Minggu lalu saya tidak sempat menuliskan segmen review nostalgia karena kesibukan selama berada di Tokyo Game Show 2014. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini saya hendak membayar keabsenan saya dengan membahas salah satu game favorit saya sepanjang masa, Suikoden II.
Suikoden II (atau dikenal juga dengan nama Gensou Suikoden II) adalah JRPG buatan Konami dan merupakan sekuel langsung dari Suikoden yang dirilis di console yang sama, PlayStation, pada tahun 1999. Sewaktu baru dirilis, Suikoden II bisa dibilang tertutupi oleh bayang-bayang Final Fantasy VIII yang tengah populer saat itu, meskipun begitu game ini tetap bisa menarik perhatian banyak gamer, terutama penggemar RPG.
Bahkan secara pribadi, Suikoden II merupakan RPG pertama yang pernah saya mainkan, dan juga merupakan satu dari tiga game terbaik sepanjang masa untuk saya. Mau tahu apa saja yang membuat game ini begitu spesial, cek langsung pembahasannya di bawah ini.
Lihat Juga: Nostalgia Review Suikoden – Sebuah Game Yang Mendobrak Berbagai Norma Genre Pada Masanya
Oh iya, sebelum membahas game ini lebih lanjut, saya sangat menyarankan kamu untuk membaca ulasan saya tentang Suikoden yang pertama terlebih dahulu. Dengan begitu kamu bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang pembahasan saya yang ini.
Sebuah Sekuel Yang Sempurna
Jujur saja, saya lebih dulu memainkan Suikoden II dibandingkan dengan Suikoden pertama saat masih sekolah dulu. Hal ini menyebabkan saya kurang bisa memahami apa yang membuat Suikoden II betul-betul spesial dibandingkan dengan pendahulunya. Oleh karena itu, belum lama ini saya mencoba memainkan seri ini kembali namun dengan urutan yang tepat. Dimulai dari Suikoden, baru berlanjut ke Suikoden II. Ternyata bermain dengan urutan ini membuat saya menyadari betapa spesialnya Suikoden II.
Seperti yang telah saya bahas dalam ulasan Suikoden, saya menyebutkan bahwa Suikoden mendobrak berbagai norma genre melalui mekanisme dan konten yang dimilikinya. Sayangnya banyak dari hal ini masih kurang terpoles dan terasa kurang nyaman untuk digunakan. Di sinilah Suikoden II betul-betul bersinar. Sekuel ini menyajikan segala kelebihan yang dimiliki pendahulunya, namun mengemasnya dengan lebih baik, jauh lebih baik. Membuat Suikoden II pantas disebut sebagai salah satu sekuel terbaik sepanjang masa.
Lihat Juga: 3 Game Dengan Kisah Politik Paling Menarik
Sama seperti Suikoden, Suikoden II juga memiliki tiga jenis battle yaitu battle biasa, duel battle, serta war battle. Tidak banyak perubahan yang berarti dari duel battle dan battle biasa selain sedikit polesan di sana-sini. Tapi hal yang berbeda terjadi dengan war battle, betul-betul sebuah perubahan besar. Jika dalam Suikoden pertama war battle hanyalah sebuah permainan suwit ala gunting, batu, kertas namun dengan visual di medan perang, maka war battle di Suikoden II akan membawa kamu ke sebuah medan perang layaknya game strategi. Kamu masih bisa memilih tiga jenis pasukan yaitu infanteri, kavaleri, ataupun pasukan pemanah. Masing-masing pasukan juga memiliki kelemahan satu sama lain layaknya gunting, batu, dan kertas. Bedanya kamu harus menggerakkan pasukan ini ke lawan jika ingin menyerangnya.
Untuk lebih menyesuaikan dengan cerita, syarat untuk memenangkan war battle tidak terbatas hanya menghancurkan pasukan lawan saja. Terkadang kamu hanya ditugaskan untuk membawa masuk pasukan ke dalam sebuah kota atau melewati perbatasan agar bisa memenangkan peperangan. Meskipun tentu saja untuk melakukan tugas itu pertarungan jelas tidak terhindarkan.
Perubahan yang baik lainnya bisa kamu temukan dari sistem item yang kini tidak dipegang oleh masing-masing karakter. Sebelum ini jika kamu menaruh sebuah item pada seorang karakter yang harus meninggalkan party, kamu jelas akan kebingungan karena tidak akan bisa menggunakan item tersebut (biasanya di Suikoden ini terjadi dengan Blinking Mirror yang dibawa oleh Viktor). Untungnya metode penyimpanan yang aneh itu telah ditinggalkan dan diganti dengan sistem inventori yang universal.
Selain itu, dalam Suikoden II satu karakter bisa menggunakan tiga rune sekaligus. Hal ini memberikan keleluasaan bagi para pemain dalam memodifikasi karakter mereka.
Lalu tidak lupa paling penting adalah fitur yang mengizinkan karakter kamu untuk berlari. Di game sebelumnya kamu harus menggunakan rune khusus (atau karakter khusus, Stallion) agar bisa berlari. Di game kedua ini, kamu sudah bisa berlari dari awal, namun jika kamu menggunakan Holy Rune atau membawa Stallion dalam party kamu, maka lari karakter kamu akan jadi jauh lebih cepat.
Satu hal lagi yang membuat Suikoden II menjadi sebuah evolusi luar biasa dari Suikoden adalah adanya sidequest serta mini game menarik yang bisa dilakukan. Mulai dari lomba memanjat tebing, sidequest membantu Clive menangkap Elza, sampai yang paling populer jelas sidequest lomba memasak. Saking bagusnya, bahkan beberapa sidequest tersebut memiliki jalan cerita sendiri yang jauh lebih menarik daripada jalan cerita banyak game modern.
Secara garis besar, Suikoden II benar-benar merupakan sekuel dari Suikoden. Tidak hanya ceritanya yang berhubungan, mekanisme dari game ini juga sangat mirip dengan pendahulunya, namun dengan penyempurnaan di hampir seluruh aspek yang ada.
Epik Yang Masih Berlanjut
Suikoden II masih mempertahankan tema politik yang kental seperti yang terdapat di Suikoden pertama. Bedanya game ini tidak hanya merupakan adaptasi fantasi dari novel Water Margin, tapi sudah terlihat seperti sebuah cerita yang berdiri sendiri meskipun memiliki tema yang mirip.
Dalam Suikoden II kamu akan berperan sebagai seorang jagoan (di versi novel dia memiliki nama Riou, jadi mari kita gunakan nama itu) yang bersama dengan sahabatnya, Jowy, dikhianati oleh negara mereka sendiri. Satu malam sebelum mereka pulang ke kampung halaman sehabis perjanjian damai perang, kapten dan pangeran mereka, Captain Rowd dan Prince Luca Blight, mengkhianati pasukan sendiri sekaligus melanggar perjanjian damai yang baru ditanda tangani. Pengkhianatan ini membuat perang mulai berlanjut kembali, ditambah lagi Riou dan Jowy difitnah oleh sang kapten dan pangeran sehingga mereka terasingkan dari negara sendiri.
Kejadian ini membuat Riou dan Jowy terlibat dalam intrik politik yang sangat kompleks hingga menyebabkan kedua sahabat ini harus berperang di pihak yang berbeda, meskipun memiliki tujuan yang sama, perdamaian.
Lihat Juga: Hubungan Karakter Terbaik Yang Ada Di Video Game
Tidak hanya cerita yang sangat menarik, Suikoden II juga memiliki banyak sekali karakter luar biasa yang sangat memorable. Sebut saja Leon Silverberg yang sangat pandai dan menghalalkan segala cara agar perang cepat usai, Jowy yang rela melakukan banyak pengorbanan demi negara dan kawannya, Shu yang sangat dingin dan jenius, dan tentu saja Luca Blight yang sering kali dianggap sebagai salah satu karakter antagonis terbaik dalam video game, bersaing ketat dengan Kefka Palazzo dari Final Fantasy VI.
Jika game pertama mengambil lokasi di daerah Republik Toran, maka Suikoden II mengambil lokasi di Jowston City-State yang terletak di sebelah Toran. Setelah mencapai satu poin dalam cerita, kamu juga bisa mengunjungi Gregminster, salah satu kota terbesar yang ada di Suikoden pertama. Selain itu ada puluhan karakter dari Suikoden yang dapat kamu temui di sini. Baik sebagai karakter yang dapat direkrut, maupun karakter sampingan penting dalam cerita.
Tidak sampai di situ saja, jika kamu memiliki save Suikoden di memory card kamu, kamu juga bisa mendapatkan berbagai bonus menarik. Bonus yang ada antara lain seperti senjata dari karakter Suikoden yang bisa dimainkan di Suikoden II akan sedikit lebih tinggi levelnya dari seharusnya, beberapa nama yang menyesuaikan dengan nama pilihan kamu di game sebelumnya, dan yang paling penting adalah quest tambahan yang mengizinkan kamu untuk memainkan hero dari Suikoden, McDohl.
Memorable
Salah satu hal yang betul-betul saya sukai dari Suikoden II adalah grafis yang dimiliki game ini. Sama seperti pendahulunya, meskipun industri game tengah dipenuhi oleh game bergrafis 3D, Suikoden II tetap mempertahankan grafis 2D yang nampak lucu dan enak dilihat. Kualitas sprite 2D yang dimiliki Suikoden II tidak terlalu jauh berbeda dengan Suikoden sebelumnya, namun entah kenapa saya merasa jauh lebih nyaman dengan apa yang saya lihat di Suikoden II daripada Suikoden.
Dengan batasan grafis yang dimiliki, Suikoden II juga memiliki sesuatu yang sangat saya sukai dari Suikoden. Hal yang saya maksud adalah bagaimana mudahnya kamu membedakan karakter penting dengan penduduk kota atau desa biasa melalui sprite yang dibuat lebih kontras dari lingkungan sekitar karakter. Mungkin hal ini terdengar sangat simpel dan konyol, tapi saya yakin kebanyakan fan seri Suikoden mengerti perasaan ini.
Sedangkan untuk urusan musik, tanpa panjang lebar, Suikoden II memiliki salah satu koleksi musik terbaik yang saya pernah dengar dari video game. Berbagai kejadian lucu, epik, dan sedih berhasil digambarkan dengan begitu sempurnanya oleh sang komposer, Miki Higashino. Kesempurnaan ini membuat soundtrack dari Suikoden II menjadi media yang sangat cocok untuk didengarkan setiap kali saya merindukan seri Suikoden.
Verdict: Masih Ada 108 Karakter Lain Yang Perlu Dikumpulkan
Rasanya tidak perlu banyak basa-basi, Suikoden II jelas merupakan salah satu game yang wajib dimainkan semua orang, baik penggemar RPG atau bukan. Game ini merupakan sebuah kesempurnaan. Yang saya maksud dengan sempurna di sini tentunya bukan berarti Suikoden II tidak memiliki kekurangan sama sekali. Game ini merupakan pengembangan sempurna dari Suikoden pertama sehingga membuatnya menjadi sebuah sekuel yang luar biasa baik dan tanpa cacat. Tapi kalau dilihat dari kacamata umum, tentu saja ada beberapa kekurangan juga yang dimiliki oleh game ini.
Sayangnya, sampai sekarang tidak ada cara legal untuk kamu memainkan Suikoden II selain dengan membeli CD bekasnya yang sangat mahal. Walaupun menurut saya memainkan CD bekas tidak ada bedanya dengan bermain bajakan ya. Berdoa saja semoga Konami segera disadarkan dan langsung menyediakan game ini agar bisa dibeli melalui jajaran game klasik di PlayStation Store … amin.
Post Nostalgia Review Suikoden II – Sekuel Yang Sempurna muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.