Kalau saya sudah menjadi tua nanti, saya bercita-cita supaya dapat hidup tenang di pedesaan sambil menikmati pemandangan alam yang menyegarkan jiwa. Saya tidak ingin bernasib sama dengan kakek-kakek di game yang satu ini. Kakek yang satu ini kisahnya sungguh tragis. Ketika si kakek sedang berbaring sakit di rumah sakit, tiba-tiba segerombolan zombie ingin memakannya. Sialnya lagi, saat itu si kakek mengalami sakit di kakinya sehingga beliau mau tidak mau hanya bisa melarikan diri menggunakan kursi roda yang pastinya jauh dari kata nyaman dibanding menggunakan kedua kakinya.
Dari cerita di atas tadilah game ini dimulai. Game ini menyuruh kamu untuk menemukan pintu keluar – pintu keluarnya berbentuk seperti tanda bagi penyandang cacat – supaya si kakek bisa selamat dari ancaman zombie di tempat yang berbentuk seperti labirin (maze). Untuk menemukan pintu keluar, kamu harus melakukan slide ke atas, bawah, kiri, atau kanan hingga mencapai pintu keluarnya.
Dalam satu kali slide, si kakek akan bergerak lurus tanpa henti (mungkin karena efek kursi rodanya). Si kakek baru akan berhenti ketika beliau menabrak sebuah dinding. Dari situlah diperlukan kecermatan mata dalam membaca maze dan gerakan yang tepat supaya kakek dapat menuju pintu keluar. Tetapi hal barusan sebenarnya hanya secuil tantangan yang akan kamu temui.
Tantangan yang semakin besar ketika bermunculan zombie-zombie yang ingin memakan kamu. Zombie di setiap stage akan bergerak sesuai dengan gerakan si kakek. Contoh
apabila si kakek bergerak ke kanan, maka sang zombie akan bergerak ke kanan pula. Apabila setelah menggerakkan si kakek ke sana ke mari namun ujung-ujungnya si kakek malah bersebelahan dengan zombie, maka zombie tanpa pikir panjang akan segera memakan si kakek dan pastinya kamu akan game over.
Tidak hanya sebatas mencari jalan keluar, kamu pun juga diberi tugas tambahan tetapi tidak wajib dilakukan, yaitu mengambil 3 buah permen yang tersebar disetiap stage. Seperti yang bisa kamu tebak, permen-permen tersebut digunakan untuk membuka world stage yang lebih tinggi.
Judul lengkap game ini sangat panjang yaitu Granpa and the Zombies – Take Care of Your Brain. Begitu pula dengan jumlah stage-nya yang tidak kalah panjang, total terdapat 90 stage yang bisa kamu taklukkan. 90 stage tadi dibagi dalam 3 tema world stage yaitu di rumah sakit, gudang, dan ruang bawah tanah. Tema world stage yang disediakan cukup lumayan untuk membuat suasana baru yang tidak membosankan dan juga bisa me-refresh otak kita yang sudah benar-benar mentok menyelesaikan teka-tekinya.
Saya sendiri jujur sangat sering merasa mentok dalam menyelesaikan teka-tekinya (saya berharap kamu jauh lebih jago daripada saya). Bagi kamu yang masih awal-awal bermain, tingkat kesulitan pada stage-stage awal cukup mudah ditaklukkan. Cukup melihat lika-liku maze-nya beberapa detik saja pasti kamu sudah tahu bagaimana solusinya.
Nah barulah pada level 10 ke atas akan semakin banyak variasi rintangan di dalam maze-nya. Ada lantai berlistrik yang bisa membunuh kamu dan zombie jika dilalui, ada pula semacam cairan lengket yang akan memberhentikan langkah kamu, atau zombie yang hanya bisa bergerak ke kanan dan ke kiri.
Untuk menemukan solusinya yang harus kamu lakukan tidak hanya berpikir saja namun kamu juga harus sering melakukan trial and error. Jadi mengalami stuck kemudian mengulang stage adalah hal biasa. Lebih parahnya lagi, kesulitan yang tadi saya jabarkan tadi baru sebatas membawa si kakek ke pintu keluar, belum ditambah dengan berpikir bagaimana caranya mengambil seluruh permen yang tersedia, hal tersebut tentu menjadikan game ini memiliki kesulitan ganda.
Contoh konkretnya pada level 30, membutuhkan lebih 25 langkah lebih sedikit supaya dapat mengambil seluruh permen dan menuju pintu jalan keluar, itu pun juga harus melalui bantuan komputer. Yup di sini kamu bisa dibantu oleh komputer jika kamu stuck. Namun kamu hanya diberi 3 kali kesempatan untuk meminta solusi dari komputer. Komputer akan memberitahu kamu langkah yang harus kamu tempuh untuk mengambil permen-permen yang tersebar sekaligus menuju pintu keluar. Namun anehnya, saya tidak menemukan pilihan untuk menambah jumlah bantuan komputer tersebut. Secara logika seharusnya menu IAP menyediakan penambahan jumlah bantuan, namun di sini menu IAP pun tidak saya temukan.
Sebenarnya game ini (dan semacamnya) bagus untuk melatih logika kita. Maka tidak mengherankan apabila terkadang bukannya fun yang kamu dapatkan tetapi malah pusing karena teka-teki yang selalu gagal diselesaikan.
Tetapi perasaan puas tak terhingga pasti akan kamu dapatkan ketika sebuah teka-teki rumit yang berulang kali gagal kamu pecahkan tadi
akhirnya berhasil kamu pecahkan. Perasaan puas tersebut tentunya menghapus rasa penasaran kamu dan disitulah justru letak serunya.
Mengenai presentasinya, saya tidak bisa berkata banyak. Grafis yang disuguhkan tidak nampak istimewa. Namun gambar 2D yang halus tanpa ada unsur kotak-kotak cukup
membuat grafis game ini tidak bisa dikatakan jelek. Unsur konyol banyak mewarnai bentuk karakter yang ada mulai baik dari si kakek maupun para zombie-zombie jahatnya.
Untuk urusan sound, unsur kocak juga banyak sekali dimasukkan di dalamnya. Dari background music, suara langkah kaki zombie, hingga suara ketika zombie berhasil memakan si kakek malah terdengar konyol dan lucu, tidak seseram bayangan kita ketika mendengar kata zombie.
Granpa and the Zombies bisa kamu dapatkan dengan harga RP. 9500 di App Store atau $0.99 di Google Play. Apakah terdapat IAP di dalamnya? Tidak! Terlepas dari tidak hadirnya IAP penambah bantuan dari komputer, harga yang ditawarkan sebanding dengan apa yang akan kamu dapatkan. Dengan uang Rp. 9500 kamu bisa mendapatkan keuntungan double yaitu memainkan game yang cukup panjang karena terdiri dari 90 stage sekaligus melatih
logika berpikir kamu. Sangat sebanding dengan apa yang kamu dapatkan bukan?
Okelah game ini bisa dikatakan memang menantang, melatih otak, dikemas secara lucu, dan harganya pas. Namun sayangnya saya sudah sering menjumpai feel dari game-game puzzle sejenis. Granpa and the Zombies tidak menawarkan unsur-unsur yang menggelegar yang mampu membuat game ini lebih menarik atau membuat ketagihan lebih lama.
Menginjak world stage ke dua saya malah mulai menyerah dan merasa berhenti bermain game ini adalah langkah yang bijak untuk otak saya yang sudah berpikir terlalu keras. So kesimpulan akhirnya adalah game ini cukup baik namun tidak membuat ketagihan terutama bagi gamer yang cenderung ke kasual. Namun bagi kamu yang menyukai berpikir keras memecahkan teka-teki saya rasa game ini cocok sekali untuk kamu.
Apple App Store Link: Granpa and the Zombies – Take Care of Your Brain, Rp. 9.500
Google Play Link: Granpa and the Zombies – Take Care of Your Brain, $1,02
Post Review Granpa and the Zombies – Berlatih Logika Bersama Si Kakek dan Zombie muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.