Seri Ace Attorney dan seri Professor Layton bisa dibilang merupakan dua dari sedikit seri yang sangat populer di handheld Nintendo tapi tidak dikembangkan oleh Nintendo langsung. Kepopuleran dua seri ini memang masih kalah jika dibandingkan dengan seri Mario, Pokemon, atau judul populer Nintendo lainnya. Tapi, baik si professor penggila puzzle yang cool maupun pengacara jabrik yang eksentrik ini tetap bisa menarik perhatian para pemilik handheld NDS dan 3DS. Bayangkan saja jika kedua tokoh utama dari seri ini bergabung dalam sebuah cerita fantasi yang epik, tentunya kombinasi ini akan menjadi sesuatu yang sangat menjanjikan dan pantas dinanti.
Ternyata kombinasi ini tidak perlu menjadi bayangan para fan saja, karena beberapa bulan sebelum 3DS dirilis yaitu pada akhir 2010, Level-5 sebagai pemilik IP Professor Layton dan Capcom sebagai pemilik IP Ace Attorney mengkonfirmasi tentang keberadaan kolaborasi epik ini. Baru pada akhir 2012 game ini dirilis di Jepang, dan baru pada tahun 2014 gamer di luar Jepang dapat menikmatinya. Lalu apakah kolaborasi ini bisa menjadi sebuah kolaborasi yang sukses dan baik, cek detailnya di bawah ini.
Tertutup Bayang-Bayang Sesama
Sedikit cerita saja sebelum kita membahas mengenai gameplay dari Professor Layton vs. Phoenix Wright, saya merupakan penggemar berat dari kedua seri ini. Saya sudah memainkan seluruh seri Ace Attorney yang dirilis dalam bahasa Inggris, dan hampir seluruh Layton yang dirilis untuk NDS (baca: saya baru memainkan tiga game Layton, tapi saya sangat menyukainya). Sebelum ini jika ditanya mana yang lebih saya suka, tentunya saya akan sangat kebingungan menjawab. Namun setelah merasakan kedua seri ini diadu secara langsung, saya bisa dengan mudahnya menentukan pilihan saya.
Kembali ke pembahasan gameplay, saat baru memulai permainan kamu akan disajikan dengan beberapa cutscene bergaya anime yang mengenalkan karakter-karakter dengan peranan penting dalam cerita. Permainan pun dimulai dengan karakter dan gameplay ala game Professor Layton. Aktivitas-aktivitas yang biasa kamu lakukan di seri ini seperti tap pada objek tertentu untuk membuka percakapan, tap pada objek lain untuk mendapatkan hint coin, atau juga tap pada objek lainnya untuk memulai puzzle.
Pengalaman yang akan kamu rasakan dalam segmen gameplay Professor Layton bisa dibilang sama persis seperti game Professor Layton biasa. Jujur saja saya sering kali merasa bosan dengan bagian ini dan ingin segera cepat-cepat sampai ke bagian gameplay Phoenix Wright. Hal ini bukan berarti bagian gameplay Layton itu jelek dan membosankan ya, toh cara bermain yang ada tetap sama dengan seri Layton lain yang populer di pasaran. Namun saat dibandingkan langsung dengan gameplay Phoenix Wright yang lebih simpel, saya merasa bahwa bagian Layton terasa begitu bertele-tele. Di sinilah saya menyadari bahwa saya sebenarnya lebih suka memainkan Phoenix Wright daripada Layton.
Jika elemen gameplay Layton di game ini sama persis dengan seri aslinya, maka porsi gameplay Phoenix Wright bisa dibilang memiliki banyak peningkatan yang menarik. Karena bagian adventure telah diambil alih oleh segmennya Layton, maka pada segmen Phoenix Wright kamu hanya perlu menghadapi sesi persidangan saja. Peraturan dasar yang ada di arena persidangan kurang lebih sama. Kamu akan berhadapan dengan saksi yang biasanya menyudutkan terdakwa yang harus kamu bela, menemukan kontradiksi dalam kalimat yang mereka ucapkan, dan menyajikan bukti untuk memperkuat argumen kamu.
Namun ada beberapa perbedaan yang bisa kamu temukan dalam aksi persidangan di game ini. Yang pertama paling terlihat adalah sistem hukuman bagi pemain yang ditentukan dari jumlah kesalahan yang bisa dilakukan. Sistem ini sama seperti yang digunakan dalam game Phoenix Wright pertama di mana kamu diberikan kesempatan untuk melakukan lima kali kesalahan yang dilambangkan dengan gambar tanda seru, tidak seperti game Phoenix Wright modern yang kesalahan digambarkan dalam bentuk bar layaknya HP karakter.
Hal menarik lainnya adalah sistem “keroyokan saksi” yang hanya bisa kamu temukan di game ini saja. Melalui sistem ini, terkadang kamu akan berhadapan sekaligus dengan banyak saksi yang memberikan kesaksian secara bersamaan. Saat hal ini terjadi, bisa jadi seorang saksi mengingat sesuatu saat saksi lainnya tengah berbicara, dan saat itu terjadi kamu bisa berhenti sejenak untuk menanyakan saksi lain tersebut. Mudahnya, saat kamu menginterogasi saksi ada kemungkinan kamu meneriakkan “Hold It!” ke saksi yang tengah berbicara atau saksi lain yang berada di sebelah dia.
Selain perubahan di atas, di sini tidak hanya barang bukti saja yang bisa kamu gunakan untuk memperkuat argumen kamu. Ada juga sebuah buku sihir bernama Grand Grimoire yang berisi daftar sihir yang ada dalam game. Penjelasan tentang sihir yang ada di Grand Grimoire bisa kamu gunakan juga untuk membela klien kamu. Walaupun sebenarnya cara kerja Grand Grimoire ini kurang lebih sama dengan cara kerja barang bukti yang ada di Court Record.
Perubahan terakhir yang sangat saya sukai di segmen Phoenix Wright adalah fitur yang mengizinkan kamu untuk menggunakan hint coin yang didapatkan dari segmen Layton untuk membantumu di ruangan sidang. Tambahan ini mungkin membuat segmen gameplay sidang di game jadi jauh lebih mudah, tapi harus saya akui ini adalah fitur yang sangat diperlukan dalam seri Phoenix Wright.
Secara keseluruhan, jika kamu menggemari seri Layton atau Phoenix Wright, maka game ini dijamin akan sangat cocok untuk kamu mainkan. Tapi jika kamu sudah mencicipi kedua game tersebut namun kurang menyukainya, maka saya ragu kolaborasi dua karakter ini akan bisa menarik perhatian kamu. Yang ada kamu malah akan semakin dibuat tidak senang oleh gabungan keduanya.
Dua Raja Naratif Bersatu
Para gamer yang pernah memainkan game dari seri Layton ataupun Ace Attorney tentunya tahu bahwa naratif merupakan salah satu nilai jual utama yang dimiliki kedua seri ini. Meskipun keduanya sama-sama memiliki unsur fantasi yang lumayan absurd, tapi cerita yang dimiliki kedua seri ini selalu “masuk akal” untuk standar dunianya masing-masing.
Konsep yang sama juga diusung oleh Professor Layton vs. Phoenix Wright. Game ini akan memberikan batas yang cukup kabur antara fantasi atau sci-fi. Di kolaborasi ini, diceritakan bahwa Layton dan Luke bertemu dengan Phoenix Wright (selanjutnya saya singkat menjadi Nick saja) dan Maya di sebuah kota misterius bernama Labyrinthia. Labyrinthia nampak seperti kota besar dari abad pertengahan Eropa. Di kota ini fungsi utama dari pengadilan adalah untuk mengadili orang-orang yang diduga sebagai penyihir.
Dari awal permainan, para jagoan ini akan bertemu dengan seorang wanita misterius dari Labyrinthia yang muncul di London saat sedang dikejar-kejar oleh penyihir. Meskipun wanita bernama Espella ini dikejar-kejar oleh penyihir, saat dia dan para jagoan sampai ke Labyrinthia dari London, dia malah dituduh sebagai seorang penyihir dan jelas tugas Nick sebagai pengacara untuk melindungi Espella dari berbagai gugatan penyihir yang diterimanya.
Layaknya seri Ace Attorney, tidak hanya cerita yang menarik, game ini juga memiliki kualitas writing yang amat sangat bagus. Dialog-dialog yang akan kamu temukan di game ini dijamin akan membuat kamu semakin penasaran dengan lanjutan cerita, sekaligus membuat kamu tertawa di sela-sela petualanganmu. Hal ini tidak mengherankan karena penulis dan sutradara dari game ini adalah Shu Takumi yang merupakan kreator dari seri Ace Attorney.
Satu lagi yang menarik, game ini mengusung cara penyampaian naratif yang cukup familier bagi penggemar seri Layton. Sepanjang perjalanan cerita, akan ada banyak misteri mengenai tempat, kejadian, atau orang-orang tertentu. Misteri-misteri ini akan didaftarkan dalam menu tersendiri. Menu ini akan merangkum sepuluh misteri utama dalam game dengan memberikan deskripsi singkat tentang misteri yang bersangkutan, dan setiap kali kamu melanjutkan cerita dan mendapatkan fakta baru tentang misteri tersebut, maka deskripsi yang ada langsung ikut mendapatkan update juga.
Intinya, jika kamu menyukai game dengan cerita yang bagus, Professor Layton vs. Phoenix Wright jelas merupakan game yang wajib kamu jajal. Mulai dari cerita dasar sampai kualitas writing yang dimiliki dijamin akan memanjakan otak kamu.
Tabrakan Dua Dunia
Lalu bagaimana dengan urusan audio dan visual. Sebagai permulaan saya akan mebahas masalah audio yang tidak perlu panjang-panjang diceritakan. Baik seri Ace Attorney maupun seri Layton sama-sama memiliki kualitas musik yang amat sangat luar biasa. Kedua game memiliki ciri khas masing-masing yang sangat kuat, dan kedua ciri khas ini dibawa juga oleh masing-masing game ke kolaborasi ini. Jadi untuk urusan musik kamu tidak perlu khawatir lagi tentang kualitasnya.
Sedangkan untuk urusan visual, di sini baru keanehan akan kamu temukan. Secara grafis, Professor Layton vs. Phoenix Wright memiliki kualitas model 3D yang sama dengan versi 3DS masing-masing seri. Dengan gaya grafis seperti ini, penyampaian ekspresi para karakter terlihat lebih bagus dan ekspresif. Membuat pengalaman bermain game ini menjadi semakin menyenangkan.
Nah bagaimana dengan urusan art direction. Dari screenshot yang ada kamu sudah bisa melihat bahwa kedua game memiliki art direction yang jauh berbeda. Art direction yang dimiliki seri Layton terkesan sangat kartun dengan proporsi tubuh karakter yang bisa dikategorikan sedikit chibi. Sedangkan Phoenix Wright memiliki art direction yang cukup realistis walaupun beberapa karakter memiliki desain yang agak lebay.
Sebelum memulai permainan saya sempat khawatir perbedaan ini akan mengganggu kenyamanan bermain saya, tapi ternyata saya salah. Entah kenapa, meskipun memiliki desain yang berbeda saya tidak merasa terlalu aneh melihat karakter-karakter dari dua dunia ini bertemu. Bahkan saat Layton dan Nick berdiri bersebelahan sambil menunjukkan jari mereka, saya tidak merasa ada hal yang janggal di antara mereka. Saya tidak tahu kenapa perbedaan art direction ini tidak terlalu mengganggu saya, mungkin saja hal ini terbantu oleh tema fantasi yang diusung kolaborasi ini, atau mungkin juga saya terlalu menikmati game ini sehingga perbedaan besar yang dimiliki art direction kedua game saja tidak mengganggu saya.
Verdict: Tidak Ada Objection Untuk Para Gentlemen
Secara keseluruhan Professor Layton vs. Phoenix Wright merupakan kisah yang sangat menarik untuk diikuti. Dari segi gameplay mungkin kamu akan merasa beberapa bagian terasa seperti terlalu dipanjang-panjangkan, dan saat kamu merasakan hal itu kamu bisa dibuat bosan dengan mudah. Namun momen-momen membosankan ini biasanya terselamatkan oleh cerita dalam game yang sangat membuat pemainnya penasaran.
Kalau kamu merupakan fan dari seri Layton dan Ace Attorney, kolaborasi yang satu ini jelas bukanlah hal yang boleh dilewatkan begitu saja. Tapi saya yakin kalau kamu adalah fan kedua seri tersebut, hal ini tidak perlu dijelaskan lagi. Namun kalau kamu belum pernah terjun ke kedua seri ini, saya kurang yakin untuk merekomendasikan kamu memainkannya. Karena pengalaman maksimal memainkan game ini hanya bisa dinikmati oleh orang-orang yang pernah memainkan seri Layton dan Ace Attorney saja. Tapi kalau kamu penasaran, tidak ada salahnya juga mencoba.
Nintendo Store Link: Professor Layton vs. Phoenix Wright: Ace Attorney, US$ 29,99 (sekitar Rp 360.000)
Post Review Professor Layton vs. Phoenix Wright: Ace Attorney – Gerhana Video Game muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.