Pernahkah akun Anda di-tag di media sosial oleh para penjual online? Sebagian besar orang mungkin pernah atau bahkan sering mengalaminya. Berangkat dari rasa sebal karena sering di-tag oleh para penjual di media sosial, Gerry Herwanto dan rekannya Yuwonosigit memutuskan untuk membuat sebuah aplikasi social marketplace bernama Tokopoket.
Ingin tahu lebih banyak tentang startup ini? Simak ulasan berikut.
“Instagram” khusus jual beli
Sebagai sebuah aplikasi social marketplace, Tokopoket berfungsi layaknya sebuah media sosial yang digunakan khusus untuk transaksi jual-beli. Berbeda dengan aplikasi marketplace lain yang memberlakukan proses registrasi yang panjang, pengguna Tokopoket hanya perlu sign-up dan bisa langsung berjualan atau membeli.
Untuk memulai berjualan, pengguna hanya perlu mengambil foto produk langsung dari aplikasi dan menampilkannya dengan memberikan deskripsi produk, mengisi hashtag, serta banderol harga. Nantinya, akan muncul tombol Buy pada setiap produk yang ditampilkan dimana pembeli yang tertarik bisa langsung meng-klik dan berinteraksi dengan penjual melalui fitur chatting.
Karena Tokopoket merupakan media sosial, aplikasi ini juga memunculkan jumlah following, follower, item, serta reputasi (like dan dislike) di setiap profil pengguna Tokopoket. Dengan berbagai fitur tersebut, bisa dibilang Tokopoket berfungsi layaknya “Instagram” khusus jual beli. Sama seperti di Instagram, pembeli juga bisa melakukan pencarian produk berdasarkan hashtag.
Unggah produk tak terhingga, tapi…
Terkait pembayaran, Tokopoket sama sekali tidak terlibat dalam proses ini. Penjual bisa menentukan sendiri metode pembayaran yang diinginkannya, misalnya transfer bank, cash on delivery (COD), atau lainnya. Karena tidak menyediakan layanan pembayaran, Tokopoket tidak menarik komisi dari transaksi penjualan yang terjadi di platformnya.
Sebagai upaya monetisasi, Tokopoket akan menyediakan layanan “freemium” dimana aplikasi ini akan memberlakukan biaya tertentu bagi para penjual yang ingin produknya ditampilkan di halaman depan hasil pencarian. “Seperti layaknya recommended seller,” jelas Gerry.
Selain itu, Tokopoket juga akan menerapkan waktu kedaluwarsa selama 30 hari bagi setiap foto produk yang ditampilkan. Foto produk yang kedaluwarsa akan secara otomatis hilang. Penjual yang ingin tetap menjual produknya tersebut bisa menampilkan kembali foto produknya, memberikan deskripsi produk, menentukan hashtag, serta banderol harga.
Bagaimanapun, tentunya mengulang proses tersebut bisa menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi penjual, terlebih bagi mereka yang memiliki produk banyak. Oleh karena itu, Tokopoket menyediakan pilihan berlangganan yang memungkinkan foto-foto penjual akan tetap ditampilkan meski sudah melewati 30 hari. Tentunya, penjual akan dikenai tarif jika ingin menikmati layanan berlangganan ini, yakni Rp10.000 per bulan untuk setiap akun yang bisa dibayar melalui sistem transfer bank.
“Saya rasa Rp10.000 lebih kecil nilainya dibanding harus membayar komisi sebesar 10 hingga 15 persen untuk setiap transaksi penjualan. Lagipula, penjual bisa memilih untuk tidak berlangganan, tapi dengan konsekuensi mereka tentunya harus menampilkan ulang foto produk mereka. Dan jika misalnya mereka memiliki seratus produk, itu akan menjadi kerepotan tersendiri,” ujar Gerry.
Fokus di pasar lokal
Aplikasi Tokopoket versi beta untuk Android baru diluncurkan pada 6 Juni lalu, sedangkan untuk platform iOS akan diluncurkan awal bulan depan. Gerry mengatakan bahwa pihaknya menargetkan untuk menjaring 50.000 pengguna terdaftar dalam tiga bulan ke depan. Untuk mencapai target tersebut, Tokopoket menyelenggarakan pop-up bazar dan bekerjasama dengan anak-anak muda da komunitas. Bagaimanapun, 50.000 tetap saja merupakan angka yang ambisius bagi sebuah aplikasi baru.
Untuk saat ini, startup yang beranggotakan 13 orang ini akan berfokus terlebih dahulu untuk pasar di Jakarta dan selanjutnya akan merambah ke Bali dan kota-kota besar lainnya. Terkait investasi, Gerry mengklaim telah memperoleh dana dari seorang angel investor dengan nominal angka yang tidak disebutkan.
Terkait kompetitor, Gerry mengklaim bahwa Tokopoket merupakan pemain pertama yang mengusung konsep media sosial untuk marketplace ini di Indonesia. Bagaimanapun, aplikasi seperti Carousell, aplikasi asal Singapura yang sudah berekspansi ke Indonesia, bisa dibilang juga menawarkan hal serupa. Selain itu, startup marketplace yang sudah mempunyai aplikasi sendiri seperti Tokopedia, Bukalapak, Elevenia; bisa menjadi pesaing tidak langsung Tokopoket.
(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)
The post Tokopoket, “Instagram” Khusus Jual Beli di Indonesia appeared first on Tech in Asia Indonesia.