Kalau kamu sering mengunjungi Games in Asia Indonesia, tentunya kamu tahu seberapa besarnya minat saya terhadap game yang satu ini. Sebelumnya saya pernah membahas Child of Light mulai saat saya pertama kali merekomendasikan game ini, lalu pada saat game ini mendapatkan tanggal rilis, saat Ubisoft meminta ilustrator Final Fantasy untuk menggambar poster Child of Light, saat video behind the scene tentang bagian art dalam game ini dipublikasikan, saat Ubisoft mengeluarkan trailer baru Child of Light, serta saat Ubisoft merilis behind the scene terakhir yang berisi tentang aspek storytelling dari Child of Light.
Jujur saja, jarang kali saya menunjukkan hype yang begitu besar terhadap sebuah game. Dari hari pertama Ubisoft mengumumkan game ini bersamaan dengan Valiant Hearts, saya langsung tidak sabar ingin segera mengikuti kisah petualangan yang ada di Child of Light. Ubisoft pun tidak main-main mempromosikan game yang satu ini. Dari berbagai pembahasan serta trailer yang saya saksikan pun, saya mencoba mengambil kesimpulan dini bahwa Child of Light akan menjadi sebuah game dengan gameplay yang biasa saja, namun memiliki grafis yang luar biasa bagus, musik yang enak, dan kualitas writing yang luar biasa. Namun ternyata saya salah dalam 2 hal.
Sebelum saya bercerita lebih lanjut tentang pengalaman saya bermain Child of Light, dan 2 hal apa yang meleset dari tebakan saya, biarkan saya memperkenalkan game ini terlebih dahulu. Child of Light merupakan game dengan genre JRPG buatan developer asal Perancis yang terkenal melalui seri Assassin’s Creed dan Splinter Cell, Ubisoft. Game ini dibuat dengan engine yang sama dengan engine Rayman Legends yaitu UbiArt Framework. Dengan engine ini, Ubisoft dapat membuat sebuah game dengan kualitas grafis gambaran tangan layaknya concept art.
Tim developer game ini juga mengatakan bahwa Child of Light merupakan puisi yang bisa dimainkan karena semua kata-kata yang dibuat di game ini memiliki ritme layaknya puisi atau pantun. Child of Light juga bisa dibilang merupakan eksperimen terbaru Ubisoft dalam membuat game dengan tim kecil. Dari jenis game, hingga jumlah tim, bisa dibilang Child of Light adalah game indie yang dikerjakan oleh studio besar. Tanpa basa-basi lagi, langsung saja kita masuk ke pembahasan game ini.
“Dari jenis game, hingga jumlah tim, bisa dibilang Child of Light adalah game indie yang dikerjakan oleh studio besar.”
Bertualang Di Negeri Dongeng
“Walaupun memiliki gerakan yang terbatas di awal game, setelah melewati boss pertama Aurora akan mendapatkan sebuah kemampuan baru. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan untuk terbang. Kemampuan ini betul-betul mengubah sisi eksplorasi dalam game sampai 180 derajat.”
Layaknya RPG lain, Child of Light memiliki sebuah dunia yang dapat kamu jelajahi sesuka hati. Karena game ini memiliki setting cerita yang terinspirasi dari dongeng anak-anak, maka kamu akan disajikan sebuah dunia unik layaknya dunia yang ada di kisah Alice in Wonderland. Konsep dunia yang terinspirasi dari dongeng, dipadu dengan grafis yang indah membuat Lemuria, dunia dalam Child of Light, menjadi tempat yang sangat menyenangkan untuk dijelajahi.
Dalam game ini kamu akan berperan sebagai Aurora, putri dari Duke of Austria (adipati Austria) yang terdampar di Lemuria. Di awal permainan kamu akan disajikan dengan eksplorasi layaknya game puzzle platformer seperti Braid. Gerakan yang dimiliki Aurora di satu jam pertama permainan sangatlah terbatas. Kamu seringkali dihadapi dengan platform yang terlalu tinggi untuk dilewati sehingga harus menyelesaikan beberapa puzzle agar bisa melanjutkan perjalananmu. Kamu juga tidak akan bisa dengan mudahnya menghindari musuh di bagian ini karena memang meskipun memiliki battle turn-based layaknya seri Final Fantasy, di Child of Light kamu bisa melihat musuh-musuh berkeliaran. Jadi seandainya kamu merasa malas untuk bertarung, kamu bisa menghidari mereka.
Walaupun memiliki gerakan yang terbatas di awal game, setelah melewati boss pertama Aurora akan mendapatkan sebuah kemampuan baru. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan untuk terbang. Kemampuan ini betul-betul mengubah sisi eksplorasi dalam game sampai 180 derajat. Area yang dapat Aurora akses langsung menjadi sangat banyak.
Tidak sedikit jalur rahasia yang dapat kamu temukan di game ini, dan meskipun kamu sudah mencoba untuk meneliti seluruh daerah-daerah terpencil, masih ada kemungkinan kamu akan melewatkan satu atau dua tempat rahasia. Kemampuan Aurora untuk terbang juga akan sangat membantu kamu untuk menghindari musuh atau memosisikan dirimu agar bisa menyudutkan musuh. Ya, posisi saat kamu bertemu musuh akan menentukan kondisi pertarungan yang akan saya bahas lebih lanjut di bawah.
Tidak lupa juga dalam game ini Aurora akan ditemani dengan seekor makhluk berwujud cahaya bernama Igniculus. Dengan bantuan Igniculus, kamu dapat menerangi jalan Aurora yang terkadang terlalu gelap. Igniculus juga bisa membantu kamu mengakses beberapa item yang tidak bisa dicapai oleh Aurora, serta menerangi jalan rahasia agar lebih mudah untuk ditemukan. Selain itu, selama eksplorasi kamu bisa memanfaatkan Igniculus untuk membutakan musuh agar kamu bisa menghindari mereka atau menyerang mereka dari belakang.
Aksi Nonstop Pada Turn-Based Battle
Salah satu hal yang sangat saya ragukan sebelum game ini dirilis adalah bagian battle. Ubisoft beberapa kali mempromosikan bahwa Child of Light adalah sebuah game yang terinspirasi dari genre JRPG. Awalnya saya pikir pernyataan Ubisoft ini muncul hanya karena game ini memiliki battle dengan sistem turn-based, ditambah lagi saat saya melihat potongan battle di beberapa trailer yang ada sepertinya bagian battle game ini akan sangat membosankan. Ternyata saya sangat salah.
Bagian battle dan character customization yang ada di Child of Light terbukti sangat adiktif dan merupakan salah satu aspek paling bersinar cemerlang di game ini. Mekanisme dari battle di game ini terasa seperti gabungan dari Grandia 2 dengan Final Fantasy X. Beberapa hal yang bisa ditemukan di Final Fantasy X dan Child of Light adalah fitur yang mengizinkan kamu untuk menukar karakter yang kamu gunakan dalam battle, sedangkan fitur battle yang bisa ditemukan di Grandia 2 dan game ini akan saya jabarkan lebih lanjut di bawah ini.
Seperti yang bisa kamu lihat di atas, game ini memiliki bar yang menentukan apakah kamu sudah bisa memilih serangan atau belum. Setelah kamu memilih serangan kamu harus menunggu sampai karaktermu selesai casting barulah serangan dilancarkan. Jika karakter, baik kamu maupun musuh, diserang saat tengah menuggu cast selesai, maka karakter yang diserang tersebut akan mendapatkan status interrupted dan serangan dia dibatalkan dan harus menuggu lagi sampai waktunya dia menyerang.
Mungkin kalau dideskripsikan dengan kalimat, gameplay battle dari Child of Light terdengar membosankan atau membingungkan, tapi jika kamu mencobanya langsung, dijamin kamu akan ketagihan dengan sistem battle Child of Light. Tentunya kamu harus suka sistem turn-based dari sananya ya, kalau kamu memang bukan fans turn-based, mungkin sedikit susah untuk kamu menikmati battle dari game ini.
Pengalaman battle yang disajikan Child of Light adalah sebuah pengalaman turn-based dengan tempo cepat namun perlu pengaturan strategi juga. Ditambah lagi di dalam battle kamu lagi-lagi bisa memanfaatkan Igniculus untuk menyembuhkan karakter kamu atau memperlambat wait dan cast time dari musuh. Fitur simpel yang disediakan oleh Igniculus ini terbukti bisa membuat jalannya battle jadi jauh lebih seru dan terasa sangat aktif meskipun gameplay dasarnya adalah turn-based yang identik dengan banyak waktu menunggu.
Customization Karakter Dengan Batasan Yang Besar
Satu hal yang sangat saya sayangkan dari Child of Light adalah tidak adanya sistem equipment. Tidak seperti RPG lain pada umumnya, seluruh armor dan senjata yang karakter kamu gunakan tidak akan bisa diganti. Tidak hanya itu saja, seluruh senjata tersebut pun tidak akan bisa dimodifikasi sama sekali. Hal ini jelas sangat mengecewakan mengingat Child of Light memiliki bagian eksplorasi yang luar biasa seru, namun jumlah item yang bisa ditemukan saat eksplorasi biasanya tidak semenarik proses eksplorasi itu sendiri. Seandainya game ini memiliki fitur untuk mengganti equipment, tentunya baik bagian battle maupun bagian eksplorasi akan menjadi berlipat-lipat ganda lebih seru.
Meskipun tidak memiliki fitur equip, Child of Light membayarnya dengan sebuah fitur yang disebut occuli. Dalam fitur ini, kamu bisa memasangkan berbagai jenis berlian yang disebut occuli kepada karakter-karakter yang kamu miliki. Setiap occuli bisa dipasang pada posisi offense, defense, dan support. Masing-masing occuli juga memiliki efek yang berbeda, dan di setiap posisi yang dipasang juga ada efek berbeda yang dapat dihasilkan. Fitur occuli ini menambah banyak sekali aspek customization karakter yang ada di Child of Light.
Tidak sampai di situ saja, kamu juga bisa bereksperimen dengan koleksi occuli yang kamu miliki. Dengan menggunakan fitur craft occuli, maka kamu dapat mengkombinasikan koleksi occuli kamu yang dapat menghasilkan occuli yang lebih kuat atau malah jenis occuli yang berbeda sama sekali. Ada puluhan hasil kombinasi yang bisa kamu dapatkan dari seluruh occuli yang ada di dalam game, dan hal ini jelas membuat permainan menjadi lebih seru dan lebih terasa kesan JRPG yang dimilikinya.
“Meskipun tidak memiliki fitur equip, Child of Light membayarnya dengan sebuah fitur yang disebut occuli. Dalam fitur ini, kamu bisa memasangkan berbagai jenis berlian yang disebut occuli kepada karakter-karakter yang kamu miliki.”
Hal terakhir yang semakin menekankan Child of Light sebagai game bergenre RPG adalah bagian skill tree. Setiap menyelesaikan battle, seluruh karakter yang kamu miliki termasuk yang tidak ikut battle, akan mendapatkan experience points untuk membantu mereka naik level. Setiap kali naik level, karaktermu akan mendapatkan sebuah skill point yang bisa digunakan untuk membuka poin baru dalam skill tree yang karakter-karakter kamu milliki.
Poin-poin yang ada di skill tree mencakup skill atau gerakan baru, skill pasif yang akan selalu aktif di karakter kamu tanpa perlu dikeluarkan, atau peningkatan stats seperti HP, MP, strength, magic, dan sejenisnya. Setiap karakter yang termasuk anggota party kamu juga memilliki skill tree yang berbeda dan unik. Karena skill dari mereka semua tidak ada yang sama, jangan heran kalau dalam satu pertarungan kamu akan sering melakukan pertukaran karakter yang kamu gunakan dalam battle.
Mahakarya Seni Audio dan Visual
Kalau ditanya soal kualitas grafis yang dimiliki oleh Child of Light, rasanya saya tidak perlu terlalu panjang lebar menjelaskannya. Seperti yang bisa kamu lihat sendiri dari berbagai screenshot yang saya sajikan, game ini memiliki kualitas grafis dengan gaya seperti lukisan yang luar biasa bagus. Bermain Child of Light rasanya seperti memainkan sebuah lukisan yang bisa bergerak. Grafis yang dimiliki Child of Light dijamin akan bisa memanjakan matamu. Bahkan kalau seandainya kamu memainkan game ini 10 tahun yang akan datang, saya jamin kualitas grafis Child of Light tidak akan turun atau rusak ditelan zaman.
Kalau dilihat dari screenshot game ini memang tidak perlu diragukan lagi kualitasnya, tapi bagaimana kalau dibahas dari segi animasi? Tidak perlu khawatir karena animasi yang dimiliki Child of Light terlihat sangat halus dan lancar. Untuk beberapa karakter utama seperti Aurora serta anggota keluarganya, mereka dipresentasikan dengan model 3D yang hidup di dunia 2D. Jadi saat rambut mereka tertiup angin, gerakan rambut yang muncul pun terlihat sangat halus dan keren.
Urusan grafis dalam Child of Light rasanya memang tidak perlu diragukan sama sekali, namun bagaimana dengan aspek musik dalam game ini? Dari berbagai trailer yang ada sepertinya game ini memiliki musik yang berkualitas, dan begitu kamu memainkan langsung game ini, musik yang ada dijamin akan terasa jauh lebih “wah” daripada saat kamu mendengarnya di trailer.
Ubisoft Montreal sebagai developer game ini dengan apiknya menempatkan musik-musik yang ada dengan momen-momen yang tepat di game. Ditambah lagi musik yang terdiri dari permainan piano serta iringan orkestra sangatlah cocok dengan art direction serta tema yang diusung oleh Child of Light. Musik-musik dalam Child of Light dikerjakan oleh musisi populer asal Kanada, Cœur de pirate.
Usaha Unik Dan Apik, Namun Bukan Untuk Banyak Orang
Salah satu hal yang sering kali dipromosikan oleh Ubisoft mengenai Child of Light adalah tentang seluruh dialog, monolog, dan narasi dalam game yang disampaikan dengan ritme. Di video behind the scene mengenai aspek storytelling dari Child of Light, Jeffrey Yohalem sebagai writer dari game ini mengatakan bahwa Child of Light adalah sebuah playable poem, puisi yang bisa dimainkan.
Game ini memiliki cerita yang terinspirasi dari dongeng-dongeng tentang pelarian ke dunia fantasi seperti Wizard of Oz, Alice in the Wonderland, dan lain-lain. Child of Light memiliki setting di sebuah dunia fantasi bernama Lemuria. Lemuria sendiri sebenarnya merupakan sebuah benua yang dikisahkan telah hilang pada satu waktu. Kisah tentang benua ini bisa dibilang mirip seperti kisah benua Atlantis, namun tidak sepopuler benua tersebut.
“Yang jelas untuk urusan writing, Child of Light jelas melakukan sebuah usaha baru di industri game, dan hal ini sendiri sudah cukup diacungi jempol.”
Seperti yang sempat saya singgung di atas, dalam game ini kamu akan memainkan Aurora, putri dari Duke of Austria yang tiba-tiba terbangun di Lemuria. Selama perjalanan yang dia lalui di dalam game, Aurora berusaha untuk mencari jalan pulang menuju Austria, sambil bertemu dan membantu berbagai teman baru di Lemuria. Perjalanan yang Aurora alami di Lemuria bisa dibilang merupakan perjalanan yang mengantarkan dia kepada kedewasaan, dan menurut Ubisoft hal ini digambarkan baik melalui cerita, penampilan Aurora, serta sistem levelling yang ada di Child of Light.
Bagian-bagian di atas mungkin terdengar biasa ditemukan di game lain. Namun, untuk urusan writing dan storytelling Child of Light benar-benar punya sesuatu yang berbeda dari cara menyampaikan cerita. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, seluruh kata-kata yang ada di game ini dibuat memiliki ritme dengan sajak ABCB. Hal ini sangatlah unik karena sebelumnya jelas tidak ada game yang memiliki banyak dialog dan semuanya dibuat dengan ritme.
Namun sayangnya hal unik ini terkadang menjadi bumerang untuk Child of Light. Beberapa bagian dari dialog di game ini terasa dipaksakan memiliki ritme. Selain itu banyak dari bagian dialog dibuat cukup sulit dipahami untuk orang yang tidak mendalami sastra Inggris. Walaupun hal ini wajar karena memang gaya penulisan di Child of Light disesuaikan dengan setting game yaitu di sekitar akhir abad 19 di Eropa. Tapi jika kamu cukup bersabar, kamu akan terbiasa dengan dialog penuh ritme ini dan meskipun kamu tetap akan menemukan beberapa kalimat yang terkesan maksa, tetap saja banyak percakapan dalam game ditulis dengan sangat apik.
Yang jelas untuk urusan writing, Child of Light jelas melakukan sebuah usaha baru di industri game, dan hal ini sendiri sudah cukup diacungi jempol. Namun mungkin hal seperti gaya penulisan bahasa Inggris ala Eropa di era Victoria serta percakapan dengan ritme tidaklah cocok dengan selera banyak orang. Tapi dari beberapa orang yang tidak cocok ini, dijamin banyak di antara mereka yang akan terbiasa dengan gaya penulisan di Child of Light setelah mulai memainkan game ini selama beberapa jam.
Final Verdict: Hiburan Keluarga Yang Epik Dan Mendidik
Jadi, apakah Child of Light merupakan game yang pantas di beli? Hal itu jelas tidak perlu diragukan lagi. Dengan harga yang bisa dibilang murah serta pengalaman yang ditawarkan, game ini jelas merupakan sesuatu yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Saya sendiri menyelesaikan game ini dalam waktu 15 jam dan sangat menikmati setiap menit yang saya lewatkan di dalamnya.
Tidak hanya itu saja, sama seperti Rayman Legends yang dikerjakan oleh studio yang sama, Ubisoft Montreal, game ini merupakan game yang sempurna untuk dimainkan bersama-sama keluarga. Jika kamu orang tua, saya jelas sangat merekomendasikan game ini untuk kamu mainkan bersama anakmu karena pesan-pesan positif yang ada di dalam game, sekaligus gameplay yang bisa memaksa orang untuk berpikir. Apalagi mengingat Child of Light memiliki fitur co-op local multiplayer yang mengizinkan pemain kedua untuk menggerakkan Igniculus, si makhluk cahaya kecil dengan kemampuan simpel namun dapat mengembangkan gameplay di Child of Light jadi jauh lebih luas.
So, jangan buang waktu lagi untuk menunggu memainkan game ini. Bahkan menurut saya Child of Light adalah game yang sangat pantas untuk dibeli tanpa harus menunggu diskon terlebih dahulu. Apalagi dengan murahnya harga game ini tanpa diskon sekalipun.
Saran terakhir dari saya, jika kamu memainkan game ini, selalu persiapkan tangan kamu untuk mengambil screenshot. Karena banyak sekali momen-momen dalam Child of Light yang jelas akan terlihat sangat keren kalau dibuat menjadi wallpaper PC, smartphone, ataupun PS3.
Child of Light dirilis pada 30 April 2014 untuk PC, PS3, PS4, Xbox 360, Xbox One, dan Wii U.
Steam: Child of Light, US$14,99 (sekitar Rp 172.000)
PS3 + PS4 + All DLC (PSN Asia): Child of Light Digital Deluxe Edition, Rp 145.000
PS3 (PSN US): Child of Light, US$14,99 (sekitar Rp 172.000)
PS4 (PSN US): Child of Light, US$14,99 (sekitar Rp 172.000)
Post Review Child of Light – Dongeng Epik Dengan Gebrakan Unik muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.