Saat Xiaomi memperkenalkan Mi Band tahun 2014 lalu, saya sudah menduga kalau harganya pasti murah. Fitness band bukanlah perangkat yang wajib kamu miliki. Perangkat ini pun sederhana, sehingga banderol $13 (sekitar Rp180 ribuan) terbilang masuk akal.
Mi Band yang dijual di Indonesia Rp245 ribu ini menyambut masa depan, di mana segala sesuatu terhubung pada aplikasi dan memberi kita data (cangkir, sepatu; kelak celana dalam kita). Jika suatu perusahaan mencoba untuk membuat pelanggan membayar jutaan rupiah untuk sebuah perangkat fitness, saya rasa itu tak akan berhasil.
Meski harganya murah, saya tak berniat menggunakan Mi Band. Namun bulan lalu Xiaomi merilis versi terbaru dengan fitur pemantau denyut jantung. Hal tersebut berpengaruh pada harganya yang sedikit naik. Di Indonesia, perangkat ini dijual di kisaran Rp350 ribu.
Namanya pun berubah, menjadi Xiaomi Mi Band Pulse. Akhirnya saya memutuskan sekarang adalah waktu yang tepat untuk mencari tahu apakah gelang fitness ini pantas dimiliki. Atau, apakah perangkat ini nantinya akan berakhir di laci meja saya dan dilupakan begitu saja.
Baca juga: Dibanderol dengan Harga Murah Apakah YiCamera Benar-benar Pesaing GoPro (REVIEW)
Mulai menggunakan
Xiaomi Mi Band Pulse dapat diandalkan saat digunakan untuk melakukan aktivitas tertentu – menghitung jarak tempuh saat kamu berlari atau berjalan, memantau tidur kamu, mengirimkan data analisanya ke aplikasi Mi Fit, membangunkan kamu dengan alarm, menghitung denyut nadi, serta bergetar saat ada panggilan telepon.
Saya menguji perangkat ini selama seminggu sambil menyambungkannya dengan iPhone 6. Saya juga penasaran sejauh mana Mi Band Pulse dapat sinkron dengan aplikasi Health bawaan iOS.
Jika kamu menggunakan smartphone Xiaomi, Mi Band Pulse menawarkan satu fitur tambahan, yaitu membuka kunci smartphone tanpa perlu memasukkan kode sandi.
Begitu kamu mengeluarkan Mi Band dari kotak kemasannya, kamu harus segera menyematkannya pada gelang karet yang telah disediakan. Agak sulit memang, namun Mi Band Pulse tak akan mudah terlepas saat digunakan. Para pemilik Mi Band sebelumnya mengeluh perangkat ini mudah lepas dari gelangnya. Desain yang baru ini kelihatannya lebih aman.
Dengan berat yang hanya 5,5 gram, kita tak akan sadar kalau sedang menggunakannya. Gelang karetnya lentur dan tipis, sehingga tak begitu mengganggu saat kamu sedang meletakkan pergelangan tangan di atas meja untuk mengetik.
Ketika pertama kali menggunakannya, saya terganggu dengan pengait logam yang menggores meja dan laptop, sehingga saya menggunakan Mi Band Pulse dengan posisi terbalik agar pengaitnya tersembunyi.
Setelah isu tersebut teratasi, saya sampai lupa kalau sedang mengenakannya. Padahal, sebelumnya saya memang tidak terbiasa menggunakan perangkat wearable.
Paket penjualannya dilengkapi charger USB. Xiaomi mengklaim baterai Mi Pulse hanya mampu bertahan 10 hari, tak seperti pendahulunya yang mampu bertahan hingga 30 hari. Penyebabnya mungkin adalah fitur pemantau denyut jantung yang memerlukan banyak daya.
Dari pengalaman saya, pada kondisi baterai yang terisi separuh, perangkat ini dapat bertahan hingga delapan hari. Jadi, jika baterainya penuh, kemungkinan perangkat ini dapat bertahan hingga dua minggu.
Bagi saya itu cukup, bahkan lebih dari cukup. Saya tak mau direpotkan dengan terus menerus mengisi daya gadget yang bukan menjadi kebutuhan utama.
Aplikasi Mi Fit
Berikutnya, kamu perlu menguasai aplikasi Mi Fit, yang tersedia untuk sistem operasi Android dan iOS. Setelah selesai membuat akun Mi Fit dan melakukan sedikit pengaturan, selanjutnya kamu perlu menentukan target harian kamu.
Ada baiknya kalau kamu menentukan target yang realistis, supaya nantinya tidak kecewa terhadap hasilnya. Saya berharap targetnya dapat diubah pada hari tertentu. Dengan begitu, saya dapat mengatur target yang lebih tinggi di akhir pekan, atau satu hingga dua hari per minggu.
Mi Fit akan menginformasikan data langkah kamu, jarak tempuh, apa kamu melakukannya sambil berjalan atau berlari, serta durasi aktivitas keduanya. Mi Fit juga menginformasikan perkiraan kalori yang kamu bakar. Swipe layar ke bagian “Last Night” untuk melihat jam berapa kamu tidur dan bangun, berapa lama kamu tidur, serta berapa lama fase light sleep dan deep sleep kamu.
Tak ada tip untuk meningkatkan metrik performa kamu, namun paparan datanya sudah jelas dan mudah dipahami. Kamu dapat membagikan hasil latihan harian atau mingguan ke Facebook, Twitter, dan WeChat.
Kamu juga bisa mengatur alarm di Mi Fit. Kita akan bahas itu nanti.
Fitur paling baru yang disematkan pada Mi Pulse adalah pemantau denyut jantung. Fitur ini dapat dilihat di aplikasi Mi Fit, meskipun sedikit tenggelam di menu drop down. Perangkat ini menunjukkan denyut nadi kamu saat diminta, layaknya Apple Watch. Namun butuh waktu hampir 10 detik untuk memprosesnya.
Hasilnya pun hanya grafik statis, bukan grafik bergerak seperti Apple Watch. Kamu juga tak akan memperoleh data harian denyut jantung kamu. Sekilas, fitur baru ini tidak begitu berarti.
Disambungkan ke aplikasi Health
Mi Fit dapat dihubungkan dengan aplikasi Health milik iOS. Namun, di sinilah awal mula kekecewaan saya terhadap Mi Band Pulse. Perangkat ini, beserta aplikasi bawaannya, hanya memberikan dua set data ke dashboard Health, yaitu Steps dan Sleep Analysis. Perangkat ini tidak mengirimkan data ke bagian “Walking + Running Distance ,” dan nampaknya memang tak mendukung itu. Mi Fit seharusnya memberikan informasi data kalori ke bagian “Active Energy” Health di iOS, namun tampaknya itu pun berfungsi.
Health menawarkan cara andal untuk menggabungkan data dari dari aplikasi fitness, seperti Nike Running dan Strava yang saya gunakan. Namun Mi Fit gagal menyajikan data jarak tempuh, dan ini membuat saya mempertimbangkan untuk menyimpannya di laci saja.
Jadi hanya iPhone dengan aplikasi Health-nya yang memberikan informasi seberapa jauh saya berjalan atau berlari. Biasanya jumlahnya lebih pendek dari jarak sebenarnya, karena saya terbiasa meletakkan ponsel di meja saat sedang berkerja. Kurangnya opsi menampilkan data ini membuat Mi Fit dirasa kurang pas jika dihubungkan dengan Health.
Waktunya bergerak
Jika bluetooth di ponsel kamu tetap menyala, Mi Band Pulse akan bergetar jika ada panggilan masuk. Saya tidak bisa menentukan fitur ini berguna atau tidak, karena ponsel saya sudah bergetar dan berbunyi kalau ada panggilan masuk.
Kamu tak bisa mengakhiri panggilan hanya dengan melakukan tap perangkat ini, dan tentu saja kamu juga tak bisa menerima panggilan lewat perangkat ini. Jika Mi Band Pulse menawarkan fungsi tersebut, tentu harga jualnya akan jauh lebih mahal. Belum lagi daya tahan baterainya yang juga akan lebih buruk.
Mi Band Pulse sepertinya sangat mengutamakan kesederhanaan. Dan saya menyukainya.
Kumpulan data, alarm, dan semua fungsi yang dimiliknya berjalan mulus, meski tak terhubung ke ponsel kamu lewat bluetooth. Selain baterai berkapasitas 45mAh, perangkat ini punya “otak” sendiri. Jadi saya mematikan Bluetooth dan hanya melakukan sinkronisasi aplikasi dengan Mi Band Pulse menjelang malam hari. Atau beberapa kali dalam sehari, kalau-kalau saya penasaran dengan hasil aktivitas harian saya.
Namun kamu tak perlu bolak-balik memeriksa Mi Fit, karena Mi Band Pulse memiliki tiga LED yang mengindikasikan pencapaian kamu berdasarkan target yang ditetapkan. Untuk mengaktifkannya, kamu harus mengayunkan lengan ke depan hingga sejajar dengan dada, seperti saat kamu melihat jam tangan. Cukup sulit untuk dikuasai saat dipraktekan pertama kali. Bahkan seringkali gagal setelah beberapa kali mencoba.
Begitu kamu berhasil mengayunkan lengan dengan benar, trio lampu LED tersebut akan menunjukkan pencapaian dari target yang ingin kamu capai. Di awal aplikasi Mi Fit, sudah ada sedikit tutorial yang menginformasikan arti dari tiap kedipan lampu dan warnanya. Perangkat ini akan bergetar pelan saat kamu mencapai target, yang mungkin akan kamu salah tafsir sebagai notifikasi panggilan telepon.
Untuk aktivitas yang membutuhkan gerak lincah dengan satu tangan, seperti bermain gitar atau memoles batu akik, ada baiknya kamu lepas perangkat ini dari pergelangan tangan kamu.
Mi Band Pulse memang water resistant, tapi jangan sampai perangkat ini tercelup ke dalam air. Saya selalu melepasnya saat sedang mencuci tangan, karena Mi Band Pulse akan menganggapnya sebagai gerakan latihan. Begitu juga dengan berbagai aktivitas lainnya, seperti menggosok gigi, mencuci, ataupun memasak. Bukan hanya terdeteksi sebagai gerakan, namun terkadang aktivitas seperti tadi dapat dianggap sebagai satu sesi latihan.
Hal itu sangat disayangkan, karena Mi Band Pulse cukup akurat selama saya pakai saat berolahraga. Perangkat ini mencatat langkah yang saya ambil dengan cukup akurat dan berhasil mengabaikan aktivitas lain yang tak berkaitan, seperti mengetik, menulis, atau mengemudi.
Sebagai seseorang yang menghabiskan waktunya untuk mengetik urusan pekerjaan, akan sangat menyebalkan jika Mi Band mencatatnya sebagai bagian dari latihan. Untungnya, gadget ini dapat mengatasi hal demikian.
Namun, untuk aktivitas yang membutuhkan gerak lincah dengan satu tangan, seperti bermain gitar atau memoles batu akik, ada baiknya kamu lepas perangkat ini dari pergelangan tangan.
Begitu kamu mulai berlari, perangkat pintar ini akan mendeteksi perubahan yang terjadi. Setelah mulai berlari dan mengecek kembali aplikasi, kamu akan melihat aktivitas lari ditandai terpisah dengan aktivitas berjalan, sehingga kamu bisa mengatur waktu dan jarak tempuh dengan lebih leluasa. Tak ada fitur melacak rute, jadi, kalau mau, kamu harus tetap menggunakan aplikasi seperti Nike Running.
Sekali lagi harus saya katakan kalau fitur pemantau denyut jantung tak begitu berguna ketika kamu berolahraga. Sepertinya fitur ini hanya berfungsi di belakang layar. Selain itu, tak ada cara lain untuk mengetahui denyut jantung kecuali kamu berhenti sejenak dari aktivitas, buka menu drop down di smartphone kamu, lalu diam sejenak hingga Mi Band Pulse dan aplikasi Mi Fit menampilkan informasi denyut jantung. Prosesnya sangat lamban dan merepotkan jika harus diulang berkali-kali.
Waktunya tidur
Jika kamu ingin perangkat ini memonitor tidur kamu, kamu bisa menggunakannya sepanjang malam. Saya pribadi merasa perangkat ini nyaman meski tetap digunakan saat tidur. Xiaomi mengklaim kalau Mi Band Pulse ini dapat diatur untuk memantau denyut jantung tiap sepuluh menit supaya kamu dapat mengetahui seperti apa kualitas tidurmu.
Saya menaruh harapan besar pada fitur yang satu ini, namun harapan saya harus menguap setelah mencobanya selama sembilan malam. Saya tadinya berharap fitur ini menambahkan akselerometer untuk memberi gambaran lebih jelas terhadap aktivitas tidur saya, namun ternyata tidak.
Sempat pada suatu malam, saya berbaring di ranjang dan namun kesulitan untuk tidur. Saya tak yakin berapa lama, mungkin lebih dari 30 menit. Namun saat paginya saya cek, Mi Fit menunjukkan kalau saya masuk ke tahap “light sleep” begitu saya berbaring di ranjang.
Gadget dan aplikasinya mampu memantau periode ketika kamu terbangun, bahkan walau hanya sebentar. Jadi saya tak mengerti kenapa saya dianggap tidur, padahal baru saja kepala saya menyentuh bantal.
Masalah yang sama terjadi di pagi harinya. Saya biasa berbaring sebentar setelah bangun untung mendengarkan radio melalui streaming dan membaca berita dari berbagai belahan dunia, namun Mi Band Pulse malah menghitungnya sebagai waktu tidur saya. Padahal saya telah men-tap gelang ini untuk mematikan alarm-nya. Hmmm…
Nampaknya fitur pemantau denyut jantung tak bisa membedakan antara berbaring dan tidur sekejap. Jantung berdenyut lebih lambat saat tidur, jadi Mi Band yang baru ini seharusnya diprogram untuk mengetahui perbedaan tersebut.
Waktunya bangun
Saat alarm-nya menyala, Mi Band Pulse bergetar lima kali dalam waktu yang singkat untuk membangunkan kamu. Saya sering dibangunkan oleh oleh perangkat ini. Cara ini lebih elegan untuk memulai hari daripada dibangunkan oleh bunyi nyaring alarm smartphone.
Untuk mematikannya, kamu harus men-tap perangkat ini agak keras. Jika tidak, perangkat ini akan menyala lagi beberapa saat kemudian. Saya tak begitu ingat apa waktunya lima menit atau sepuluh menit, tapi fungsinya sama seperti snooze alarm.
Saat alarm-nya menyala, Mi Band Pulse bergetar lima kali. Ini lebih elegan daripada dibangunkan oleh bunyi alarm.
Fitur Snooze tak ditemukan pada Mi Band edisi pertama milik teman saya, yang artinya ia perlu alarm tambahan.
Di samping alarm normal, ada juga pilihan fitur Natural Wake-Up (kamu harus mengaturnya di Mi Fit). Fitur ini diklaim dapat memantau pola tidur kamu dan kemudian membangunkanmu dengan dering yang lebih halus sehingga Mi Band Pulse dapat membangunkan kamu dengan cara yang lebih lembut.
Fitur ini berlangsung selama 30 menit sebelum alarm-nya benar-benar menyala. Saya pernah mencobanya dan saya menyukainya, namun karena fitur ini tak dilengkapi snooze saya jadi tertidur lagi, bahkan kesiangan.
Namun, alarm utamanya berjalan dengan baik. Saya lebih nyaman dengan alarm ini ketimbang alarm ponsel saya.
Baca juga: [REVIEW] Xiaomi Redmi Note 4G Unggul dalam Kompetisi Phablet dengan Harga Di Bawah Rp 2,5 juta
Kesimpulan
Harga murah, tampilan oke, dan dapat diandalkan saat memantau aktivitas berlari serta berjalan. Kekurangan utamanya adalah fitur pemantau tidur yang tidak sesuai harapan. Juga, tak jelas manfaat apa yang dihasilkan oleh pemantau denyut jantung yang dimilikinya.
Pengguna seperti saya, yang menggunakan iPhone, harus rela kalau Mi Band Pulse tak menginformasikan data yang cukup ke aplikasi Health. Hanya dua, padahal seharusnya ada tiga. Isu data ini mengharuskan kamu untuk hanya bergantung dengan Mi Fit.
Terlepas dari kekurangan tersebut, saya dapat berlari menggunakan Mi Band Pulse tanpa perlu membawa iPhone saya.
Jadi, kesimpulan saya adalah Mi Band Pulse merupakan produk baru yang baik dalam teknologi wearable fitness. Bagi kebanyakan orang, fitur yang dihadirkan sudah cukup. Memangnya kamu ingin menerima setiap notifikasi e-mail atau media sosial di pergelangan tangan kamu? Kalau saya sih tidak. Dan saya jelas tak mau membayar jutaan rupiah demi smart watch yang dalam beberapa tahun lagi perlu diganti, sementara saya sudah memiliki jam tangan yang masih dapat bertahan hingga puluhan tahun.
Saya hanya ingin tahu seberapa banyak saya harus bergerak agar nantinya dapat meningkatkan intensitas latihan olahraga. Permintaan yang sederhana, dan Mi Band Pulse berhasil memenuhinya.Perangkat ini masih saya kenakan, tidak saya simpan di laci meja. Tak seperti perangkat wearabe lain yang saya anggap tak berguna.
Kelebihan
- Desain bagus
- Ringan, lentur, nyaman
- Murah
- Sangat akurat dalam menghitung langkah
- Aplikasi Mi Fit bisa diandalkan
- Alarm berfungsi dengan baik
- Daya tahan baterai lama, sekitar 14 hari
Kekurangan
- Fitur pemantau kualitas tidur tak begitu akurat
- Pasokan data ke aplikasi iOS Health kurang
- Perlu dilepas saat melakukan gerakan tangan yang lincah
- Fitur pemantau denyut jantung tak begitu berguna
(Diterjemahkan oleh Faisal Bosnia dan Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)
The post [REVIEW] Xiaomi Mi Band Pulse, Gelang untuk Memantau Aktivitas di Lapangan dan di Ranjang appeared first on Tech in Asia Indonesia.