Di akhir tahun 2014, hampir tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bila layanan ojek online akan menjadi sesuatu yang besar tahun ini. Bisnis transportasi on-demand memang sudah mulai dikenal, salah satunya karena kontroversi kehadiran Uber di Indonesia.
Namun istilah ojek online saat itu belum begitu dikenal. Walau GrabTaxi telah mengujicoba layanan GrabBike di Vietnam pada bulan Oktober 2014, tidak ada indikasi ketika itu kalau mereka akan meluncurkannya di Indonesia.
Setahun berselang, berkat kehadiran aplikasi GO-JEK pada bulan Januari dan layanan GrabBike empat bulan kemudian, ojek online langsung menjadi salah satu bisnis startup yang paling populer di Indonesia.
Persaingan dua startup tersebut kemudian memicu munculnya startup-startup lain yang juga bergerak di bisnis yang sama, seperti Blu-Jek, TopJek, LadyJek, dan Jeger Taksi. Bagaimana sebenarnya layanan ojek online berubah dari layanan yang tidak dikenal menjadi sebuah layanan yang sangat populer sepanjang tahun ini?
Baca juga: Kumpulan Layanan Ojek On-Demand Populer di Indonesia
Semua berkat kehadiran Uber dan GrabTaxi
Walaupun baru berhasil meraih popularitas pada tahun ini, GO-JEK, yang merupakan pelopor layanan ojek online di Indonesia, sebenarnya sudah dibangun sejak tahun 2010. Pada tanggal 13 Oktober 2015 yang lalu, mereka merayakan ulang tahun yang kelima, maka artinya GO-JEK sudah mulai beroperasi sejak tanggal 13 Oktober 2010. Nadiem Makarim, CEO GO-JEK, menceritakan kepada Tech in Asia kalau ia memulai perusahannya dengan sebuah call center dan 20 pengemudi ojek.
Sejak saat itu, GO-JEK terus beroperasi tanpa pertumbuhan yang signifikan. Baru sekitar pertengahan 2014, mulai ada investor yang berminat untuk berinvestasi di GO-JEK. Diakui Nadiem, para investor mulai menyatakan minatnya setelah melihat masuknya Uber dan GrabTaxi ke pasar Indonesia.
Pada saat itu, sebenarnya sudah ada penyedia layanan ojek online, yaitu Wheel Line dan HandyMantis—yang saat ini sudah tidak beroperasi. Namun GO-JEK berhasil memikat perhatian investor, NSI Ventures.
Peruntungan GO-JEK mulai berubah sejak meluncurkan aplikasi mobile untuk perangkat Android dan iOS di awal Januari 2015. Mereka pun menjadi satu-satunya layanan ojek online yang mempunyai aplikasi. Nama GO-JEK semakin dikenal ketika muncul berita kalau pengemudi mereka bisa mendapat penghasilan mencapai Rp13 Juta per bulan. Saat itu, GO-JEK mengklaim telah mempunyai 800 orang pengemudi.
GO-JEK baru mendapat pesaing yang sepadan pada bulan Mei 2015, ketika GrabTaxi meluncurkan layanan GrabBike di Indonesia. Dana besar yang dimiliki oleh GrabTaxi menjadikan layanan baru ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Seluruh pengguna aplikasi GrabTaxi bisa langsung memesan GrabBike tanpa harus mengunduh aplikasi baru.
Sayangnya, kehadiran GrabBike terkesan terlambat. Saat itu GO-JEK sudah memperluas layanan di kota Bali dan Bandung dengan total pengemudi yang mencapai 3.000 orang. Tak hanya itu, GO-JEK pun telah menyediakan layanan GO-FOOD dan Shopping (sekarang bernama GO-MART), yang hingga saat ini belum diikuti oleh GrabBike.
Tarif promo yang begitu menggiurkan
GO-JEK dan GrabBike mendapat perhatian yang besar dari masyarakat dan media di Indonesia ketika mulai memberlakukan tarif promo di bulan Juni 2015, dalam rangka menyambut bulan Ramadan. GO-JEK menetapkan tarif flat sebesar Rp10.000, sedangkan GrabBike, yang punya sokongan dana lebih besar, memberlakukan tarif lebih murah, Rp5.000. Walau sebelumnya hanya direncanakan untuk menyambut Ramadan, sambutan positif masyarakat akhirnya membuat GO-JEK dan GrabBike terus memperpanjang tarif promo tersebut.
Demi melayani permintaan tinggi dari masyarakat yang ingin memanfaatkan tarif promo, GO-JEK dan GrabBike pun membuka perekrutan pengemudi besar-besaran, awal bulan Agustus 2015. Uniknya, kedua startup ini melakukannya dalam waktu yang hampir bersamaan dan di tempat yang berdekatan, yaitu di sekitar Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.
Ribuan orang ikut mendaftar saat itu. Mereka berharap bisa mendapat penghasilan besar seperti pengemudi ojek online lain yang sudah bergabung terlebih dahulu.
Sejak Agustus 2015 hingga kini, GO-JEK telah menaikkan tarif promonya menjadi Rp15.000. Bahkan Nadiem pun memastikan kalau tarif GO-JEK akan terus naik, hingga nantinya pengguna harus membayar sesuai dengan tarif per kilometer. Langkah ini pun diikuti oleh GrabBike. Namun, sejauh ini, kenaikan tarif tersebut tidak serta merta membuat para pengguna meninggalkan kedua layanan ojek online tersebut.
Tarif promo yang diberlakukan GO-JEK dan GrabBike juga menjadi semacam penghalang perkembangan startup-startup baru di bisnis ojek online. Nama-nama seperti LadyJek, Topjek, Blu-Jek, dan Ojek Syari tentu tidak bisa ikut memberlakukan tarif promo jika mereka tidak mendapatkan investasi dalam jumlah yang besar. Akhirnya, mereka pun jadi kurang diminati karena tarifnya yang cenderung tinggi.
HandyMantis, layanan ojek online yang telah berdiri sejak tahun 2012, merasakan hambatan yang sama. Mereka memutuskan untuk menutup layanan mereka pada bulan September 2015 lewat pengumuman di halaman Facebook-nya.
Konflik dengan ojek pangkalan
Jumlah pengemudi yang kian banyak, serta tarif promo yang memanjakan penumpang, membuat layanan ojek online kian diminati dari waktu ke waktu. Sayangnya, hal ini mengakibatkan berkurangnya pemasukan tukang ojek konvensional yang biasa disebut ojek pangkalan. Beberapa tukang ojek pangkalan pun mulai menolak kehadiran ojek online di beberapa tempat.
Untungnya, seiring dengan perjalanan waktu, konflik tersebut kian lama mulai mereda. Ancaman pihak kepolisian yang akan menindak ojek pangkalan apabila mereka melakukan kekerasan terhadap ojek online, menjadi salah satu penyebabnya.
GO-JEK yang kian kaya layanan dibanding pesaingnya
Kesuksesan GO-JEK menjadi yang terdepan di bisnis ojek online tidak hanya disebabkan karena status mereka sebagai yang pertama mempunyai aplikasi mobile. Kecepatan GO-JEK merilis fitur-fitur baru membuat mereka mampu memecahkan banyak masalah yang dihadapi masyarakat urban.
Hingga saat ini, selain layanan pengantaran orang, GO-JEK juga sudah mempunyai layanan pengantaran makanan (GO-FOOD), kurir (GO-SEND), pengantaran belanja (GO-MART), pengantaran barang berukuran besar (GO-BOX), pembersih rumah (GO-CLEAN), pijat (GO-MASSAGE), kecantikan (GO-GLAM), dan pendeteksi lokasi Busway (GO-BUSWAY). Tahun depan, mereka dikabarkan akan segera meluncurkan layanan pemesanan montir dan pembelian tiket secara online.
Keragaman fitur ini bisa dibilang sulit disaingi oleh layanan ojek online lainnya. GrabBike, yang merupakan pesaing terdekat GO-JEK, baru bisa meluncurkan layanan kurir yang diberi nama GrabExpress.
Kontroversi seputar layanan ojek online
Popularitas layanan ojek online di Indonesia bukan tanpa isu miring. Awal September 2015, ada beberapa pengguna yang mengeluhkan soal teror yang dilakukan pengemudi layanan ojek online setelah pengguna memberikan review buruk. Namun untuk masalah tersebut, Nadiem langsung bergerak cepat dan memastikan kalau ia sedang membuat fitur yang bisa mencegah hal tersebut kembali terulang.
Menjelang pergantian tahun, GO-JEK kembali ditimpa berita tidak sedap. Para pengemudinya mulai melancarkan aksi protes karena pengurangan tarif per kilometer yang sebelumnya Rp4.000 menjadi Rp3.000. Tak hanya itu, pengemudi GO-JEK pun mulai gelisah karena suspend yang dilakukan terhadap ribuan pengemudi yang diduga melakukan order fiktif.
Di saat GO-JEK diterpa masalah, GrabBike malah memanaskan suasana dengan kembali membuat tarif promo sebesar Rp5.000 khusus untuk pengguna baru dan pengguna di Depok, Tangerang Selatan, serta Bekasi. Kali ini, GO-JEK tidak ikut membuat promo serupa.
Ojek online kemungkinan akan tetap menjadi bisnis startup yang populer di tahun 2016 nanti. Namun berita terkait layanan on-demand tersebut mungkin akan sedikit berkurang, karena layanan ojek online sudah bukan lagi hal asing dan telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat sehari-hari. Semoga saja tidak ada lagi kontroversi yang bisa mencoreng nama startup-startup yang menjalankan bisnis tersebut.
(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah, sumber gambar : 1, 2)
The post Kilas Balik Perkembangan Ojek Online di Indonesia Sepanjang 2015 appeared first on Tech in Asia Indonesia.