Seperti biasa, setiap weekend saya akan menyajikan kamu dengan artikel review berbagai game yang penuh dengan nostalgia. Karena sepertinya minggu depan saya tidak bisa mengisi rubrik review nostalgia ini (minggu depan lebaran lho, yeay!), maka minggu ini saya akan menyajikan kamu dengan review nostalgia yang sedikit spesial. Saya tidak akan membahas tentang game klasik minggu ini, tapi saya justru akan membahas console klasik yang juga merupakan salah satu console paling populer di Indonesia, apalagi kalau bukan Sony PlayStation.
Di kesempatan ini saya tidak akan membahas tentang sejarah PlayStation yang melibatkan pengkhianatan antara Sony dan Nintendo, saya juga tidak akan membicarakan tentang siapa saja orang yang terlibat dalam pengembangan console berusia 20 tahun ini. Pembahasan-pembahasan seperti itu lebih baik kita simpan untuk artikel lain saja. Untuk sekarang ini, saya akan membahas tentang apa saja hal yang membuat Sony PlayStation begitu spesial, dan kenapa kamu harus memiliki console ini. Enjoy.
The Hardware
Jika kita membicarakan soal teknologi yang dipilih Sony dua puluh tahun lalu untuk PlayStation, saya rasa mereka betul-betul membuat keputusan tepat dengan PlayStation. Meskipun memiliki kemampuan mesin 32-bit, Sony tetap berhasil mengalahkan Nintendo yang di generasi yang sama mengeluarkan console 64-bit bernama Nintendo 64.
Selain keputusan pemilih CPU yang tepat, media yang Sony pilih untuk menjalankan game PlayStation juga jauh lebih baik dari media yang dipilih Nintendo untuk mesin mereka. PlayStation menjalankan game menggunakan CD-ROM. Pemilihan CD sebagai media untuk bermain PlayStation jelas sangat baik karena kapasitas yang dimiliki serta biaya produksi CD yang jauh lebih murah daripada media cartridge yang digunakan oleh Nintendo.
PlayStation juga merupakan salah satu console yang pertama kali mengutamakan penggunaan grafis 3D. Tentu saja sebelumnya sudah banyak game di mesin lain yang dibuat menggunakan grafis 3D, tapi banyak gamer (terutama di Indonesia) yang baru mulai mengenal teknologi ini melalui PlayStation.
Untuk urusan desain console, PlayStation muncul dalam ukuran yang cukup besar dan kaku, tapi pada masanya desain console bukanlah hal yang buruk. Console ini muncul dalam beberapa versi yang memiliki kode SCPH-1001, SCPH-5001, dan SCPH-9001. Perbedaan yang dimiliki ketiga versi ini terdapat pada jumlah colokan input-output yang terdapat di bagian belakang console. Colokan yang dihilangkan pun memang hanya bersifat opsional seperti untuk memasang GameShark.
Baru setelah PlayStation 2 dirilis, Sony mengeluarkan model baru PlayStation yang didesain dengan sangat ramping. Model yang diberi nama PSone ini menghilangkan tombol reset yang terdapat di model PlayStation asli. Sony juga sempat merilis combo pack untuk model ini yang disertai dengan sebuah LCD mini berukuran 5 inci. Desain ramping yang dimiliki PSone jelas merupakan kelebihan tersendiri karena kepraktisan yang dimilikinya, namun saya pribadi jauh lebih memilih desain PlayStation klasik karena lebih terkesan kuat dan kokoh meskipun ukurannya agak besar.
The Controller
Jika kita membicarakan tentang controller yang dimiliki PlayStation, saya rasa kebanyakan dari kita tahu bahwa controller yang dimiliki console ini adalah sesuatu yang spesial. Bagaimana tidak, kalau memang desain controller console ini jelek, saya yakin Sony tidak akan mempertahankan desain ini sampai akhirnya dirombak total tahun lalu melalui PlayStation 4.
Melalui controller PlayStation, Sony mengenalkan lambang-lambang yang menandai setiap controller console mereka sampai sekarang. Lambang-lambang ini adalah kotak berwarna merah muda, X berwarna biru, lingkaran berwarna merah, serta segitiga berwarna hijau. Keempat lambang ini menggantikan tombol yang biasanya diwakili oleh berbagai huruf (biasanya A, B, X, Y, saya sendiri bingung kenapa empat huruf ini yang dipilih) dan sekarang sudah menjadi identitas sendiri untuk produk-produk gaming dari Sony.
Controller PlayStation memiliki grip tersendiri yang tidak bisa kamu temukan di berbagai console populer sebelumnya seperti Sega MegaDrive atau SNES. Selain itu controller ini juga muncul dalam berbagai versi. Ada versi standar yang hanya terdiri dari D-pad standar, tombol aksi dengan empat lambang yang saya sebutkan di atas, tombol L1, R1, L2, dan R2 yang berada di pundak (atau punggung) controller, serta tombol start dan select.
Beberapa tahun setelah controller biasa itu dirilis, Sony mengeluarkan Dual Analog Controller yang menyertakan dua buah kendali analog yang bisa menjadi pengganti tombol D-pad. Pada masa itu belum banyak game yang mewajibkan penggunaan analog, tapi kalau kita lihat game zaman sekarang, rasanya akan sulit sekali bermain game (terutama game 3D) tanpa menggunakan analog.
Setelah Dual Analog, Sony tidak berhenti sampai di situ saja dan mengeluarkan iterasi terbaru dari controller PlayStation yang diberi nama DualShock. Controller ini memiliki satu lagi feature tambahan yaitu kemampuan untuk memberikan haptic feedback atau efek getaran. Saya jadi ingat sendiri bagaimana dulu saudara saya mempromosikan DualShock sebagai teknologi yang bisa memberikan saya perasaan sakit sendiri seandainya karakter saya dalam game fighting dipukul lawan. memang hal tersebut sangatlah simpel (dan tentunya tidak seperti yang saudara saya ceritakan), tapi tetap saja menarik untuk melihat bagaimana hal simpel itu bisa menjadi sesuatu yang tetap bertahan sampai sekarang, meskipun sebenarnya ide untuk controller getar ini bukanlah inovasi murni dari Sony.
Sampai sekarang pun, Sony tetap menggunakan nama DualShock untuk controller console PlayStation terbaru, ditambah dengan angka yang dimiliki console bersangkutan. Jadi PlayStation 3 memiliki DualShock 3, dan PlayStation 4 memiliki DualShock 4.
Memory Card
Salah satu hal yang paling menarik dari PlayStation adalah media yang digunakan untuk menyimpan progres permainan yang kamu lakukan. Karena CD-ROM yang ada di PlayStation tidak memungkinkan pemain untuk menuliskan data ke dalam CD, tidak seperti cartridge yang bisa berfungsi untuk menyimpan progres permainan juga, maka Sony menyediakan hardware terpisah sendiri di PlayStation yang disebut Memory Card.
Saat ini console modern sudah meninggalkan hardware seperti Memory Card dan menggantinya dengan harddisk internal atau penyimpanan dengan internet. Padahal Memory Card menawarkan suatu hal spesial tersendiri yang tidak akan dapat kamu temukan di teknologi modern. Saya ingat sekali bagaimana saya dan kawan-kawan selalu siap sedia membawa Memory Card setiap kali kami berkunjung ke rumah teman lainnya. Kebiasaan ini biasanya dilakukan untuk pamer progres game yang dimiliki (contoh: “anjrot, kok lo bisa buka semua karakter sih!” atau “idih, gimana tuh cara dapetin equipment keren kayak gitu?!“) atau untuk meminta bantuan pada teman yang lebih pandai main game untuk melewati bos atau level yang sudah gagal terus dimainkan berulang-ulang. Pengalaman seperti ini tentunya akan sangat sulit ditemukan di console generasi modern.
Di PlayStation, Memory Card standarnya memiliki 15 blok yang dapat kamu isi progres game. Kebanyakan game hanya perlu memakan satu blok Memory Card saja, namun ada juga game yang bisa memakan sampai empat atau lima blok Memory Card (I’m looking at you Harvest Moon and Sim Theme Park!). Menurut saya hal ini sangatlah menarik. Melalui sekeping hardware kecil, PlayStation memperlakukan data layaknya inventory dalam game, bukan sebagai angka-angka yang tidak menarik untuk dilihat. Saat mengatur-atur data yang terdapat di Memory Card, saya selalu merasa seperti bermain game sendiri di mana saya harus pintar-pintar melakukan manajemen tempat secara optimal. Meskipun mengesalkan karena terkadang saya harus mengorbankan progres beberapa game yang saya anggap penting, hal ini tetap merupakan sebuah pengalaman yang memiliki kesan tersendiri.
The Games
Nah bagian yang satu ini sepertinya sudah tidak perlu diragukan lagi. PlayStation memiliki library game yang sangat-sangat besar. Ribuan game dalam berbagai genre telah dirilis untuk console ini, dan banyak di antaranya menjadi legenda sampai sekarang. Buktinya saja, kebanyakan game yang sudah dibahas di nostalgia review sampai sekarang adalah game untuk PlayStation.
Console yang satu ini betul-betul menyediakan banyak pilihan untuk penggemarnya. Fans game fighting bisa bermain game seperti King of Fighters, fans game racing simulation bisa memainkan Gran Turismo, fans platformer bisa bertualang bersama Crash Bandicoot,dan fans RPG bisa … well … PlayStation merupakan salah satu surga terbesar genre RPG, jadi pilihanmu jelas sangat banyak.
Yang jelas, untuk urusan pilihan game yang dapat dimainkan, PlayStation bukanlah console yang perlu kamu ragukan lagi. Bahkan saya saja sampai sekarang masih menggunakan PSP saya untuk memainkan beberapa game PlayStation yang belum saya mainkan atau yang saya rindu untuk mainkan.
Verdict: Lahirnya Sebuah Generasi Baru
Pentingnya peran PlayStation sebagai sebuah console di industri yang masih terbilang muda tidak bisa dipungkiri. Di saat baru mulai memasuki bisnis console melawan senior-senior seperti Sega dan Nintendo, Sony membuktikan bahwa mesin abu-abu mereka dapat bersaing menjadi console dengan banyak penggemar mengalahkan kedua senior tersebut.
Jadi pertanyaannya, apakah saya tetap harus mencoba console ini seandainya saya dulu belum pernah memainkannya? Well kalau kamu dulu tidak pernah memainkan console ini dan tiba-tiba berkesempatan untuk mencobanya, jangan lewatkan. Tapi kalau anda tertarik karena koleksi game yang ada saja, selalu ada PSN Classics tersedia untuk memenuhi hasrat tersebut.
Sebelum menutup review ini, cek juga video berikut yang juga bisa dibilang merupakan salah satu hal terbaik yang dapat kamu temukan di PlayStation.
Post Nostalgia Review PlayStation – Pelopor Bangkitnya Sebuah Legenda muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.