Quantcast
Channel: Tech in Asia
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6222

Review Garou: Mark of The Wolves – Menikmati Seri Terakhir Fatal Fury

$
0
0

SNK Playmore adalah salah satu developer yang bisa dibilang cukup tertutup tentang game apa yang akan mereka keluarkan selanjutnya. Dan begitu sebuah game dari mereka dirilis, beritanya juga tidak terlalu menyebar luas. Salah satu alasannya adalah karena SNK Playmore suka dengan genre fighting dan ini bukanlah genre yang paling terkenal atau mungkin dijauhi di kalangan mobile gamer. Tapi tidak dengan saya. Jika kamu telah mengikut blog ini cukup lama maka kamu tahu bahwa saya tidak akan pernah melewatkan kesempatan untuk memainkan game fighting, tidak terkecuali Garou: Mark of the Wolves yang baru dirilis SNK Playmore ini.

Game yang memiliki nama lain Fatal Fury: Mark of The Wolves ini adalah hasil porting dari game berjudul sama. Pertama kali tersedia untuk arcade pada tahun 1999, kemudian Neo Geo, Dreamcast, PlayStation 2, Xbox Live Arcade, dan sekarang tersedia untuk iOS dan Android.

GAROU MARK OF THE WOLVES | Screenshot 1

Nah, sekarang saya yakin bahwa beberapa di antara kamu pasti pernah mendengar Fatal Fury dan mengenali beberapa karakter utamanya seperti Bogard bersaudara, Joe, sampai dengan Mai yang sangat seksi itu. Tapi uniknya adalah Fatal Fury: Mark of the Wolves menggunakan jajaran pemain yang baru walaupun mempunyai kaitan dengan beberapa nama-nama besar lainnya. Satu-satunya pemain lama yang masih ada di sini adalah Terry Bogard. Ini juga membuatnya menjadi karakter satu-satunya yang muncul dalam semua seri Fatal Fury.

Secara pribadi ini sebenarnya cukup menarik karena memaksa kita untuk mengenal berbagai karakter baru namun dalam sebuah lingkungan yang sudah kita kenal. Namun sayangnya Fatal Fury: Mark of the Wolves adalah seri terakhir dari Fatal Fury sehingga karakter unik yang ada juga mati bersama dengan serinya.

Layaknya Fatal Fury lainnya, Garou: Mark of the Wolves mempunyai gameplay yang cukup cepat dan responsif. Memainkan game ini selama 1 jam penuh benar-benar membuat saya heran bagaimana mereka bisa membuat game sesolid ini di tahun 1999. Selain combo dan jurus spesial yang menjadi bagian wajib setiap game fighting, Garou: Mark of the Wolves juga menawarkan dua elemen baru yaitu T.O.P dan just defense.

GAROU- MARK OF THE WOLVES | Screenshot 2

T.O.P adalah sebuah sistem yang akan memberikan regenerasi nyawa, serangan khusus, serta peningkatan besar serangan. Mode ini akan otomatis terpicu ketika nyawa karakter mencapai titik tertentu. Ketika T.O.P aktif, kita akan dituntut untuk menjadi lebih agresif karena jika digunakan dengan benar, terkadang ini dapat membalikkan keadaan. Yang lebih menarik lagi adalah mode just defense, yang jika dilakukan pada saat yang benar (melakukan blok di saat-saat terakhir) akan menambah nyawa dan memberikan kesempatan untuk menyerang balik. Jadi ketika T.O.P menyala, maka satu pihak akan mulai lebih beringas, namun pihak lawan akan mulai berhati-hati dan mencoba melakukan just defense. Ini memberikan sebuah tempo serta elemen baru kepada game ini dan terbukti cukup menyenangkan.

Walaupun gameplay yang ditawarkan sangat solid, namun saya mempunyai beberapa komplain terhadap Garou: Mark of the Wolves. Yang pertama adalah kualitas porting yang biasa dan bahkan sedikit malas. Sebagai contoh kontrol virtual yang ada di layar akan terus menerus ada pada saat cutscene. Ini membuat kita tidak dapat menikmati cutscene secara maksimal. Ini ditambah dengan tidak adanya optimisasi gambar membuat game ini terlihat sangat buruk di layar smartphone dengan resolusi tinggiDan saya bahkan belum membicarakan fitur stretch to screen (game ini mempunyai ratio 4:3) yang akan membuat semuanya dua kali lebih jelek.

GAROU- MARK OF THE WOLVES | Screenshot 3

2 gambar di atas diambil langsung dari Google Play. Sedangkan ini diambil dari smartphone langsung.

Namun mungkin yang paling mengecewakan adalah minimnya mode yang ditawarkan. Single player hanya memiliki dua mode, story dan survival. Selain itu kamu akan ditawarkan mode multiplayer yang harus menggunakan Bluetooth (pada dasarnya tidak berguna jika kamu tidak mempunyai teman dengan game yang sama). Jumlah pemain yang juga tidak terlalu banyak membuat Garou: Mark of the Wolves terasa kecil dan tidak sepadan dengan harganya.

Saya katakan begitu karena The King of Fighters-A-2012 mempunyai harga yang lebih murah (Rp. 35.000) dan mempunyai begitu banyak mode serta fitur yang akan membuat Garou: Mark of the Wolves terlihat seperti sebuah game demo. Jika kamu ingin mencoba sebuah game fighting di smartphone kamu untuk pertama kalinya, maka Garou: Mark of the Wolves adalah pilihan ketiga yang harus kamu ambil. Saya sangat menyarankan kamu untuk memainkan The King of Fighters-A-2012 atau The King of Fighters ’98 (review). Memang yang saya usulkan adalah game yang berbeda, namun mereka datang dari developer yang sama, menggunakan karakter Fatal Fury, dan mempunyai citarasa fighting yang sangat mirip.

Baca mengapa saya sangat merekomendasikan The King of fighter A 2012

Sedangkan kamu pecinta game fighting mobile yang sudah mempunyai pengalaman bermain game fighting di mobile, saya akan bilang bahwa Garou: Mark of the Wolves adalah game yang solid, dengan kekurangan minor di sana-sini. Kamu mendapat lampu hijau untuk membelinya namun kamu juga tidak akan merugi apa-apa jika tidak membelinya.

Apple App Store Link: GAROU: MARK OF THE WOLVES, Rp. 45000

Google Play Store Link: Garou: Mark of the Wolves, Rp. 45.000

Post Review Garou: Mark of The Wolves – Menikmati Seri Terakhir Fatal Fury muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6222

Trending Articles