Profesi sebagai developer game bisa dibilang merupakan profesi yang masih dipandang sebelah mata di Indonesia. Jika seseorang yang bekerja di industri game bertemu dengan orang awam, berbagai jenis keheranan dan pertanyaan-pertanyaan akan cukup sering dilontarkan kepada developer yang bersangkutan.
Meskipun tidak memiliki dampak langsung, tidak bisa dipungkiri juga perlakuan seperti ini membuat pelaku industri game lokal sangat membutuhkan wadah untuk berkumpul dengan sesama insan yang mengerti industri game dengan baik. Didasari dari keinginan untuk sekadar berkumpul dan mengobrol secara kasual inilah, beberapa anggota komunitas GameDevID memutuskan untuk mengadakan acara kumpul-kumpul di restoran atau tempat tongkrongan biasa.
Seiring dengan berjalannya waktu, acara yang tadinya tidak memiliki nama ini akhirnya dikenal dengan sebutan Game Developer Gathering, atau biasa disingkat GDG. Namun, siapa sangka acara yang dimulai dengan niat sederhana ini tiba-tiba saja bisa berubah menjadi sebuah acara tahunan yang berlangsung di empat kota besar di Pulau Jawa.
Dari Sebuah Kumpul Tanpa Nama
Membicarakan tentang GDG, biasanya nama yang langsung terlintas di pikiran beberapa pelaku industri game di Indonesia tak lain tak bukan adalah nama Kris Antoni. Kris yang sehari-harinya menjabat sebagai CEO dari Toge Productions menceritakan kepada Tech in Asia mengenai asal muasal acara tahunan ini bisa terjadi.
“Awalnya kita kumpul-kumpul saja di restoran mana pun. Waktu itu belum ada nama acara, kita sebutnya ‘gathering’ saja. Di tahun 2010 kita kumpul di Solaria Central Park dan yang menjadi kompornya adalah Wimindra Lee dari Lucidrine/Agate,” jelas Kris.
Acara yang dihadiri sekitar lima belas orang tersebut dihadiri oleh berbagai perwakilan studio di Jakarta. Menurut Kris para developer yang hadir menghabiskan waktu dengan mengobrol, saling curhat, pamer game, dan berbagi pengalaman yang dimiliki. Pertemuan tersebut cukup singkat, tapi sangat berkesan.
“Pada tahun 2011, Wimindra pindah ke Bandung dan dia bilang ke saya agar terus mengadakan pertemuan ini. Lalu saya pun berinisiatif untuk menjadikan acara ini lebih terstruktur dan rutin diadakan setahun sekali,” tambah Kris.
Universitas Menjadi Tempat Ideal
Satu hal yang Kris sadari dari pengalamannya pribadi serta hasil dari berbagi cerita antara teman developer adalah betapa sulitnya mencari talenta-talenta di industri game dalam negeri. Hal inilah yang membuatnya langsung terpikir untuk mengadakan acara di tempat yang merupakan sumbernya talenta yang masih mentah, apalagi kalau bukan institusi pendidikan.
“Saya menghubungi Pak Raymond Kosala, dosen saya di Binus International, dan menjelaskan mengenai acara GDG. Saya jelaskan bahwa dalam acara ini mahasiswa dapat bertemu langsung dengan studio yang membuka lowongan dan universitas juga dapat lebih mengerti kebutuhan industri dan mempersiapkan mahasiswa yang lebih kompeten dan sesuai dengan yang dibutuhkan pasar,” terang Kris.
Ide ini rupanya disetujui dengan sangat baik oleh Pak Raymond Kosala. Jadi tidak mengherankan juga dari beberapa GDG yang diadakan di Jakarta, beberapa kali acara tersebut diadakan di kampus Binus International.
Alasan yang sama disampaikan juga oleh Robi Baskoro dari Duniaku Network yang memegang peranan sangat penting dalam GDG beberapa tahun terakhir. Menurutnya, universitas merupakan salah satu bagian utama dari ekosistem pengembangan game, terutama untuk urusan talenta-talenta yang akan ikut memajukan industri game di masa depan.
Selain alasan tersebut, baik Kris maupun Robi juga mengatakan bahwa melakukan kerja sama dengan universitas itu lebih mudah dan fleksibel dibandingkan dengan institusi lainnya. Kedua hal ini membuat universitas menjadi tempat yang betul-betul sempurna untuk mengenalkan industri game ke orang-orang yang sebelumnya tidak tahu-menahu tentang industri ini.
Empat Kota Beserta Nama Besar
Tahun 2015 ini, GDG menembus standar baru yaitu dengan diadakan di tiga kota yang berbeda dalam waktu yang berdekatan, dengan acara puncak yang akan berlangsung di kota lainnya akhir tahun nanti. Sejauh ini kota yang sudah dikunjungi adalah Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta. Baru nanti pada bulan November, GDG Prime yang merupakan acara puncak dari GDG 2015 akan diadakan di Kota Bandung.
Kris dan Robi sependapat bahwa memang selama ini penyebaran perhatian kepada developer game di luar Jakarta perlu dilakukan. “Kota-kota seperti Surabaya, Yogyakarta, dan lainnya kurang mendapatkan sorotan, padahal di sana banyak sekali studio yang keren-keren dengan game yang tidak kalah berkualitas juga,” tambah Kris.
Selain diadakan di empat kota sekaligus, tahun ini GDG juga didukung oleh nama-nama besar seperti Monk’s Hill Ventures, Unity, dan Gameloft. Nama-nama ini dipilih oleh panitia dengan alasan-alasan tersendiri. Selain itu, setiap badan juga ikut berkontribusi entah dengan menyumbangkan materi seminar, mengadakan workshop, ataupun ikut memberikan masukan kepada developer-developer yang mengikuti StartUp Clinic.
Untuk Masa Depan yang Lebih Besar
Saya harap suatu hari nanti GDG dapat menjadi seperti acara Game Developers Conference (GDC) di San Fransisco
Ditanya mengenai harapan ke depannya mengenai GDG, Kris dan Robi memiliki jawaban yang sedikit berbeda namun dengan tujuan akhir yang sama. Robi berharap, nantinya GDG bisa diadakan di lebih banyak lagi kota di seluruh Indonesia, tidak terbatas di pulau Jawa saja. Meskipun konsekuensinya adalah masing-masing tempat akan memiliki skala acara yang berbeda, namun dengan tujuan yang sama yaitu menjadi penghubung antara sesama developer ataupun developer dengan badan-badan lain yang bisa membantu mereka.
Sedangkan Kris berharap ke depannya industri game di Indonesia akan semakin matang dan dewasa. Acara GDG akan berperan sangat penting dalam mempertemukan seluruh pelaku industri dan memacu terjadinya kolaborasi dan saling berbagi informasi.
Yang jelas, perjalanan masih sangat panjang untuk tokoh-tokoh industri game kita ini. Apa yang dimulai dari sebuah ajang kumpul-kumpul di restoran, terbukti bisa menjadi sebuah acara yang dapat memicu perubahan industri game di Indonesia, dan tidak menutup kemungkinan ke depannya akan mempengaruhi seluruh Asia Tenggara juga. “Saya harap suatu hari nanti GDG dapat menjadi seperti acara Game Developers Conference (GDC) di San Fransisco, Amerika Serikat yang dihadiri ribuan developer dari seluruh dunia,” tutup Kris.
The post [Devtalk] Game Developer Gathering – Dari Kumpul di Restoran Sampai ke Acara Bertaraf Nasional appeared first on Tech in Asia Indonesia.