Apakah investor tanpa pengalaman di dunia startup, bukan investor yang baik? Perdebatan tentang hal tersebut muncul di platform baru kami, Talk, yang berbuah kontroversi dengan mengatakan bahwa VC tanpa pengalaman sebagai entrepreneur justru bisa menjadi penghalang alih-alih membantu pertumbuhan startup.
Untuk meluruskan hal tersebut, kami mengundang dua VC ternama untuk berbicara di Tech in Asia Singapore awal bulan Mei lalu. Mereka adalah KhaiLee Ng dari 500 Startups yang sudah berpengalaman mendirikan beberapa startup, dan Saemin Ahn dari Rakuten Ventures yang belum memiliki pengalaman mendirikan startup sendiri.
Di awal perdebatan, Khailee mengakui bahwa ada “kejujuran intelektual” untuk beranggapan bahwa VC yang tidak memiliki pengalaman startup bukan lah investor yang baik. Namun tak jarang “pandangan” terhadap hal itu lah yang cenderung berat sebelah – seperti mengatakan bahwa semua pria tidak baik hanya karena pengalaman buruk dengan seorang pacar. Untuk menghindari opini semacam itu, Khailee mengatakan bahwa sebagai Founder startup, Anda sebaiknya “tidak membenci orang tertentu” – tetap ada sisi positif untuk menjaga hubungan baik dengan mereka.
Did @khailee of @500Startups just quoted Taylor Swift? #HatersGonnaHate #Shakeitoff #tiasg2015 pic.twitter.com/z4FipsGgzq
— Spottly (@spottly) May 6, 2015
Saemin mengatakan bahwa sebenarnya ada banyak faktor yang menyebabkan ada VC yang tidak seefektif VC lainnya. Salah satu yang paling berat adalah tidak cocoknya Founder dan VC. Ia menekankan pentingnya “mendefinisikan metrik pertumbuhan” startup. Hal tersebut membantu memastikan bahwa investor dan Founder berada di jalan yang sama. “Ini bisa menyebabkan hubungan yang baik antara investor dan Founder,” tambahnya.
Meski berbeda pendapat, keduanya tidak lantas larut dalam debat kusir. Khailee dan Saemin tampaknya sama-sama setuju bahwa pengalaman kewirausahaan bukanlah faktor utama yang menentukan keberhasilan investor.
Mereka berdua melanjutkan perbincangan dengan memberikan banyak sekali tips dan saran bagi para entrepreneur maupun calon Founder startup.
VC tidak mencerminkan pengetahuan Founder, namun saling melengkapi
Khailee mengatakan bahwa pekerjaan VC adalah melengkapi pengetahuan yang kurang dimiliki Founder dan berkontribusi pada ranah yang tidak begitu dikuasai startup. “Sebuah startup memiliki kebutuhan yang berbeda pada tahapan yang berbeda, sehingga VC yang berbeda dapat berkontribusi pada beberapa kesempatan seiring perkembangan startup,” kata Khailee. Menurut Khailee, VC yang tidak memiliki pengalaman mendirikan startup, bisa jadi memiliki saran penting bagi startup karena ia membawa pengalaman dari bidang tertentu [yang tidak menjadi fokus startup].
Saemin menambahkan, hal lain yang berpotensi menjadi masalah bagi Founder, adalah ketika mereka tidak diberikan ruang untuk menemukan jalan mereka sendiri, dan VC cenderung mendikte mereka.
“Masalah tersebut akan semakin buruk jika VC yang sama berinvestasi ke tahap lebih lanjut, seperti seri A dan seterusnya,” tambahnya.
Hubungan investor dan Founder startup
Perdebatan berlanjut ke pembahasan seberapa penting hubungan antara founder dan investor. Keduanya memberikan pendapat menarik tentang topik tersebut:
“VC, sama seperti manusia biasa, harus berempati. Kurangnya empati bisa menyebabkan masalah,” kata Khailee. Ia berpendapat bahwa VC tanpa pengalaman mendirikan perusahaan sendiri bisa mendapatkan keuntungan dari mencoba memahami tekanan yang dialaminya ketika menjadi investor.
“Bagi Founder, penting untuk memahami siapa LP dari VC mereka, karena ini membantu Anda memahami tekanan dan ekspektasi mereka,” tambah Saemin
Ketika ditanya kondisi seperti apa yang berpotensi bisa menimbulkan hubungan yang tidak baik antara investor dan Founder, Saemin mengatakan bahwa ketika hubungan mereka terkesan seperti antara “orang tua dan anak”. Dalam kasus seperti itu, kedua belah pihak harus mengubahnya menjadi hubungan mitra yang setara.
“Secara pribadi, saya cenderung memberikan uang dan pergi. Lebih baik tidak terlalu mencampuri urusan Founder – sayangnya, banyak VC melakukan hal ini. Banyak yang lebih memilihikut campur, bahkan dalam sisi produk. Hal itu berdampak kurang baik bagi startup,” tambahnya.
Khailee mengibaratkan hubungan antara investor dan Founder tidak ubahnya seperti karyawan dan bos. “Founder harus memperlakukan investor seperti karyawan – beri mereka PR; buat mereka sibuk.” Dengan cara itu, Khailee menjelaskan, VC akan “memberikan nilai,” yang membantu membentuk hubungan yang lebih baik.
“Mungkin VC akan terlibat lebih jauh karena berpikir ia harus menyumbangkan sesuatu,” ujar Khailee.
“Memperlakukan VC hanya sebagai mentor tidak lah baik dan menciptakan situasi yang lemah bagi Founder,” jelas Khailee. Sebuah hubungan yang lebih personal bisa muncul bila Founder sudah benar-benar siap.
Kesimpulannya…
Saemin dan Khailee juga sepakat tentang bagaimana seharusnya VC berjalan dan memberikan pengarahan. Saemin mengatakan bahwa bimbingan dan panduan adalah hal yang baik, selama itu spesifik – hal itu membuat Rakuten Ventures cenderung fokus pada ranah tertentu yang mereka kuasai. Khailee setuju dan menyatakan bahwa 500 Startups juga lebih memilih untuk berkontribusi di ranah tertentu dan memilih investasi bersama investor lain yang relevan.
Saemin Anh, Managing Partner at @Rakuten Ventures is so impressive. #tiasg2015 #startups #dreaminvestors pic.twitter.com/Cp2NH0eIzZ
— Mei Lee (@HiMeiLee) May 6, 2015
Di akhir perbincangan, kedua VC tersebut memberikan tips kepada para Founder startup:
Khailee: Kenali diri Anda dan jalin hubungan yang selaras dengan apa yang sedang Anda kerjakan. Dan jangan lupa untuk terus memberikan pekerjaan rumah kepada investor.
Saemin: [Hubungan startup dan investor] Seperti sebuah pernikahan – temukan cara untuk saling terbuka satu sama lain; katakan apa yang menjadi hambatan dan apa yang sudah berjalan mulus.
(Diterjemahkan oleh Lina Noviandari dan diedit oleh Pradipta Nugrahanto)
The post Investor tanpa pengalaman startup = suck? appeared first on Tech in Asia Indonesia.