(Update 6 November 2015: Kami melakukan perubahan pada judul untuk menghindari miskonsepsi)
Salah satu Industri yang ikut “kecipratan” berkah meroketnya bisnis berbasis internet adalah e-commerce. Menjelang akhir tahun ini, ekosistem tersebut coba mengembangkan layanan, terutama di sisi keamanan bertransaksi untuk menarik lebih banyak pengguna.
CEO OLX Indonesia, Daniel Tumiwa yang ditemui Kamis (5/11) dalam acara diskusi interaktif bertema Trend E-Commerce 2016 bagi Entrepreneur mengungkapkan bahwa dirinya optimis bisnis e-commerce akan semakin berkembang walaupun kondisi ekonomi Indonesia tengah menurun. Hal ini disebabkan banyaknya masyarakat yang mulai meninggalkan pasar ritel offline.
Terlebih dengan data yang ia paparkan bahwa Indonesia memiliki angka pengguna internet tertinggi dibandingkan dengan negara lainnya di Asia Tenggara. Di tahun 2015 saja, dari sekitar 250 juta penduduk Indonesia terdapat 93,5 juta pengguna internet dan diprediksi akan mencapai lebih dari 102 juta orang pada 2016.
Lebih dari separuh netizen di tanah air berusia kurang dari 30 tahun, sehingga ranah digital dan media sosial menjadi cukup “basah”, serta menjadikan Indonesia lahan subur bagi tumbuh kembangnya bisnis e-commerce.
Adaptasi digital yang tinggi ini telah membawa perubahan dalam melaksanakan rutinitas sehari-hari, dari cara berkomunikasi, interaksi melalui jejaring sosial, perbankan hingga belanja kebutuhan sehari-hari. Tantangan belanja online seperti keamanan bertransaksi, metode pembayaran, kepercayaan konsumen terhadap penjual dan masalah pengiriman/ekspedisi terus diperbaiki dan ditingkatkan secara berkesinambungan.
Dari sekitar 4,3 juta orang di tahun 2013 yang terbiasa berbelanja secara online, saat ini jumlahnya telah mencapai 7,4 juta orang dan akan terus tumbuh di tahun-tahun mendatang. Daniel menambahkan bahwa pada tahun 2016 yang akan datang, diperkirakan terdapat 8,4 juta pembeli melalui e-commerce Indonesia, dengan angka penjualan yang dapat mencapai $4,5 miliar (sekitar Rp61 triliun).
Berbenah jelang 2016
Menurut Daniel, e-commerce dan transaksi jual beli online tidak selalu dilakukan melalui portal-portal besar. Namun, pelaku e-commerce independen juga akan semakin sering dijumpai di media sosial (salah satunya lewat Facebook atau Instagram). Ia menambahkan:
Pertumbuhan tersebut menunjukkan level of acceptance orang Indonesia terhadap e-commerce. Saya percaya kedepannya akan ada lebih banyak orang yang memilih jalur entrepreneurship dan memulai bisnis berbasis internet.
Untuk meminimalisir tantangan e-commerce ke depannya, Daniel menilai perlu dukungan pihak lainnya. Dalam kesempatan yang sama, Bank Permata mengumumkan kerja sama dengan Faspay untuk membantu industri ini dalam meningkatkan mutu keamanan bertransaksi.
Indra Gunawan, Head E-channel Bank Permata mengatakan bahwa mereka menyambut baik kerjasama ini. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa Bank Permata memiliki tradisi dan kepeloporan dalam mengembangkan IT guna memberikan solusi finansial yang inovatif. Bank Permata mengedepankan layanan perbankan dengan virtual account untuk menyediakan layanan transaksi bagi e-commerce.
Saat ini Bank Permata sudah melakukan kerja sama dengan 100 merchant. Dari jumlah tersebut, sebagian besar atau 80 persen masuk kategori UKM, sedangkan 20 persen sisanya masuk ke bisnis menengah atas. Ke depannya, Bank Permata mengincar tambahan 10 sampai 20 merchant per bulan untuk meningkatkan channel transaksi elektronik.
“Beragam layanan telah terintegrasi dengan virtual account (VA) terbukti dapat memberikan kemudahan dan keleluasaan bagi nasabah dan masyarakat dalam bertransaksi e-commerce. Hal ini tercermin dari pertumbuhan yang pesat pengguna VA sebesar 76 persen sepanjang periode Januari hingga September 2015,” tandasnya.
Saat ini revenue untuk VA Bank Permata ini sebagian besar masih didominasi oleh bisnis penerbangan, travel dan tur, dan produk ritel seperti baju, aksesoris dan makanan. Sehingga total transaksi melalui VA Bank Permata sudah mencapai 200.000 transaksi per bulan.
Virtual account dinilai sangat penting diterapkan dalam sistem pembayaran Bank Permata, karena mengurangi biaya operasional dan meningkatkan efisiensi dan rekonsiliasi transaksi jika menggunakan fitur ATM transfer seperti biasa.
Dalam kesempatan yang sama, penyedia layanan platform pembayaran mobile, Faspay juga memprediksi akan ada lebih banyak entrepreneur independen dan juga UKM di tahun 2016 yang memulai bisnis online bermodalkan media sosial seperti Instagram. Para entrepreneur atau penjual independen tersebut akan membutuhkan solusi pembayaran untuk mengembangkan bisnis mereka.
“Terlebih dengan dukungan berbagai fasilitas layanan transaksi online, akan lebih memberi kemudahan pada para pelaku bisnis,” tambahnya. Faspay memperkenalkan Faspay Billing sebagai sebuah fasilitas e-invoicing yang memberikan ekosistem UKM dan penjual online efisiensi dan kemudahan bertransaksi dengan para pelanggannya.
Layanan ini juga diciptakan untuk menghemat waktu dan biaya para entrepreneur baik yang berbadan hukum maupun independen sehingga mereka dapat memfokuskan waktu, biaya, dan tenaga untuk mengembangkan bisnis. Lebih lengkapnya, Faspay Billing bekerja sama dengan Bank Permata, menyediakan fasilitas Permata Net dan Virtual Account yang akan didapatkan oleh para user secara otomatis pada saat bergabung.
Kedua layanan tersebut akan mempermudah para pelaku ekosistem e-commerce dan UKM untuk menyediakan transaksi secara online.
Bila ditilik sepanjang 2015, industri e-commerce masih didominasi oleh pemain-pemain besar. Semoga dengan makin ditingkatkannya kemanan dalam bertransaksi, bisa mendongkrak seluruh sektor e-commerce hingga ke level independen. Selain solusi pembayaran, nampaknya ekosistem startup lainnya masih terganjal dengan dukungan dana dari para investor.
(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto; Sumber gambar: 1 dan 2)
The post Transaksi E-commerce Indonesia Tahun Depan Diprediksi Capai $4,5 Miliar appeared first on Tech in Asia Indonesia.