familiar bagi telinga saya yang cukup sering mendengarkan lagu Vocaloid juga menjadi daya tarik tersendiri bagi diri saya pribadi. Saya memang pernah memainkan seri Project DIva yang sebelumnya, namun menurut saya Project Diva F memiliki kekuatan di visualnya semenjak game ini dirilis di platform PSVita dan PS3. Oh, bagi kalian yang punya Project Diva F versi Inggris, berikan pelukan hangat kepada Sega karena sudah ‘berani’ untuk melepas game ini untuk masyarakat dunia yang tidak bisa membaca huruf kanji. Bravo Sega!
3. Tales of Xillia
Ini adalah game yang wajib kamu mainkan jika kamu merasa turn-based RPG sudah kuno.
Yes!! JRPG lainnya! Dan ini adalah seri Tales of yang pertama kali saya mainkan, dan game ini sangat seru menurut saya. Sekali lagi saya beritahu, game ini memang aslinya dirilis pada 2011, namun versi Inggrisnya keluar pada 2013. Tentu saja masih masuk perhitungan bukan?
Ini pertama kalinya saya bermain RPG dan merasa bahwa battle Action-RPG-nya paling cepat dibanding Action-RPG yang pernah saya mainkan sebelumnya. Kombinasi serangan yang bisa dilancarkan memiliki variabel yang sangat luas sehingga permainan tidak terasa membosankan meski 40 jam sudah dilalui. Visual yang ditawarkan memang sudah agak kuno, namun saya selalu memiliki prinsip: Gameplay dahulu, visual belakangan. Nah, sekarang saya penasaran dengan Tales of Xillia 2 dan Tales of Zestiria. Gimme more, NamcoBandai!
4. Grand Theft Auto V
”Oh, saya harus main game ini!”
Saya tidak bisa bilang banyak soal GTA V karena, jujur, saya belum pernah memainkannya (ya, belum sempat beli, mohon maaf, jangan kecewa). Tapi dilihat dari trailer dan video ketika orang-orang memainkannya yang tersebar di Youtube, membuat saya berpikir, “Oh, saya harus main game ini!”
Berbeda dari seri GTA yang sebelumnya, kali ini ada 3 orang protagonis yang bisa kamu mainkan dengan cerita latar belakang dan kemampuan yang berbeda pula. Sistem tembak-menembaknya juga terlihat semakin lebih baik dibanding pendahulunya. Selain itu, terdapat banyak sekali mini-game dalam GTA V yang membuat game ini seperti game dengan banyak genre. Bayangkan saja, kamu bisa balapan sepeda, bermain tenis, menyelam, skydiving, bahkan bermain saham! Saya harus secepatnya memainkan game ini. Juga, jangan lupakan fitur online-nya. Rasanya pasti luar biasa menembakkan roket di tengah kota sambil balapan bersama teman-temanmu yang sedang naik helikopter sambil menembaki orang dengan machine gun. Saya tidak tahu saya sedang menulis apa, tapi saya harus main game ini sekarang.
5. The Last of Us
Sebuah masterpiece dari Naughty Dog.
Bagi saya, game ini adalah Game of The Year. Dari atmosfir, gameplay, cerita, semuanya luar biasa. Saya pribadi tidak menyangka, Naughty Dog yang sebelumnya membuat Uncharted -yang notabene adalah third-person shooter yang penuh aksi dan karakter flamboyan- dapat membuat game yang membuat saya merinding (bukan karena takut).
Hubungan antara Joel dan Ellie sangat menarik untuk disimak. Kita bisa melihat bagaimana perkembangan hubungan mereka dari interaksi dan pembicaraan selama permainan berlangsung. Dan hubungan itu membawa warna tersendiri ketika mereka berdua berada dalam sebuah dunia kelam dan penuh bahaya. Oh, iya. Jangan lupa kalau gameplay yang memerlukan kemampuan bertahan diri ini cukup berbeda dari third person shooter pada umumnya.
6. Bioshock Infinite
“Tetapi selain hal itu, adanya gedung-gedung tinggi yang melayang, jalan yang menyambung di udara, pakaian khas dunia steampunk dan hal lainnya membuat saya merasa bahwa game ini adalah sebuah galeri imajinasi para concept artist.”
Dalam 1 jam pertama ketika saya bermain game ini, saya bukan sedang menembaki musuh atau melempari musuh dengan bola api menggunakan Devil’s Kiss. Saya sedang mengagumi keindahan pengarahan visualnya yang mencengangkan. Warna-warna yang saya lihat sungguh kontras dengan kondisi Columbia. Indah namun menakutkan. Tetapi selain hal itu, adanya gedung-gedung tinggi yang melayang, jalan yang menyambung di udara, pakaian khas dunia steampunk dan hal lainnya membuat saya merasa bahwa game ini adalah sebuah galeri imajinasi para concept artist.
Pertempuran dalam Bishock Infinte terasa amat cepat meskipun ada sedikit kekurangan di sana-sini seperti sistem tembak menembak yang agak kaku. Vigor menjadi daya tarik tersendiri dari game ini terutama dari jenis serangan yang dihasilkan serta kombinasi serangan yang bisa dilakukan. Namun yang membuat saya begitu tertarik dengan game ini adalah Skyhook. Sebuah senjata yang mematikan sekaligus alat yang bisa membuat pertempuran melintas di angkasa.
7. Stanley Parable
Game yang benar-benar ‘beda’.
Yang bisa saya katakan dari game indie First Person ini adalah: coba dan mainkan. Sebuah pengalaman bermain game yang amat berbeda dan terasa segar. Game ini bisa membuat kamu tertawa atau malah membuat kamu merenung. Yang pasti, suara Narator akan terus terngiang-ngiang dalam ingatanmu. “Stanley masuk pintu di kiri.”
8. Metal Gear Rising: Revengeance
Jika kamu menemukan semangka, potonglah semangka itu. Jika kamu menemukan sebuah Metal Gear, potonglah Metal Gear itu.
Potong! Potong! POTONG! Itu yang saya lakukan dalam game ini. Hasilnya? Kepuasan yang tidak pernah saya dapatkan saat bermain game action hack-’n-slash lainnya. Kamu bisa memotong hampir apapun dalam game ini. Musuh, pohon, mobil bahkan Metal Gear sekalipun! Blade mode memberikan kepuasan yang tidak pernah ada dalam game action apapun sebelumnya menurut saya. Memotong cyborg menjadi ratusan bagian? Kenapa tidak?
Plot dalam game ini memang terdengar konyol dan tidak masuk akal, namun dari segi aksi, Platinum Games selaku developer tahu cara membuat game action yang benar. Keputusan Hideo Kojima untuk menyerahkan proyek game ini kepada Platinum Games sangatlah tepat. Coba saja lihat Bayonetta. Nah, sekarang masukkan kegilaan itu ke dalam Metal Gear, kamu akan mendapatkan Rising Revengeance.
9. Tomb Raider (2013)
Lara belajar untuk tegar dalam seri Tomb Raider kali ini.
Reboot dari game yang sudah melegenda ini sangat saya tunggu-tunggu. Pertama, gameplaynya menjadi semakin seru dan menarik. Third person shooter-nya sangat terasa dinamis karena membuatmu harus sering bergerak. Kedua, Lara Croft. Seorang karakter yang melegenda dalam kancah video game, muncul dengan wajah baru. Saya rasa ini tandanya Tomb Raider sudah berada di tangan yang tepat setelah kemarin sempat terseok-seok dengan seri yang tidak terlalu sukses di pasaran.
Presentasi dari game ini sungguh melampaui harapan saya. Kini Lara Croft terasa lebih menjadi ‘survivor’ ketimbang seorang ‘tomb raider’. Namun itu bukan hal yang jelek, malah sebaliknya. Makam yang akan kamu jarah juga tampak memiliki sejarahnya sendiri yang bisa terlihat cukup dari dari interaksi yang kamu lakukan dengan objek-objek di sekitar makam itu. Tapi secara pribadi, saya tidak yakin akan keputusan Crystal Dynamics untuk merilis ulang game ini untuk PS4 dan Xbox One…
10. Metro: Last Light
Metro: Last Light menawarkan sebuah dunia post-apocalyptic yang dibuat secara cukup realistis sehingga membuat kita bisa merasakan betapa mengerikannya dunia setelah perang nuklir.
Game ini bisa digambarkan layaknya permata yang masih berupa batu bara. Masih agak kasar, namun potensinya sangat besar. Pengembang 4A Games dari Ukraina ini benar-benar memberi kejutan yang luar biasa karena, jujur, saya sendiri tidak pernah mendengar game lain yang rilis dari Ukraina.
Last Light adalah salah satu game yang membuat saya tenggelam dalam dunianya yang kelam. Side-questnya mengandung cerita-cerita kecil yang menarik dan mengundang rasa penasaran. Namun yang paling saya sukai dari game ini adalah atmosfir dari lingkungannya sendiri. Dunia bawah tanah setelah perang nuklir tergambar dengan sangat imajinatif dan terasa realistis. Bukan berarti gameplaynya tidak semenarik presentasi yang ditawarkan, justru sistem tembak menembak dalam game ini cukup solid dan bisa disandingkan dengan game-game FPS papan atas lainnya.
Nah itu saja 10 game pilihan saya di tahun 2013 ini. Tahun 2013 dipenuhi dengan game-game yang berkualitas tinggi dan semoga saja tahun depan juga demikian, apalagi konsol generasi terbaru sudah rilis di pasaran, jadi berharaplah game-game dengan visual yang jauh lebih mencengangkan dan gameplay yang lebih inovatif bisa kita mainkan sebentar lagi. Selamat tahun baru!
Post 10 Game Terbaik Tahun 2013 Pilihan Kevin Sutanto muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.