Saat ditanya bagaimana seorang gamer menilai sebuah game, kamu pasti akan menemukan jawaban yang sangat bervariasi. Ada yang bilang nilai sebuah game tergantung dari gameplay, ada juga yang bilang tergantung dari grafis, dan bahkan bisa jadi akan ada yang menjawab sebuah game dinilai dari musik dan cerita yang dimiliki. Tapi, terkadang meskipun aspek-aspek yang saya sebutkan di atas sudah memiliki kualitas yang tinggi, masih suka muncul pertanyaan tambahan yaitu berapa lamakah durasi dari game yang bersangkutan, atau bisa juga pertanyaannya tentang seberapa besar replayability dari game yang bersangkutan.
Karena game memang bisa dibilang merupakan sebuah karya yang kualitasnya relatif, tentunya tidak mengherankan bisa muncul berbagai jenis preferensi, termasuk preferensi yang didasari oleh durasi permainan. Setiap orang jelas berhak menentukan sendiri apa yang menjadi dasar kualitas game menurut diri mereka masing-masing. Namun terkadang cukup disayangkan ada yang menolak untuk coba membeli sebuah game karena durasi yang terlalu pendek, atau malah malas untuk mencoba bermain karena tidak mau menghabiskan waktu dengan game yang durasinya terlalu panjang (contohnya saya sendiri yang setiap mau bermain selalu mengecek situs HowLongToBeat dahulu).
Oleh karena itu pada kesempatan ini saya hendak membahas apakah bisa kita menilai sebuah game dari durasi bermain saja. Saya juga akan berusaha memberikan contoh game yang memiliki durasi tidak panjang namun sangat berkesan.
Lihat Juga: Review Monument Valley – Kandidat Terkuat Game Of The Year 2014
Ide untuk menulis opini ini muncul setelah saya mencoba memainkan salah satu game populer yang baru-baru ini dirilis untuk iOS. Game yang saya maksud adalah Monument Valley, sebuah game yang sangat indah dan pintar namun memiliki durasi yang cukup pendek yaitu sekitar 90 menit saja. Game ini dibanderol dengan harga Rp 45.000, namun pengalaman yang ditawarkan dalam game ini adalah sebuah pengalaman yang luar biasa sehingga rasanya uang yang nilainya kurang lebih sama dengan secangkir kopi di Starbucks itu bukanlah masalah besar.
Apakah adil jika saya membandingkan pengalaman yang saya dapat dari bermain Monument Valley dengan pengalaman yang saya dapat dari bermain game free-to-play seperti Candy Crush Saga? Hal ini tentunya kembali ke pribadi masing-masing, namun jelas sangat tidak adil kalau value dari sebuah game hanya kita lihat dari harga dan durasi yang ditawarkannya saja.
Lihat Juga: Mekanisme Gameplay Yang Bisa Mempengaruhi Perasaan Pemainnya
Contoh lain yang pernah saya alami adalah ketika saya berusaha untuk mempromosikan game untuk PS3 yang berjudul Journey kepada teman saya. Saat saya dengan antusiasnya merekomendasikan Journey, kawan saya hanya bertanya dua hal, yaitu “berapa lama durasi bermainnya, dan berapa tinggi tingkkat replayability dari game ini?”.
Memang Journey hanya berdurasi kurang lebih 90 menit saja, sama seperti Monument Valley. Replayability dari game ini juga meskipun tinggi, tidaklah seperti replayability yang dimiliki game bergenre roguelike, MOBA, atau online shooter. Tapi pengalaman yang disajikan oleh game ini jelas tidak bisa dibandingkan dengan pengalaman bermain yang biasanya kamu temukan pada game lain. Salah satu contoh pengalaman hebat dalam bermain game ini pernah saya sampaikan melalui artikel tentang hubungan spesial yang ada di video game.
Dari tadi kita hanya membandingkan game indie dengan harga yang relatif murah dan memiliki harga yang bervariasi. Lalu apakah permasalahan menilai sebuah game berdasarkan harga dan durasi ini hanya terjadi pada game indie saja? Tidak juga, di industri game kelas AAA pun perbandingan ini sering terjadi. Salah satu contoh yang muncul di pikiran saya adalah perbandingan antara dua game terbesar yang dirilis pada tahun 2013. Kedua game yang muncul di pikiran saya adalah The Last of Us dan Grand Theft Auto V.
Lihat Juga: 10 Games Indie Terbaik Untuk PC dan Console
Kedua game ini sama-sama memakan banyak biaya produksi. Keduanya pun pada waktu baru dirilis dibanderol dengan harga yang sama, yaitu $59,99 (sekitar Rp 700.000). Namun pengalaman yang ditawarkan kedua game ini sangatlah berbeda. Dari segi gameplay, Grand Theft Auto V jelas memiliki jauh lebih banyak hal yang dapat dilakukan. Aspek-aspek gameplay yang ada pun semuanya telah dipoles secara maksimal oleh Rockstar sebagai developer. Durasi permainan ini pun sangatlah panjang, untuk cerita utama saja saya menghabiskan kurang lebih 35 jam, dan itu belum termasuk ratusan aktivitas sampingan yang kebanyakan saya lewatkan karena memang jumlahnya yang terlalu banyak.
Meskipun dari segi gameplay jelas GTA V jauh lebih unggul daripada The Last of Us, tapi tetap saja The Last of Us bisa lebih berbekas di ingatan para pemainnya. Hal ini juga terbukti dari banyaknya penghargaan yang dieroleh The Last of Us di berbagai acara seperti VGX, D.I.C.E., ataupun BAFTA. Hal ini juga saya alami, karena meskipun waktu yang saya habiskan dalam bermain The Last of Us jauh lebih pendek daripada di GTA V, tetap saja game dari Naughty Dogs ini lebih memiliki kesan yang dalam di ingatan saya.
Hal ini mungkin sama seperti yang rekan saya Kevin katakan saat dia membuat review untuk Titanfall. Di review itu, dia mengatakan bahwa Titanfall merupakan game yang menjual momen, dan hal itulah yang membuat game ini spesial. Lalu apakah GTA V bukan sebuah game yang menjual momen? Justru sebaliknya, banyak momen-momen yang membuat saya tertawa, atau bahkan merinding saat bermain GTA V, tapi momen-momen itu jelas kalah dengan momen-momen yang ada di The Last of Us yang bisa membuat saya melongo terbengong-bengong menyaksikan berbagai adegan di dalam game.
Lihat Juga: 7 Alasan PlayStation 3 Masih Akan Tetap Bertahan di Pasaran
Apa yang disajikan oleh Naughty Dogs dalam The Last of Us bukanlah hal yang bisa dinilai. Kalau dilihat dari berbagai aspek untuk menilai game seperti gameplay salah satunya, mungkin The Last of Us kalah jauh dari GTA V. Tapi momen-momen yang ada pada The Last of Us tetap melekat ke ingatan pemainnya bahkan sampai hampir setahun setelah perilisannya. Sangat disayangkan jika sampai ada yang melewatkan pengalaman yang ditawarkan hanya karena game ini bisa diselesaikan dalam durasi 20 jam saja,yang sebenarnya juga sudah terhitung cukup lama.
Sebetulnya masih banyak contoh lain yang menunjukkan bahwa durasi jelas tidak bisa menjadi indikator kualitas game yang berdiri sendiri. Jika hendak digunakan sebagai tolok ukur kualitas sebuah game, maka nilai dari durasi juga harus disesuaikan dengan bagaimana game itu membuat kamu merasa. Pengalaman singkat yang disajikan game seperti Monument Valley, Journey, ataupun beberapa game yang dikerjakan Telltale Games jelas lebih berkesan dan berharga daripada pengalaman panjang namun repetitif yang disajikan banyak game lain.
Sudah saatnya kita mulai bisa mengapresiasi kualitas game tidak hanya dari nilai yang riil seperti waktu dan harga, tetapi juga dari hal-hal yang cuma bisa dirasakan seperti berbagai jenis emosi yang bisa dipicu oleh game yang bersangkutan.
Post [Opini] Menilai Value Sebuah Game Dari Durasi, Replay Value, Dan Emosi muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.