Visual yang ditampilkan dalam game ini nampak apik dengan warna-warni khas anime mecha seperti Macross atau Gundam.
Danmaku adalah istilah lain dari game shoot ’em up atau bullet hell yang sering sekali menjadi genre populer di kalangan pembuat game indie (doujin) di Jepang. Nah, kali ini saya akan mengulas tentang sebuah game doujin yang baru saja memasuki PlayStation Store yaitu Astebreed.
Astebreed dibuat oleh Edelweiss yang sebelumnya pernah membuat Ether Vapor yang pernah populer pada tahun 2007 silam (kamu juga bisa memainkan versi remaster game tersebut di Steam). Astebreed sendiri banyak mengambil elemen gameplay dari Ether Vapor. Apakah Astebreed berhasil menjadi game shoot ’em up yang jauh lebih baik lagi ketimbang pendahulunya? Cek saja di review berikut ini.
Dalam Astebreed, kamu akan berperan sebagai Roy Becket, seorang pilot muda yang ingin menjadi pilot tempur sehebat ayahnya. Selama mengendarai robot bipedal miliknya, Roy juga ditemani seorang gadis bernama Fiona yang telah diubah menjadi seorang Lucis dan mereka berdua harus berjuang menghadapi musuh-musuh yang berbahaya.
Cerita yang dihadirkan memang terkesan sederhana dan terdengar klise layaknya cerita perjuangan manusia melawan alien yang kerap kali terdengar di anime atau manga, namun cerita bukanlah kekuatan yang ingin ditunjukkan dari game ini.
Dalam permainannya, kamu akan mengendalikan sebuah robot yang bisa terus menerus menembakkan peluru sambil menghindari musuh layaknya game shoot ’em up pada umumnya. Pola peluru yang dikeluarkan oleh musuh sangat beragam dan menantang untuk kamu hindari seperti game shoot ’em up klasik yang ada di era 80-90-an, namun bukan itu juga yang membuat Astebreed terasa istimewa.
Layaknya pendahulu game ini yaitu Ether Vapor, Astebreed memiliki efek transisi yang keren yang membuat sudut pandang kamu berubah. Sebagai contoh, ketika kamu bermain pada sudut pandang horizontal shooter, sebuah event terjadi dan kamera bergeser ke sudut pandang vertical shooter atau bahkan kamera terlihat seperti berubah ke sudut third person shooter dan hal tersebut terjadi secara dinamis sehingga adegan semacam itu menjadi asik untuk ditonton sekaligus dimainkan.
Efek semacam ini memang ilusi semata karena karaktermu masih on-rail dan tidak bisa bergerak bebas keluar dari frame layar, namun justru karena itu, aspek visual game ini menjadi lebih mencolok dan bisa membuat kamu berdecak ‘wow’ setiap saat. Jadi selain konsep shoot ’em up tradisional yang sering kamu temui, ada pula elemen baru seperti transisi sudut pandang yang membuat game ini lebih fresh untuk dimainkan.
Ada beberapa jenis serangan yang bisa kamu lakukan dalam game ini yaitu focus shot, spread shot, serangan pedang dan EX Attack. Saya sendiri paling suka dengan serangan pedang karena selain keren (robot mengayunkan pedang itu sudah 99% keren), serangan pedang bisa menetralkan hampir semua jenis peluru musuh. Meski terdengar kuat, serangan ini tidak sepenuhnya OP kok, karena setiap kali mengayunkan pedang, kamu akan lebih lambat berpindah dari satu tempat.
Selain itu, kamu juga bisa menggunakan serangan ‘misil’ yang menembakkan laser dengan menahan focus shot atau spread shot. Mungkin kalau digambarkan, akan lebih mirip serangan funnel dari Nu Gundam hanya saja dengan jumlah dan intensitas yang lebih banyak. Dengan serangan tersebut, kamu akan mengunci musuh dalam sasaran lalu membiarkan ‘misil’ yang kamu lepaskan melakukan pekerjaannya. Serangan ini cukup vital demi mempertahankan kelangsungan nyawamu selama permainan berlangsung.
Namun, hal tersebut bukan tanpa kekurangan. Serangan ‘misil’ (yang berasal dari menahan tombol focus shot) tersebut terasa sulit untuk diarahkan. Memang, ada pilihan sebelum memulai permainan untuk mengatur bagaimana cara kamu akan melakukan lock-on, tapi tetap saja serangan sulit untuk diarahkan karena ketika kamu bergerak, area lock-on yang diproyeksikan seringkali tidak sesuai keinginan.
Variasi serangan memang banyak namun ada satu hal yang saya rasa sebaiknya ada dalam game ini yaitu power-up. Rasanya akan lebih menyenangkan dan menantang bila seranganmu bertambah lebih kuat sembari kamu mengumpulkan item yang ada di jangkauan serangan musuh. Namun, setelah saya pikir-pikir hal semacam itu mungkin akan menghancurkan game ini sendiri karena layar sudah dipenuhi kekacauan. Hahaha.
Menurut saya, game ini memang cukup sulit untuk dimainkan sebagian orang, namun untuk ukuran danmaku, Astebreed belum masuk ke kategori hardcore. Hal ini disebabkan sistem perisai yang bisa terus beregenerasi sehingga tidak ada yang namanya one-hit death di sini. Tapi, untuk pemain veteran, jangan khawatir. Hard mode dalam game ini pasti sudah cukup bikin pusing kepala.
Visual yang ditampilkan dalam game ini nampak apik dengan warna-warni khas anime mecha seperti Macross atau Gundam. Mungkin jika dilihat lebih lanjut desain robotnya mirip dengan desain robot di game Zone of the Enders. Saya hampir tidak percaya begitu tahu bahwa Astebreed adalah sebuah game doujin. Desain yang ditampilkan dari robot serta background terlihat keren layaknya game buatan studio besar di Jepang dan tidak tampak amatir.
Efek spesial seperti partikel-partikel peluru juga terlihat indah terutama saat ada ratusan peluru dan misil yang berkeliaran di seluruh layar. Untuk beberapa orang mungkin ini terlihat memusingkan, tapi kalau kamu gamer yang tahan dengan segala macam motion sickness, kamu pasti bisa mengapresiasi aspek visual dari game ini.
Hal lain yang perlu diperhatikan ketika memainkan game ini adalah game ini merupakan danmaku/shoot ’em up. Artinya, game ini tidak sepanjang yang kamu kira. Dalam beberapa jam saja kamu bisa menamatkan game singkat ini dan saya sendiri merasa kurang puas.
Pada akhirnya, saya menyarankan kamu yang senang dengan game vertical/horizontal shooter seperti Gradius atau Raiden untuk mencoba Astebreed (dan juga Ether Vapor kalau kamu sempat). Karena selain memiliki gameplay yang solid, game ini juga memiliki elemen baru yang membuat permainan tidak terasa sekedar danmaku biasa. Saya juga merasa kalau game ini bisa diterima oleh pemain pemula karena pola peluru dalam game ini tidak semematikan game sejenis lainnya.
PlayStation Store (US): Astebreed, $19.99 (sekitar Rp270.000)
The post Review Astebreed – Danmaku Modern Rasa Klasik appeared first on Tech in Asia Indonesia.