…, bisa dibilang artist memiliki tanggung jawab paling berat. Saya bisa mengatakan itu karena visual yang ditampilkan oleh sebuah game adalah hal paling pertama yang dilihat oleh gamer.
Sayangnya, meskipun memiliki peranan sangat penting, banyak sekali artist dari dalam negeri yang berbakat namun namanya tidak terdengar meskipun karyanya sudah dinikmati oleh gamer di seluruh Indonesia atau bahkan dunia.
Dunia game development dipenuhi oleh berbagai jenis orang berbakat. Mulai dari game designer yang bertugas merancang sebuah game menjadi menyenangkan untuk dimainkan, programmer yang berfungsi untuk membawa seluruh hasil buah pikiran game designer menuju ke komputer, dan tentu saja artist yang berperan sebagai orang yang membuat game yang kita mainkan terlihat cantik dan menarik.
Seluruh posisi di atas tentunya sangat penting dalam pembuatan sebuah game, tapi di antara tiga posisi tersebut, bisa dibilang artist memiliki tanggung jawab paling berat. Saya bisa mengatakan itu karena visual yang ditampilkan oleh sebuah game adalah hal paling pertama yang dilihat oleh gamer. Jadi, kualitas visual dari game adalah salah satu poin penting yang menentukan apakah seorang gamer akan membeli game tersebut atau tidak.
Cakupan pekerjaan dari para artist ini sangatlah bervariasi. Dimulai dari menggambar concept art yang berfungsi untuk membentuk sebuah gambaran saat game masih berupa konsep saja, kemudian menggambar aset-aset grafis saat proses pengembangan game tengah berlangsung, sampai ke proses penggambaran poster dan materi promosi lainnya setelah game yang dikerjakan selesai dibuat.
Sayangnya, meskipun memiliki peranan sangat penting, banyak sekali artist dari dalam negeri yang berbakat namun namanya tidak terdengar meskipun karyanya sudah dinikmati oleh gamer di seluruh Indonesia atau bahkan dunia.
Oleh karena itu, melalui seri artikel dwi-mingguan ini, saya berniat untuk mengenalkan kepada pembaca Games in Asia sekalian orang-orang di balik karya indah yang mata kita biasa nikmati ini. Ke depannya saya akan mewawancarai dan memamerkan hasil karya para 2D Artist atau 3D Artist dari Indonesia yang telah berkontribusi ke dunia video game. Diharapkan melalui kisah-kisah serta karya-karya dari para seniman berbakat ini, kamu bisa lebih termotivasi seandainya berminat untuk terjun ke dunia game development, terutama sebagai seorang 2D Artist ataupun 3D Artist.
Tanpa basa-basi lagi, langsung saja kita temui artist berbakat yang akan menjadi pembuka dari seri artikel ini. Enjoy.
Mukhlis sendiri sebelum terjun ke dunia game mengawali karirnya melalui komik. Tidak cukup mengekspresikan cerita melalui komik saja, pemuda yang satu ini pun akhirnya mencoba video game sebagai media untuk menyampaikan karyanya.
Sudah banyak game Indonesia yang bisa terkenal sampai ke luar negeri, salah satunya adalah Inheritage dari Tinker Games yang belum lama ini sempat mendapatkan lokalisasi bahasa Jepang. Game yang satu ini tidak hanya menjual gameplay yang keren, tapi juga memiliki art direction dan cerita yang sangat menarik. Salah satu orang yang berkontribusi untuk urusan visual di Inheritage adalah Mukhlis Nur yang memegang posisi sebagai Lead Artist.
Mukhlis sendiri sebelum terjun ke dunia game mengawali karirnya melalui komik. Tidak cukup mengekspresikan cerita melalui komik saja, pemuda yang satu ini pun akhirnya mencoba video game sebagai media untuk menyampaikan karyanya. Games in Asia baru-baru ini berkesempatan untuk mengobrol dengan Mukhlis yang saat ini tengah mengerjakan Pale Blue, game yang tengah dikembangkan oleh Tinker Studios.
Sepak terjang kamu sebagai artist sudah cukup populer, apa sih yang awalnya memotivasi kamu untuk menjadi artist seperti sekarang ini?
Awalnya sih karena memang saya hobi menggambar dari kecil. Ditambah lagi, dulu kakak saya juga punya hobi yang sama, jadi saya semakin ketularan untuk melanjutkan hobi saya sampai iseng-iseng bikin komik dan ilustrasi lainnya.
Faktor lainnya juga, mungkin karena dulu saya tidak terlalu pintar berkomunikasi secara langsung. Jadi saya lebih memilih untuk menuangkan apa yang saya pikirkan melalui tulisan dan gambar.
Selama jadi artist, media apa yang paling sering kamu gunakan sebagai kanvas kamu?
Selama ini saya lebih sering berkecimpung di dunia komik. Pengalaman profesional komik saya sendiri baru betul-betul diseriusi pada tahun 2008. Komik-komik yang saya kerjakan tersedia dalam format cetak ataupun web-comic. Untuk komik yang masih on-going sekarang ini saya distribusikan dalam format web-comic dengan edisi cetak yang tersedia secara terbatas.
Sebelumnya saya juga pernah membuat kompilasi komik indie bersama dengan beberapa teman, nama kompilasinya dulu adalah 8Magz. Setelah itu saya juga sempat membuat komik bersama dengan Wing Yudha dengan judul Fatamorgana. Komik Fatamorgana sendiri diterbitkan oleh KOLONI di Kompilasi KOLONO Jagoan 1.
Selain itu ada juga beberapa komik lainnya yang saya cetak dan dijual melalui event-event tertentu.
Lalu apa yang membuat kamu memutuskan untuk terjun ke dunia game?
Awalnya saya tidak kepikiran untuk mencoba masuk ke game sebetulnya, tapi saat saya sudah mau lulus kuliah ada teman yang saat itu bekerja di Tinker menawarkan posisi sebagai artist di Tinker. Karena melihat gaya visual Tinker yang cocok dengan saya, saya pun berminat. Ditambah lagi saat saya bilang bahwa saya berminat untuk melatih kemampuan menulis cerita saya melalui video game, mereka sangat terbuka dengan ide saya tersebut. Setelah saya mulai masuk Tinker, game yang pertama kali saya kerjakan adalah Steam Fortress dan Inheritage.
Berarti meskipun game yang dikembangkan adalah game untuk mobile, kamu tetap berniat untuk membuat game yang memiliki nilai lebih dari segi cerita?
Iya, salah satu kesepakatan waktu saya bergabung adalah agar saya diberikan kesempatan untuk menulis sebagian cerita dari game yang dikerjakan Tinker. Sekalian mencoba belajar untuk menyampaikan cerita melalui media yang betul-betul berbeda dengan komik.
Biasanya apa yang menjadi sumber inspirasi kamu? Apakah dari kejadian sehari-hari, hasil mengkhayal, atau ada sumber lainnya?
Hmm, kombinasi dari semua itu sih. Sebagian besar inspirasi saya adalah hasil dari pemikiran dan interpretasi pribadi terhadap kejadian atau situasi sehari-hari. Dan karena genre favorit saya adalah fantasi, tentunya inspirasi saya itu saya kemas sendiri dalam tema fantasi.
Pertanyaan terakhir, apakah ada artist lain yang kamu idolakan atau jadi sumber inspirasi kamu?
Sumber inspirasi utama serta favorit saya dari dulu adalah Kozue Amano, mangaka dari ARIA dan Amanchu. Selain itu ada juga Miwa Shirow, Pomodorosa, HJL, Redjuice, dan Azisa Noor.
Sedangkan untuk yang cukup aktif di dunia game development, favorit saya adalah Hyung Tae Kim yang terkenal dengan seri Magna Carta serta seri game terbarunya, Blade and Soul. Saya selalu kagum dengan cara beliau mengadaptasi ornamen tradisional Korea menjadi elemen desain karakter yang keren dan modern. Hal itu yang membuat dia menjadi salah satu inspirasi utama saya waktu mengerjakan Inheritage yang terinspirasi budaya tradisional Indonesia.
Demikianlah wawancara saya dengan Mukhlis Nur sebagai lead artist dari Inheritage. Jika kamu penasaran ingin melihat karya dia lebih lanjut, kamu bisa ikuti seri web-comic buatan Mukhlis yang berjudul Only Human yang sangat keren dan masih terus menerima update. Selain itu kamu juga bisa mengikuti perkembangan game terbaru Tinker yang berjudul Pale Blue. Jika dilihat dari beberapa teaser yang ada, sepertinya game ini tidak akan kalah kerennya dengan Inheritage.
Kalau kamu berminat dengan gambar dengan ukuran lebih besar, kamu bisa langsung mengunjungi laman Deviant Art Mukhlis yang link-nya ada di bawah.
Deviant Art: Mukhlis Nur aka Sinlaire
Post [Artistalk] Menyampaikan Cerita Melalui Visual, Wawancara Dengan Lead Artist Dari Inheritage muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.