Kultur perusahaan seringkali menjadi topik yang didiskusikan di Silicon Valley. Airbnb, Google, Facebook, dan Twitter menjunjung kultur perusahaan mereka dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan utama pada karyawan mereka.
Sayangnya, saya merasa para founder startup di Asia masih belum terlalu memerhatikan aspek kultur yang dimaksud. Atau mungkin juga, belum ada orang yang membicarakan kultur mereka secara terbuka di sini.
Di Tech in Asia, kami bersyukur dan bangga bahwa salah satu faktor penentu bertahannya perusahaan dalam empat tahun terakhir ini adalah kultur kami. Ketika saya menyeruput secangkir kopi di penghujung minggu, saya memutuskan untuk merenungkan kembali dan secara spontan menulis tentang bagaimana kultur telah menjadi salah satu faktor kesuksesan kami.
Baca juga: 5 Tip Membangun Kultur Dalam Startup Kamu
Penyatuan dan penyaringan kultur
Sesuai kata pepatah, “Birds of a feather flock together,” kami percaya bahwa mereka yang memiliki ketertarikan alami ala Tech in Asia, akan lebih mudah untuk saling mengerti satu sama lain. Mempertemukan orang-orang dengan passion yang sama membuat kami mampu untuk bekerja sama dan saling berinteraksi dengan lebih baik. Bagi kami, kultur yang solid adalah setengah perjalanan menuju kesuksesan.
Sebaliknya, identitas yang kuat membantu untuk mencegah adanya orang di dalam tim yang mungkin tidak sesuai dengan tim kami. Bukan berarti mereka yang tak sesuai ini kurang bertalenta, orang yang aneh atau “gila.” Mungkin kamilah yang aneh dan “gila.”
Kami telah mengambil beberapa keputusan sulit selama ini dengan melepas orang-orang bertalenta, daripada harus mengambil risiko terkikisnya kultur yang telah susah payah kami bangun selama ini. Sebesar itulah kami menghargai integritas kultur kami.
Kultur menciptakan pengalaman bekerja yang lebih baik
Kultur perusahaan yang positif sukses menjaga nuansa pengalaman kerja harian menjadi menyenangkan dan atraktif. Kami menyadari anggota tim kami tak sabar untuk kembali bekerja keesokan harinya, karena bagi mereka bekerja tak terasa seperti bekerja. Keceriaan dalam menghabiskan waktu bersama di kantor membuat pekerjaan menjadi terasa lebih ringan.
Kami mulai menganggap kantor kami sebagai tempat yang tenteram dan sudah seperti rumah kedua kami. Hal ini menyingkirkan salah satu alasan untuk meninggalkan pekerjaan—harus bekerja di lingkungan kantor dengan suasana yang apatis, tak bersahabat, serta individual. Sejauh ini sangat berhasil: kami sangat bersyukur bahwa sebagian besar anggota kami adalah orang yang sama selama empat tahun terakhir ini.
Berawal dari kantor pusat kami di Singapura, Tech in Asia telah memperluas jaringannya dengan membuka kantor di Jakarta, Tokyo, dan baru-baru ini di Bangalore. Jika dihitung dengan jaringan jurnalis kami, berarti kami ada di 10 negara berbeda. Kultur merupakan salah satu hal terpenting yang kami coba sampaikan dan atur dengan baik saat mendirikan kantor baru. Pemahaman yang baik akan kultur perusahaan di antara calon anggota bantu mempermudah kami dalam proses memperluas jaringan kami.
Baca juga: Jurus Jitu Menjaga Kekompakan Tim di Sebuah Startup
Kultur menjadi pedoman perusahaan
Lebih dari sekadar menuntun sikap dan etika kerja dalam perusahaan, memahami kultur juga berarti memahami karakter perusahaan dan misi utamanya. Di antara para pemimpin dan staf kami, kultur berperan sebagai sarana untuk mempererat sekaligus pedoman bagi kami.
Seiring tumbuh dan berkembangnya Tech in Asia, tak ada lagi hambatan yang berarti. kultur adalah apa yang membuat kami saling berpegang erat di saat senang maupun susah, dan menuntun kami melewati keputusan yang sangat sulit. Ketika kami ragu, kami selalu mengingat kembali misi, prinsip kultur dan nilai keutamaan kami.
Kita ambil contoh, nilai utama kami yaitu mengutamakan konsumen mempermudah kami dalam pengambilan keputusan. Para investor dan orang-orang penting lain yang terlibat di Tech in Asia sangat paham bahwa di Tech in Asia konsumen adalah prioritas, setelah itu baru tim kami dan para investor. Setiap langkah yang kami ambil, kami bertanya pada diri kami, “Bagaimana hal ini dapat membantu pengguna? Bagaimana hal ini dapat membantu ekosistem?”
Jangan pernah menunda untuk membangun kultur
Ada seribu satu masalah dalam membangun startup. Satu hal yang pasti terjadi dalam startup adalah semua masalah tersebut bisa terjadi kapan saja.
Jangan sampai masalah-masalah tersebut menghambat kamu untuk membangun kultur perusahaan. Selain itu, jagalah agar jangan sampai kultur perusahaan kamu kacau balau.
Baca juga: Apakah Kultur Startup Kamu Perlu Diselamatkan? Jawab 5 Pertanyaan Ini
(Diterjemahkan oleh Faisal Bosnia dan diedit oleh Pradipta Nugrahanto)
The post Pentingnya Kultur dalam Membangun Startup appeared first on Tech in Asia Indonesia.