Quantcast
Channel: Tech in Asia
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6222

Ishak Tanoto: Geek dan “Tambang Emas” di Startup Musik

$
0
0

Mungkin kamu sudah cukup sering mendengar cerita tentang seorang entrepreneur yang merintis bisnisnya dari kepiawaiannya mengerjakan suatu hal. Namun tidak dengan Ishak Tanoto selaku Founder 5Beat. Ia bukanlah musisi atau bahkan orang yang tergila-gila dengan musik. Lalu seperti apa perjalanannya di ranah wirausaha? Simak penuturan lengkapnya kepada Tech in Asia beberapa waktu lalu.

Mimpi yang hampir terlupakan

Apakah kamu salah satu orang yang pernah berpikir bila tinggal di negeri orang lebih menyenangkan dari tinggal di negeri sendiri? Mungkin pengalaman Ishak bisa membuat kamu berpikir ulang. Sebagai orang yang sempat mencicipi kuliah di negeri Paman Sam dan mencicipi bekerja di sejumlah perusahaan seperti Heyzap, Redux, Razorfish, dan Gumas; Ishak akhirnya memilih pulang ke Indonesia.

Alasan “pulang” itu sebenarnya lebih karena tidak puas dengan apa yang saya lakukan di sana. Ditambah sejumlah faktor lain seperti sudah satu dekade tidak pulang ke tanah air.

Di tahun 2010, Ishak akhirnya membulatkan keputusan itu. “Sebelum pulang memang sudah berniat untuk mengembangkan startup sendiri,” jelasnya. Namun setibanya di Indonesia rencana itu bahkan sempat hampir terlupakan. “Terlalu banyak gangguan yang terjadi di awal kepulangan saya,” kenang Ishak. Namun beruntung semua hal yang dialaminya itu tetap menuntunnya untuk mendirikan startup.

Ada alasan tersendiri mengapa Ishak begitu berhasrat mendirikan startup. “Di dunia ini (startup) saya diberi kesempatan untuk membuat suatu perubahan yang mudah-mudahan signifikan,” tuturnya. Sebelum memutuskan mendirikan 5Beat, Ishak memulai agensi digital dan akhirnya menjadi konsultan di sejumlah perusahaan.

Belajar dari “luar”

Pada saat saya berbincang dengan Ishak mengenai startup yang didirikannya sebelum wawancara untuk artikel ini dibuat, ia sempat menuturkan bila dirinya bukanlah orang yang sangat lekat dengan dunia musik. Ternyata hal ini adalah salah satu pengalaman paling membekas dalam perjalanannya mendirikan startup.

“Sebenarnya saya itu lebih cocok disebut fan musik,” ujar Ishak. Sebelum mengembangkan 5Beat ia hanya mengetahui industri musik dari “luar”-nya saja. Tapi dengan ia memutuskan untuk mengembangkan startup musik, mau tidak mau Ishak harus menceburkan diri ke komunitas musik dan banyak pertemu pelaku industrinya.

Banyaknya obrolan dengan para musisi ini membuat saya lebih mengerti suka duka industrinya dari sudut pandang berbagai pelaku di ranah ini.

Antara WWE dan trance

Tidak sedikit orang yang terinspirasi dengan tokoh yang berangkat dari hobi. Pun demikian dengan Ishak. Sebagai penggemar WWE, ia melihat sosok Chairman WWE, Vince McMahon sukses menjadi inspirasi baginya di ranah entrepreneur. “Salut dengannya yang mampu membuat industri gulat menjadi sebuah fenomena dunia dan sekarang WWE bukanlah hanya sekadar tontonan, tapi juga gaya hidup,” tuturnya.

Ishak tak menampik bila dirinya adalah seorang geek. Ia menyukai semua seri Kamen Rider, Marvel Cinematic Heroes, Dr. Who, dan Heroes. “Oh ya kalau yang berhubungan dengan entrepreneur mungkin Silicon Valley HBO TV Series, karena ceritanya mirip dengan apa yang saya jalankan dengan 5Beat,” jelasnya.

Penyuka musik trance yang sangat mengidolakan Armin Van Buuren ini juga mengaku menyukai buku-buku karya Dale Carnegie. “Padanan bekerja dengan mendengarkan trance itu super cocok, bikin semangat sih. Oh ya, karya Dale itu membangun secara bisnis maupun pribadi sih,” ujarnya.

Ishak Tanoto Dog_1

Anjing yang kerap menemani Ishak jogging di pagi hari.

Sebagai seorang geek, aktivitas harian Ishak sebelum bekerja hampir bisa ditebak. Setiap pagi ia mengaku selalu menyempatkan bermain video game selama satu jam, setelah sebelumnya jogging bersama anjingnya di pagi hari. “Saya suka bermain game PC, dan sekarang sedang memainkan Dragon Age Inquisition dan Nobunaga Ambition.

Berpacu dengan waktu

Menjadi entrepreneur sudah pasti lekat dengan tantangan dan tak jarang ketakutan. “Kalau ditanya soal takut, pasti utamanya soal waktu,” tutur Ishak. Ia juga menyadari bahwa apa yang diusung startup buatannya adalah sebuah hal yang “baru”.

Waktu yang dimaksud Ishak di sini bukan hanya periode yang diperlukan untuk mengembangkan produknya, tapi juga bagaimana mengedukasi teman-teman musisi dan fan akan apa yang mereka usung.

Meja Kerja Ishak Tanoto

“Berkejaran” dengan waktu memang terbilang sangat melelahkan, namun Ishak sendiri memiliki strategi sederhana. “Lakukan dengan senang dan niat, pasti semuanya bisa beres,” tutur pria yang mengaku ruang kerjanya selalu berantakan ini. “Biasanya berantakan bukan karena tidak ada yang membereskan, tapi saya yang bikin berantakan,” ujarnya seraya tertawa.

Momen lain yang juga tidak mengenakkan bagi Ishak adalah keliru memilih partner bisnis. Lebih membuatnya perih karena ia harus memutuskan rantai pertemanan.

Teman baik sekalipun bukan berarti visi dan misinya akan sama dengan kamu. Kemungkinan terburuknya adalah kamu akan kehilangan teman.

Di akhir perbincangan, Ishak memberikan sedikit pesan untuk mereka yang ingin memasuki dunia entrpreneur atau berencana mendirikan startup. ”Achieve excellence in whatever you do and everything else like promotion and money will eventually come along later.”

(Diedit oleh Lina Noviandari)

The post Ishak Tanoto: Geek dan “Tambang Emas” di Startup Musik appeared first on Tech in Asia Indonesia.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6222

Trending Articles