Quantcast
Channel: Tech in Asia
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6222

Akankah Local Market Besutan Facebook Menjadi Mimpi Buruk Bagi Carousell dan Tokopedia?

$
0
0

Demi meraih “pengguna ke-2 miliar,” Facebook terus mengeksplorasi semua kemungkinan. Meski semua pencapaiannya tidak ada yang menandingi, raksasa media sosial ini harus terus tumbuh.

Layanan ini harus terus menarik pengguna, atau bila tidak akan berakhir menjadi bintang yang pelan-pelan meredup dan akhirnya tenggelam dalam kegelapan.

Ehm, analogi di atas memang terdengar sangat dramatis

Ini adalah teka-teki yang tengah dihadapi Facebook. Jika kamu adalah sebuah produk media sosial paling banyak digunakan di planet bumi, ke mana lagi kamu harus ekspansi (terlebih, NASA belum menemukan tanda-tanda kehidupan di Mars maupun Pluto)?

Kamu harus semakin memperlebar pasar dengan melakukan diversifikasi layanan; tentunya juga harus memberikan alasan kepada pengguna untuk terus menggunakan layanan kamu; dengan menarik pengguna yang sebelumnya tidak mau menggunakan produk kamu.

Layanan jual beli lokal

Setelah memamerkan produk teranyarnya Slideshow, akhir pekan lalu dan menunjukkan kemajuan pada Free Basics (sebelumnya dikenal sebagai Internet.org), langkah besar Facebook selanjutnya untuk menangkap audiens (dan pendapatan iklan) menjadi lebih jelas.

TechCrunch melaporkan beberapa pengguna Facebook menemukan adanya fitur baru di aplikasi untuk iPhone yang mereka gunakan. Fitur tersebut dinamai Local Market.

facebook-local-market-screenshot

Dari penampakannya, Local Maket rasanya akan menjadi marketplace peer-to-peer (P2P) yang terintegrasi dalam aplikasi mobile ataupun web Facebook. Pengguna dapat mencari berbagai kategori barang untuk dibeli, atau mengunggah daftar produk mereka sendiri untuk dijual. Kategorinya terdiri dari pakaian, peralatan rumah tangga, elektronik, mainan, produk kecantikan, hingga barang antik.

E-commerce P2P ini telah berjalan selama beberapa waktu dalam Facebook. Banyak pengguna yang memanfaatkan kelebihan fungsi grupnya untuk membangun komunitas dari aktivitas jual beli berbagai barang, terutama (walau tidak terbatas) di negara berkembang.

Perusahaan ini juga telah mengintegrasikan fitur seperti tombol Buy di beberapa grup untuk memfasilitasi proses jual-belinya. Maka masuk akal jika langkah berikutnya adalah marketplace yang sesungguhnya.

Mengganggu para “pengganggu”

Namun, visi Facebook bukan tanpa rintangan. Di banyak negara, di mana Facebook akan menggelontorkan layanannya, sudah duluan ada startup e-commerce yang telah mengenali peluang yang ada.

Di Asia Tenggara, marketplace(P2P) bisa dibilang melimpah. Mulai dari Carousell di Singapura hingga Tokopedia dan Bukalapak di Indonesia, bisnis dan komunitas online- telah terbentuk dari konsep yang menjembatani individu penjual dan pembeli, bahkan UKM dengan pelanggannya.

Kapan pun (atau jika) fitur Local Market nantinya diluncurkan, mereka akan membidik pasar yang sudah ada sebelumnya. Seperti juga yang terjadi di sejumlah layanan Facebook, perusahaan Amerika Serikat akan memanfaatkan basis penggunanya yang masif untuk membungkam kompetisi. Bahkan, ada pengguna di negara seperti Indonesia dan Myanmar yang menganggap Facebook sebagai internet dalam arti sesungguhnya.

Meski para pengguna dan penjual tidak akan dipaksa memilih satu marketplace dibandingkan yang lainnya, Facebook memiliki keunggulan yang membuatnya selalu memenangkan kompetisi selama ini: ia adalah tempat di mana orang-orang berada.

Baca juga: Startup Asal Singapura Carousell dapatkan Investasi USD 6 juta untuk Ekspansi ke Indonesia

Jadi, alasan yang membuat kamu enggan pindah ke media sosial lain tampaknya akan menjadi kunci kenapa kamu akan menggunakan Local Market dalam proses jual beli online. Jika kamu menyadari di dalam sistemnya ada basis pengguna yang siap dipakai, yang jaraknya hanya terpaut satu notifikasi saja, tentu ini yang akan kamu pilih.

Penolakan yang sia-sia

Keuntungan perusahaan lokal adalah sudah lebih dulu ada. Tokopedia didirikan pada 2009, Bukalapak pada 2011. Carousell, walau bisa dibilang sebagai pendatang baru yang didirikan pada 2012, telah melakukan ekspansi keluar dari Singapura ke Malaysia, Indonesia, dan Taiwan.

Mereka diberkati waktu yang cukup lama untuk menyempurnakan produknya, mengidentifikasi kebutuhan pengguna dan menyediakan solusi atas kebutuhan mereka, serta mengatasi masalah-masalah yang ada.

Mereka juga punya pengguna loyal yang telah membangun komunitas. Carousell misalnya, baru saja mengumumkan kehadiran platform web-nya. Kini pengguna dapat menggunakan desktop atau laptop untuk menjual dan membeli barang, seperti bisa mereka lakukan dengan aplikasinya (fakta menarik lainnya, platform ini menggunakan teknologi ReactJS yang dikembangkan dan dibuat open source oleh Facebook).

Carousell-Infographic

Carousell mengumumkan memikiki 27 daftar barang, telah menjual delapan juta barang lewat platformnya, dan telah meraih 140 juta web page view. Menurut Similiar Web, per 10 November 2015, Carousell menduduki peringkat ke-20 dari situs yang paling digunakan tiap bulan di Singapura, sedangkan Tokopedia dan Bukalapak masing-masing berada di ranking 30 dan 44 di Indonesia. Bagi perusahaan lain, ini adalah pencapaian yang luar biasa. Tapi tidak bagi Facebook.

Melihat grup jual beli di Facebook terbukti populer, kemungkinan besar Local Market juga akan bernasib sama. Dengan asumsi layanan ini menawarkan pengalaman yang superior, maka Facebook punya kesempatan memangsa porsi besar pasar dengan sekali gigit. Di sisi lain, marketplace-marketplace yang sudah ada perlu melihat jika dan bagaimana mereka bisa bekerja bersama dengan Facebook, alih-alih menjadi pesaingnya.

Carousell mengadopsi pendekatan wait-and-see, karena mereka fokus dengan apa yang sedang mereka lakukan. “Kami yakin kompetisi adalah validasi bahwa masalah yang coba kami pecahkan ternyata benar-benar berarti, yang sesuai dengan kebutuhan banyak orang di seluruh dunia,” komentar perusahaan kepada Tech in Asia.

“Fokus kami adalah terus memoles aplikasi dan platform web kami sehingga bisa melayani kebutuhan komunitas dengan lebih baik lagi. Kami juga fokus menghadirkan Carousell ke lebih banyak pasar demi memenuhi misi kami – ‘Untuk menginspirasi dunia agar mulai menjual’,”

Bagaimana kamu melihat peluang marketplace P2P lokal jika Facebook merangsek ke pasar ini? Lebih baik menjadi pesaing atau berkolaborasi?

(Diterjemahkan oleh Fadly Yanuar Iriansyah dan diedit oleh Pradipta Nugrahanto; sumber gambar GOIABA – Johannes Fuchs, infografis oleh Carousell)

The post Akankah Local Market Besutan Facebook Menjadi Mimpi Buruk Bagi Carousell dan Tokopedia? appeared first on Tech in Asia Indonesia.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6222

Trending Articles