Quantcast
Channel: Tech in Asia
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6222

[Spesial Hari Buruh] Hargai Para Pekerja Di Industri Game, Stop Beli Bajakan!

$
0
0

Sebut saja Budi, seorang buruh pabrik yang bertugas untuk merakit peralatan elektronik dari produsen elektronik raksasa ternama. Sayangnya meskipun memiliki produk berkualitas, barang-barang yang dirakit di pabrik tempat Budi bekerja tidak laku karena adanya tiruan yang berkualitas lebih jelek, tapi berharga lebih murah. Kurangnya angka penjualan ini menjadikan Budi korban PHK ketika pabriknya mengalami perampingan untuk menghemat biaya. Barang yang Budi ciptakan tidak pernah hilang dicuri orang secara nyata, tapi barang tiruan yang tersebar dan para pembelinya secara nyata telah mencuri pekerjaan Budi.

Sebut saja Dewi, seorang desainer yang mencari sesuap nasi dengan membuat desain unik untuk kaus yang dia jual di internet. Meskipun mencintai pekerjaannya sebagai desainer, Dewi tidak bisa menggantungkan hidupnya dari membuat desain kaus saja karena desain kaus yang dia buat jauh lebih populer dijual orang lain dengan harga murah tanpa izin, daripada di tempat dia berjualan sendiri. Dewi tidak kehilangan desain buatannya, tapi desain dia telah dicuri dan hal tersebut menghambatnya untuk berkarir murni mengikuti idealisme dan kreativitasnya.

Lalu apa hubungan dua cerita di atas dengan industri video game? Secara langsung nyaris tidak ada. Tapi kurang lebih hal inilah yang terjadi sekarang di industri yang kita cintai ini. Layaknya Budi dan Dewi, banyak developer ataupun perusahaan game yang memperoleh berbagai kesulitan akibat produk tiruan yang merugikan mereka. Sesuatu yang sebenarnya bisa dibilang sebagai aktivitas mencuri, tapi dianggap tidak mencuri karena pemahaman kita tentang kata mencuri baru terbatas ke kegiatan mengambil barang berbentuk fisik milik orang lain …

… Ya, saya tengah berbicara soal pembajakan.

Buruh Kreativitas

Monument Valley Android Piracy | Featured

Tokoh Budi dan Dewi di atas sebenarnya merupakan perumpamaan yang saya gunakan untuk menggambarkan developer game. Budi menggambarkan developer yang bekerja sebagai satu dari ribuan anggota tim di proyek game berskala AAA, sedangkan Dewi menggambarkan developer indie yang bekerja dalam jumlah kecil namun memiliki kesempatan untuk menunjukkan kreativitasnya dengan lebih luas.

Sebagai mantan pengguna produk bajakan, saya mulai tergerak untuk membeli game orisinal dari kisah para developer indie. Membaca berbagai cerita di internet serta menonton beberapa film dokumenter (yang ironisnya saat itu juga saya bajak) memberikan gambaran pada saya tentang bagaimana para manusia kreatif ini mengorbankan banyak hal demi mewujudkan ide idealisme mereka.

Meskipun begitu, saya tetap aktif memainkan game bajakan untuk berbagai judul game dari developer raksasa seperti Ubisoft, Square Enix, Electronic Arts, dan lain sebagainya. Yang ada di dalam pikiran saya saat itu adalah, “ah toh mereka ini perusahaan besar yang jauh lebih kaya dari saya, untuk apa saya dukung?”. Sebuah pandangan picik yang kalau saya ingat-ingat sekarang sebenarnya sangatlah memalukan.

Indie Game The Movie | Promo

Semakin bertambah usia saya, semakin bertambah juga ilmu yang saya serap dari pengalaman dan berbagai hal yang saya baca dan lihat. Saya semakin diyakinkan bahwa pandangan picik tersebut amatlah salah. Developer game yang bekerja di perusahaan raksasa mungkin tidak akan terkena imbas finansial langsung dari pembajakan, karena pemasukan mereka sudah ditentukan oleh gaji tetap, bukan oleh pendapatan bersih dari penjualan game. Padahal secara tidak langsung pembajakan sangatlah berhubungan erat dengan nasib mereka.

Saya cukup percaya pembajakan bukanlah satu-satunya bentuk aktivitas yang tidak menguntungkan developer. Apakah jual beli game bekas juga termasuk?

Contohnya bisa dilihat dari betapa banyaknya kisah pemecatan atau penutupan studio AAA yang terjadi selama beberapa tahun terakhir. Mungkin pembajakan bukanlah alasan langsung hal-hal ini terjadi, tapi kata-kata seperti “tidak memenuhi ekspektasi” adalah apa yang sering diutarakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Saya tidak punya data pasti mengenai alasan tidak terpenuhinya ekspektasi ini bisa terjadi, tapi kalau sudah membicarakan soal penjualan, rasanya kita tidak akan bisa memisahkannya dengan pembajakan, bukan?

Memang semua argumen ini tidak didukung dengan data pasti, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa pembajakan jelas mengambil peranan penting atas meruginya berbagai developer game. Jadi, kalau kita termasuk orang yang masih bangga untuk melakukan pencurian ini, berarti kita juga turut ambil andil dalam beberapa kisah sedih seperti penutupan studio atau perampingan karyawan yang terjadi di banyak studio game.

Hargai Karya Orang Lain

Saya akui argumen saya di atas mungkin tidak bisa dibilang sangat kuat. Meskipun begitu saya tetap cukup percaya diri untuk menyampaikannya. Kenapa? Karena memang itu adalah hal yang benar untuk dilakukan. Jika kamu termasuk orang yang menyempatkan waktu dan tenagamu untuk memikirkan argumen yang membela pembajakan, saya harus mengatakan bahwa kamu memiliki standar moral yang sangat buruk.

Membuat game bukanlah pekerjaan mudah. Banyak hal dikorbankan, mulai dari harta, tenaga, waktu, dan berbagai hal lainnya. Developer game menaruh harapan yang banyak pada game yang mereka ciptakan, dan saat kamu menikmati karya mereka tanpa menguntungkannya sama sekali, itu jelas merupakan perbuatan yang salah.

Lumino City | Screenshot

Ide dan kerja keras itu mahal

Seberapa salah? Sama salahnya seperti jika kamu memakai pakaian yang merupakan hasil curian dari toko di dekat rumahmu. Nah beberapa orang mungkin berpikir bahwa membajak jelas merupakan aktivitas yang berbeda dari mencuri. Mengambil contoh dari kisah Dewi di awal artikel, desain kaus Dewi yang dibajak oleh orang lain jelas merugikan dia. Pembajakan yang dia alami bisa dikatakan sebagai pencurian kreativitas, karena meskipun desain yang dia buat masih ada dan masih dia miliki, ada beberapa hal tidak kasat mata yang jelas diambil dari dirinya.

“Jika kamu termasuk orang yang menyempatkan waktu dan tenagamu untuk memikirkan argumen yang membela pembajakan, saya harus mengatakan bahwa kamu memiliki standar moral yang sangat buruk.”

Hal ini jelas berlaku juga untuk game yang dibajak. Meskipun sang developer tidak pernah kehilangan game yang dibajak, mereka jelas telah merugi karena waktu, tenaga, dan uang yang mereka keluarkan untuk mengembangkan game yang bersangkutan secara tidak langsung diambil oleh pembajak. Para pembajak bukan sekedar tidak menghargai buah karya para developer, mereka juga telah mencuri berbagai hal tak kasat mata yang developer korbankan untuk mewujudkan game mereka.

Tidak Ada Alasan!

Saya mau main orisinal, tapi game ori kan harganya sangat mahal.

Game tersebut mahal karena memang tidak mudah membuatnya.

Harga game orisinal itu sudah lebih dari 25% gaji saya sebulan, masa iya saya tidak boleh bermain game karena penghasilan saya kecil.

Iya, kamu tidak boleh main game. Tapi bukan karena gajimu, tapi karena kamu tidak mampu menghargai karya orang lain.

Harga game itu kan mengikuti standar luar negeri yang penghasilannya tinggi, wajar dong kalau orang negara berkembang seperti kita tidak mampu membelinya!

Di luar negeri sekalipun video game tidak dianggap sebagai barang murah, jadi alasan tersebut jelas konyol.


Masih banyak alasan lain yang akan dikeluarkan orang-orang untuk membenarkan perilaku membajak mereka, dan semua itu jelas tidak valid.

Dulu mencari alasan untuk argumen ini cukup repot. Tapi sekarang untungnya ada beberapa hal yang membuat alasan game terlalu mahal menjadi tidak valid lagi, karena di zaman modern ini game adalah hiburan yang amat sangat murah untuk dinikmati.

Butuh teman bermain game ori, bergabung dengan komunitas pecinta game orisinal di Indonesia, ORIGAMI

Kamu bisa mendapatkan banyak sekali game dengan harga sangat rendah melalui diskon yang ditawarkan situs seperti Steam, GOG, dan lain sebagainya. Bundel-bundel yang biasa ditawarkan situs seperti Humble Bundle pun menyajikan hiburan berkualitas dengan harga yang amat murah sekaligus mengizinkan kamu untuk beramal. Berbagai paket langganan seperti PlayStation Plus yang menawarkan banyak game gratis tiap bulannya pun bisa membuat kamu yang tidak bermain bajakan sekalipun memiliki terlalu banyak game untuk dimainkan.

DOTA 2 | Screenshot

Iya, game super populer ini tersedia gratis!

Jika tawaran-tawaran murah di atas masih kamu anggap mahal, banyak juga game berkualitas yang bisa kamu mainkan secara cuma-cuma. Mulai dari game seperti Dota 2, Team Fortress 2, Warframe, Blacklight Retribution dan berbagai game free-to-play yang ada untuk PC dan console, banyak juga game dengan strategi penjualan seperti ini bisa kamu temukan di platform mobile.

Dengan kondisi sekarang ini, bermain bajakan dengan alasan keuangan menurut saya merupakan argumen konyol yang sebaiknya dikubur dalam-dalam. Jika kamu memang tidak punya uang cukup untuk membeli game, kamu selalu bisa memainkan game gratis, menunggu diskon dan bundel, atau menunggu harga game yang turun secara permanen.

Cek juga daftar game bertema “buruh” rekomendasi kami

Jika seluruh gamer di Indonesia mau bermain game orisinal tanpa bajakan sama sekali, saya yakin akan banyak sekali developer dan penerbit game ternama dari luar semakin memperhatikan Indonesia sebagai lahan untuk merilis game yang baik. Dan kalau hal itu sampai terjadi, tentu saja kita juga para gamer yang diuntungkan!


Artikel opini adalah artikel yang didasarkan atas pendapat pribadi sang penulis dan tidak menggambarkan pandangan Games in Asia Indonesia secara umum. Di Games in Asia Indonesia, kami menghargai pendapat semua orang baik penulis, kontributor, dan juga para pembaca.

Post [Spesial Hari Buruh] Hargai Para Pekerja Di Industri Game, Stop Beli Bajakan! muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6222

Trending Articles