Setelah lebih dari satu tahun penantian, akhirnya kita semua berkesempatan untuk menikmati akhir kisah Vella dan Shay dalam Broken Age. Bagian kedua dari Broken Age ini tersedia gratis untuk gamer yang telah membeli Broken Age baik di PC maupun mobile, setelah sebelumnya versi mobile direncanakan akan memiliki IAP. Lalu apakah penantian lama ini cukup terbalas? Cek jawabannya di bawah.
Oh iya, sebelum kamu terjun lebih jauh ke dalam review ini, sekedar pengingat saja bahwa ada kemungkinan screenshot dan beberapa kalimat yang saya tulis mengandung spoiler untuk bagian pertama Broken Age. Jika kamu termasuk orang yang sangat sensitif dengan spoiler, sebaiknya tinggalkan artikel ini sekarang juga. Kalau kamu sudah memainkan bagian pertama, jangan khawatir karena saya tidak akan memberikan spoiler untuk bagian kedua.
Misteri Yang Hilang
Broken Age bagian pertama diakhiri dengan sebuah adegan yang cukup bisa membuat banyak orang terkejut dan kagum dengan penulis naskah game ini, Tim Schafer. Akhir mengejutkan tersebut jelas menjawab misteri utama yang membuat Broken Age bagian pertama menjadi game yang begitu seru untuk dimainkan sampai selesai, dan tentunya juga mempengaruhi pengalaman yang kita rasakan selama memainkan bagian kedua.
Tanpa misteri yang membuat kita bertanya-tanya hubungan antara Shay dan Vella (dua protagonis dalam game) di sepanjang game, jujur saja nilai lebih Broken Age cukup berkurang, meskipun di bagian kedua ini banyak juga misteri yang perlu dipecahkan serta tentunya terdapat solusi dari seluruh konflik yang terjadi di dalam game. Tapi tetap saja semua elemen cerita dalam Broken Age bagian kedua tidak akan bisa mengalahkan rasa penasaran yang ditimbulkan dari misteri hubungan antara Vella dan Shay.
Saya juga sedikit dikecewakan dengan bagaimana para karakter berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Melihat bagaimana karakter yang biasa berinteraksi dengan Vella kemudian berinteraksi dengan Shay tanpa ada sifat spesial apapun rasanya betul-betul aneh. Seakan-akan mereka tidak peduli dan tidak tahu-menahu tentang kejadian di akhir bagian pertama. Hal ini jelas merupakan kekurangan yang lagi-lagi mengganggu kualitas cerita yang diusung Broken Age. Untungnya keanehan ini hanya terjadi ketika kamu memainkan Shay dan tidak terjadi di plot milik Vella.
Meskipun tidak memiliki kualitas plot yang lebih menarik daripada bagian pertama, bagian kedua tetap mempertahankan kualitas dialog super lucu dan menarik yang ada di bagian pertamanya. Perbincangan aneh dan penuh karakteristik dari masing-masing karakter yang ada di game ini membuat pengalaman bermain menjadi sangat penuh kenangan menyenangkan dan lucu.
Penguras Otak
Untuk urusan gameplay, saya cukup bingung juga bagaimana harus menilai Broken Age bagian kedua. Di bagian ini, puzzle yang ada dibuat jauh lebih sulit daripada bagian pertama. Betul-betul amat sangat jauh lebih sulit. Jika dibandingkan, bermain Broken Age pertama rasanya seperti menikmati cerita interaktif dengan sedikit momen-momen pemutaran otak perlu dilakukan, kurang lebih sama seperti game buatan Telltale. Semua ini berbeda terbalik di bagian kedua karena kamu akan sering sekali dituntut untuk berpikir keras.
Sulitnya puzzle dalam Broken Age Act 2 mengingatkan saya akan game klasik buatan Tim Schafer lainnya yaitu Grim Fandango. Beberapa puzzle bahkan menuntut kamu untuk mengeluarkan catatan (yang untungnya bisa dipermudah dengan fitur screenshot), lagi-lagi mengingatkan saya akan game klasik era tahun 90-an yang tidak jarang meminta kita mengeluarkan catatan demi memecahkan kode atau teka-teki dalam game.
Meskipun menantang, beberapa puzzle terasa terlalu sulit sampai-sampai tidak mengherankan jika kamu harus membuka panduan untuk dapat memecahkannya, atau setidaknya untuk dapat mengetahui di mana kamu harus mulai mencari jawabannya. Harus saya akui ini merupakan peningkatan sekaligus penurunan dibandingkan Broken Age bagian pertama. Di satu sisi Broken Age jelas menjadi lebih seru dan menarik dimainkan, tidak terkesan seperti sebuah cerita interaktif saja. Tapi di lain sisi, beberapa puzzle dibuat dengan sangat sulit dan membutuhkan aktivitas bolak-balik yang cukup menyusahkan.
Para penggemar game dengan tingkat kesulitan tinggi mungkin akan menyenangi perubahan ini, tapi ini jelas bukan perubahan yang cocok untuk segala jenis kalangan. Semuanya tergantung pribadi gamer masing-masing.
Kesimpulan
Tidak banyak yang bisa saya komentari mengenai bagian kedua Broken Age. Dari segi grafis sendiri game ini menyajikan visual yang sama, dengan lokasi-lokasi yang sama juga dengan bagian sebelumnya. Meskipun pengalaman bermain saya tidak semenyenangkan dan penuh misteri seperti di bagian pertama, tapi bagian dua dari Broken Age tetaplah merupakan bagian penting dan menarik untuk dimainkan, apalagi jika sebelumnya kamu sudah memainkan bagian pertama.
Lagi pula bagian kedua ini tersedia gratis bagi kamu yang sudah memiliki bagian pertamanya. Jadi jelas tidak ada alasan bagi kamu untuk melewatkan penutup kisah antara Vella dan Shay ini. Broken Age tersedia untuk PC, PS4, PS Vita, iOS, dan Android. Untuk ulasan komplet bagian pertama game ini, langsung saja kunjungi tautan di akhir artikel.
Google Play Store Link: Broken Age, Rp129.061
PlayStation Store US: Broken Age, $24,99 (sekitar Rp325.000)
Post Review Broken Age Act 2 – Usaha Melompati Standar Tinggi muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.