Akhir bulan lalu, Red Flag Publishing menerbitkan buku berjudul Jack Ma’s Internal Speeches: Trust in Tomorrow. Kebanyakan isi pidato di buku ini tidak pernah dibagikan kepada publik sebelumnya. Jadi kali ini, saya akan menerjemahkan beberapa kutipan menarik dari buku tersebut.
Dua topik yang sudah saya ulas adalah cara Jack Ma memandang kesuksesan perusahaannya dan nasihat Jack Ma kepada putranya tentang pendidikan. Pada bahasan kali ini, Jack Ma berbicara tentang sanjungan, arogansi, dan kenapa ia memiliki wajah yang aneh.
Saya pikir, menyanjung orang adalah hal yang sangat mudah untuk dilakukan. Saya bisa dengan entengnya mengatakan kepada seseorang, “Anda bekerja dengan keras, terus pertahankan itu hingga beberapa tahun ke depan, maka Anda akan sukses.” Padahal sanjungan saya bisa saja menjebak orang tersebut. Saya pikir, dalam hidup ini, kita membutuhkan orang-orang yang berkata jujur, orang-orang yang mengatakan hal sebenarnya kepada Anda di saat-saat kritis.
Saya sangat berterima kasih kepada dosen Bahasa Inggris saya ketika duduk di bangku kuliah. [Pada saat itu] saya mengambil jurusan Bahasa Inggris, dan [sebelumnya] saya sendiri telah belajar dengan guru asing sejak berumur sepuluh tahun. Tak peduli bagaimana kondisi cuaca di Hangzhou, saya akan pergi ke West Lake dan mengajak bicara orang asing untuk melatih kemampuan bicara Bahasa Inggris saya. Saya akan menjadi pemandu wisata dan mereka akan mengajari saya percakapan sehari-hari Bahasa Inggris. Saya melakukannya selama sekitar delapan tahun sehingga kemampuan saya bisa dibilang cukup bagus, jauh lebih bagus daripada anak-anak di sana.
Ketika saya masih kuliah, ada satu tes dimana saya mendapat nilai 59, dan beberapa mahasiwa asing mendapat nilai 80-an. Saya sangat arogan pada saat itu, jadi saya pergi ke guru Bahasa Inggris. “Pengucapan saya sangat bagus, bagaimana mungkin saya hanya mendapat nilai 59? itu tidak adil!” kata saya kepadanya. Dosen saya berkata,”Bacakan sesuatu untukku.” Saya membacakannya dan ia bilang itu tidak buruk. Saya merasa lebih baik, dan ia mengatakan bahwa saya bisa mengambil tes ulang pada hari berikutnya. Saya mengikuti tes ulang dan ia memberi saya nilai 60. Ketika saya bertanya mengapa, ia mengatakan: “Karena kamu tidak tahu siapa kamu yang sebenarnya, kamu terlalu arogan. Level kamu memang 59.”
Ketika saya menjadi juri di Win (reality show tentang startup) di China, ada beberapa kontestan yang sangat lucu, memiliki presentasi yang unik, tapi tidak memenuhi syarat untuk maju di acara itu. Pihak penyelenggara acara mengatakan untuk mempertahankan para kontestan tersebut. Mereka beralasan bahwa itu akan baik untuk rating. Saya menolak, saya harus mengatakan yang sebenarnya, karena acara ini akan memiliki banyak pengaruh bagi para Founder maupun calon Founder di masa depan. Jika saya hanya menyanjung orang dan tidak mengatakan kebenaran hanya demi humor, itu akan merugikan generasi entrepreneur.
Sejak mendirikan Alibaba, kami memiliki model bisnis dan tim yang bagus. Kami berada dalam industri yang baik, karena itulah kita bisa sesukses ini. Tapi saya bisa katakan bahwa dalam perusahaan apa pun, ketika orang lain mengatakan bahwa segala sesuatunya beroperasi dengan baik, sebenarnya di saat yang bersamaan perusahaan akan menghadapi banyak masalah. Hal tersebut juga terjadi pada orang kebanyakan; pada saat masalah tersebut ditemukan, seringnya sudah terlambat.
Seiring membesarnya ukuran tim, semakin banyak pula masalah yang kami hadapi. Dengan lebih dari 9.000 karyawan yang kebanyakan merupakan lulusan perguruan tinggi teknis atau universitas, semua orang berpikir mereka pintar. “Apa yang membuat Anda lebih pintar dari saya?” Ketika sebuah perusahaan menjadi besar, banyak masalah muncul, dan Anda harus terus-menerus merefleksikannya.
(Diterjemahkan oleh Lina Noviandari dan edit oleh Pradipta Nugrahanto; sumber gambar: World Economic Forum)
The post Jack Ma berbicara tentang sanjungan, arogansi, dan kenapa ia memiliki wajah aneh appeared first on Tech in Asia Indonesia.