Istilah Internet of Things (IoT) rasanya makin sering terdengar belakangan ini. Sederhananya, IoT adalah sebuah konsep yang memungkinkan benda-benda di sekitar kita baik fisik maupun virtual dapat terhubung dan berkomunikasi satu sama lain dengan konektivitas internet. Salah satu contoh penerapan IoT yang mungkin biasa kita dengar adalah teknologi Smart City dan rumah pintar.
Dengan semakin pesatnya penetrasi internet di dunia, IoT juga diramalkan akan menjadi salah satu ranah yang kuat di masa depan. Pada tahun 2020, IoT diperkirakan akan bernilai $1,9 triliun (sekitar Rp25,4 kuadriliun) dari perekonomian global.
Meski penerapan IoT bisa dibilang belum merata, sudah ada banyak perusahaan di dunia ini yang menerapkan teknologi tersebut. Baru-baru ini, perusahaan layanan, konsultasi, dan solusi bisnis IT Tata Consultancy Services (TCS) merilis riset terbarunya mengenai dampak penerapan IoT bagi berbagai sektor industri di seluruh dunia.
Peningkatan pendapatan, hingga adopsi IoT
Berdasarkan hasil riset tersebut, sejumlah perusahaan yang menerapkan IoT mengklaim telah mengalami peningkatan pendapatan hingga 15,6 persen pada tahun 2014. Menariknya, meski industri kesehatan disebut-sebut sebagai sektor yang potensial meraih keuntungan dari pengaplikasian IoT, sektor ini hanya mengalami sedikit peningkatan pendapatan. Salah satu penyebab kurangnya penerapan IoT di sektor kesehatan adalah rumitnya peraturan.
Sementara itu, industri yang mengalami peningkatan paling signifikan dari penerapan IoT adalah industrial manufacturing (28,5 persen), disusul oleh layanan finansial (17,7 persen), dan media & hiburan (17,4 persen).
Terkait peningkatan penghasilan secara global, Asia-Pasifik berada di urutan kedua (14,1 persen), masih kalah dari Amerika (18,8 persen), namun lebih unggul dari Eropa yang mengalami peningkatan pendapatan sebesar 12,9 persen. Dari segi adopsi teknologi, kebanyakan perusahaan menggunakan IoT untuk melacak aktivitas aplikasi, operasi produksi dan distribusi, memantau tempat usaha, hingga untuk perangkat wearable.
Faktor yang mempengaruhi pengaplikasian IoT
Meski menyajikan peluang yang menjanjikan, ada beberapa faktor yang dinilai bisa mempengaruhi penyebaran penerapan IoT. Kultur perusahaan yang masih konvensional dinilai bisa menjadi faktor penghambat pengaplikasian IoT. Dalam hal ini, perusahaan dinilai harus mengubah cara pandang stafnya mengenai produk, konsumen, dan proses produksi. Faktor kedua adalah kepemimpinan, pemimpin perusahaan yang percaya pada IoT dan rela berinvestasi dalam berbagai aspek melalui teknologi ini adalah elemen yang tak kalah penting. Faktor ketiga adalah penerapan teknologinya sendiri, seperti menentukan jenis teknologi serta pemanfaatan Big Data.
Jika makin banyak perusahaan berhasil menangani faktor-faktor tersebut, bukan tidak mungkin penerapan IoT akan semakin merata di masa depan. Seperti yang diungkapkan oleh CEO dan MD TCS Natarajan Chandrasekaran melalui press release yang kami terima, “Era IoT sudah berjalan dengan baik. Pertanyaannya adalah, apakah bisnis telah siap menyadari potensi penuh dari teknologi ini. Studi tren global terbaru kami menemukan bahwa para pemimpin yang menerapkan IOT menggunakan teknologi ini untuk mendandani bisnis mereka dengan mengubah setiap aspek mulai model bisnis dan produk hingga proses bisnis dan tempat kerja mereka.”
Hasil riset TCS juga tersaji dalam infografis yang bisa Anda lihat di bawah ini:
(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)
The post Dampak Internet of Things bagi Berbagai Industri Global (INFOGRAFIS) appeared first on Tech in Asia Indonesia.