Bagi kamu penggemar sepak bola, hidup di masa jaya PlayStation pertama, dan tinggal di Indonesia, pasti tidak akan lupa dengan sebuah game berjudul Winning Eleven (WE). Dengan segudang modifikasi yang ada (hingga kini), kamu tidak akan tertinggal update terbaru dari pasar bursa transfer setiap tahunnya. Kamu juga bisa memainkan pemain kesayanganmu dari liga-liga top Eropa ataupun Liga Indonesia.
Winning Eleven hadir mendobrak dominasi game FIFA pada akhir tahun 90-an dan awal tahun 2000-an, terutama di pasar Indonesia. Bagi saya pribadi (yang saat itu masih remaja), Winning Eleven menghadirkan permainan yang lebih realistis dibandingkan dengan FIFA. Saat itu FIFA masih terasa terlalu mudah dan simpel dari segi gameplay. Ditambah lagi dengan lebih banyak teman yang bermain Winning Eleven, saya pun dengan senang hati meninggalkan FIFA dan bergabung dengan mereka.
Untuk Nostalgia Review kali ini, saya akan membahas tentang Winning Eleven di PS1 secara keseluruhan, karena saya rasa tidak ada perbedaan yang signifikan dari setiap seri Winning Eleven yang ada di PS1. Apalagi dengan banyaknya modifikasi dari game ini, sulit untuk menentukan Winning Eleven versi mana yang secara spesifik saya review. Baiklah, mari kita kembali ke masa lalu.
Gameplay Yang Evolusioner di Zamannya
Satu hal yang membuat saya berpaling ke Winning Eleven pada saat itu adalah dari segi gameplay. Di game ini kamu dapat membuat taktik yang kompleks. Kamu bahkan bisa mengubah taktik atau formasi di sepanjang pertandingan. Masih ingat dengan simbol X, kotak, O, dan segitiga yang ada di ujung bawah layar? Kamu bisa mengubah taktik hanya dengan menekan beberapa tombol saja.
Dari permainannya sendiri saya merasa Winning Eleven lebih realistis dibandingkan dengan game sejenis di masanya. Pemain bergerak sedikit lebih lambat (setidaknya dari FIFA), sehingga saya bisa mengatur alur permainan dengan lebih taktis. Satu hal lagi yang baru saya temukan di Winning Eleven saat itu adalah adanya gauge power dari umpan jauh dan shoot yang membuat permainan lagi-lagi terasa lebih realistis.
Dari segi mode permainan, kamu akan menemukan Master League sebagai salah satu yang bisa kamu pilih. Ini adalah mode favorit saya di Winning Eleven yang bisa membuat saya betah berjam-jam memainkannya, mungkin bisa satu musim selesai dalam satu atau dua hari (satu musim bisa terdiri lebih dari 38 pertandingan). Di sini kamu akan membangun sebuah klub sepak bola dari bawah hingga menjadi juara dan berisi berbagai bintang dunia. Mungkin juga kamu ingat dengan nama-nama legendaris seperti Miranda, Castolo, Burchet, Jaric, dan lainnya, yang selalu setia menemani kamu di saat merintis awal karir di Master League.
Bahasa Komentator yang Khas
Winning Eleven adalah game yang dirilis Konami dalam bahasa Jepang. Untuk pasar Amerika, sebenarnya Konami merilis kembarannya yang berjudul sedikit berbeda, World Soccer Winning Eleven, atau yang kita kenal sekarang dengan nama Pro Evolution Soccer. Lucunya, yang populer di Indonesia adalah versi yang berbahasa Jepang, sehingga walaupun tulisannya bisa diedit menjadi bahasa Inggris, bahasa dari komentator tetap memakai bahasa Jepang.
Hal ini memberi kesan bagi saya. Beberapa komentar seperti “shuuto” (shoot), “konakikis” (corner kick), “wan cu” (one two), dan “gor gor gor gor” (goal goal goal goal) menjadi candaan tersendiri di antara teman-teman yang memainkannya dan menjadi ciri khas yang tidak terlupakan dari Winning Eleven. Apalagi dengan aksen Jepang yang sangat bersemangat membuat perayaan gol yang tercipta menjadi lebih riuh lagi.
Karangan Nama Pemain dan Mengakali Sulitnya Lisensi
Inilah yang mungkin menjadi kekurangan utama dari seri Winning Eleven hingga penerusnya Pro Evolution Soccer saat ini. Karena FIFA memiliki hak eksklusif untuk beberapa liga top Eropa seperti contohnya Liga Inggris dan Liga Jerman, maka Winning Eleven tidak bisa mencantumkan nama asli dari pemain dan klub dari liga-liga tersebut. Maka dari itu banyak pemain yang memiliki muka asli namun namanya diganti mendekati nama asli mereka.
Contohnya adalah Roberto Larcos, Van Nistelroom, dan Gregs. Apakah kamu bisa menebak nama asli mereka? Lagi-lagi ini menjadi bahasan candaan kami para pemainnya, bahkan salah seorang saudara saya memanggil pemain aslinya dengan nama yang tercantum di Winning Eleven.
Untungnya, Winning Eleven memiliki banyak modifikasi tidak resmi yang memungkinkan nama-nama sampai logo sekalipun bisa diubah, dan inilah yang sering kita temui di pasar game Indonesia. Setiap musim akan selalu ada update pemain baru. Boleh dibilang kita berhutang banyak kepada para pelaku modifikasi ini, karena tanpa mereka bisa jadi Winning Eleven tidak akan sepopuler seperti saat itu. Terima kasih Febry Game, Central Star Mannga Dua, Game Shop, dan lainnya. Yah, walaupun saya akui waktu itu kita larut dalam jurang pembajakan dan hal itu bukanlah hal yang patut dibanggakan.
Roberto Carlos Sang Striker dan Aturan Aneh Ala Gamer Indonesia
Siapa yang tidak pernah memasang Roberto Carlos sebagai penyerang tengah saat bermain menggunakan Real Madrid? Banyak teman saya yang melakukan itu karena Carlos memiliki tendangan yang luar biasa kencang. Saya pribadi tidak setuju hal tersebut dan lebih memilih Carlos beraksi di posisi aslinya sebagai bek kiri karena selalu gagal mencetak gol dengan ia sebagai penyerang.
Ada juga hal-hal tabu aneh yang menjadi aturan tak resmi di Indonesia. Contohnya adalah dilarang memakai one two dan memakai radar. Lagi-lagi saya tidak habis pikir pada waktu itu, kenapa fitur yang dibuat dengan susah payah untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya tidak boleh digunakan? One two mungkin bisa dimengerti, karena gerakan tersebut sangat susah untuk dibendung. Tapi pelarangan memakai radar adalah hal yang selalu saya protes kepada teman-teman saya, karena mengurangi fleksibilitas strategi.
Cek juga review dari FIFA 15 di sini
Winning Eleven bagi saya adalah game nomor satu di saat remaja. Hal tersebut masih mempengaruhi saya ketika memilih untuk memainkan PES atau FIFA saat ini (walaupun harus diakui PES sekarang sedikit tertinggal dibanding FIFA). Dengan gameplay yang canggih pada masanya ditambah komentator yang sangat khas, saya sama sekali tidak akan keberatan jika ada yang menantang saya kembali bermain game ini.
Sayangnya Winning Eleven sulit sekali dicari jika kamu ingin membelinya secara resmi, apalagi memang yang sering kita mainkan dulu adalah hasil modifikasi tidak resmi. Walaupun begitu, semoga review ini menjadi pembangkit kenangan bagi kita yang masa (lebih) mudanya cukup beruntung untuk bisa memainkan Winning Eleven. Entah untuk menghabiskan akhir pekan di rumah, atau sebagai kegiatan saat menginap, berkumpul, dan begadang di rumah teman.
Post Nostalgia Review Winning Eleven – Legenda Sepak Bola PlayStation muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.