Sudah lebih dari sebulan semenjak terakhir kali saya menyajikan seri artikel Artistalk kepada pembaca Games in Asia sekalian. Setelah melewati libur Ramadhan dan Idul Fitri, saya berniat untuk menyajikan kembali wawancara dan kumpulan ilustrasi-ilustrasi berkualitas dari anak-anak bangsa yang terlibat dalam industri video game di tanah air.
Kali ini, saya mendapatkan kesempatan untuk mengobrol singkat dengan Nilwafa Praduta, art director dari Touchten Games yang populer melalui game seperti Infinite Sky, Ramen Chain, Cute Kill, dan lain-lain. Untuk mencapai posisinya saat ini, Nilwafa harus melalui berbagai fase dan posisi yang berbeda di industri game, sampai akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menjadi artist dan kemudian diangkat menjadi art director di Touchten Games.
Mau tahu lebih lanjut tentang pengalaman Nilwafa? Cek langsung percakapan dengan dia di bawah ini.
Halo Nilwafa, bisa cerita sedikit tentang diri kamu ke para pembaca?
Salam kenal pembaca Games in Asia Indonesia, nama saya Nilwafa Praduta atau biasa akrab dipanggil Wafa, game designer sekaligus art director dari Touchten Games.
Saya adalah seorang anak biasa-biasa saja yang tidak terlalu eksis selama sekolah dan biasanya selalu duduk di meja belakang kelas dan bergaul dengan anak-anak yang bisa dibilang “bandel”. Saya bisa bilang bandel karena saya biasanya selalu berkhayal dan ngobrol dengan teman sebangku, tidak ada satupun buku tulis yang tidak ada gambar ataupun komik buatan saya, hampir semua buku tulis habis saya jadikan komik atau sekedar corat-coret untuk membuat animasi flip book. Tapi walaupun tidak eksis, tetap banyak teman SD yang datang ke rumah saya untuk bermain game (Nintendo) bahkan sampai menginap.
Cita-cita saya dari kecil adalah menjadi seorang sutradara film Hollywood dan menjadi seterkenal George Lucas atau Steven Spielberg, tapi sampai sekarang belum kesampaian, doakan saja ya … Hahaha.
Bisa cerita gimana ceritanya kamu bisa jadi seorang ilustrator profesional? Apakah memang sudah hobi dari kecil?
Sebenarnya saya tidak menganggap diri saya sebagai illustrator professional. Background pendidikan saya adalah Desain Komunikasi Visual (DKV) yang saya tekuni di Institut Kesenian Jakarta. Saya sendiri lebih menganggap profesi saya sebagai seniman secara umum, karena seniman tidak terpaku oleh hanya satu bidang saja seperti fotografi, ilustrasi, film, musik, game, dan lain-lain.
Memang semenjak kecil saya jatuh cinta pada dunia visual entertainment, kecintaan saya muncul saat masih kecil saya diajak menonton Jurassic Park di bioskop, dan semenjak saat itu bisa dibilang hidup saya berubah. Untuk kebanyakan orang, hal ini mungkin terdengar berlebihan, tapi saya memang betul-betul takjub dengan kekuatan teknologi dan storytelling film itu dan sampai saat ini saya mempunyai semacam fetish tersendiri terhadap monster raksasa, baik itu yang ada di dalam game maupun film. Kecintaan saya terhadap monster raksasa membuat saya sangat menyukai game seperti Shadow of the Colossus dan film Godzilla.
Anyway, ilustrasi sudah menjadi hobi saya sejak kecil, dimulai dari membuat fan fiction komik seperti Dragon Ball dan X-Men, sampai membuat mix-up komik-komik tersebut dengan karakter buatan saya sendiri.
Berlanjut ke sekolah saya terus menggambar apa saja, saat SMA saya senang menggambar potret dan saat kuliah saya banyak memasukkan elemen ilustrasi pada desain yang saya buat, jadi memang ilustrasi adalah hobi saya.
Bagaimana kamu bisa terjun ke industri game?
Walaupun saya sangat mencintai dunia game, saya tidak pernah menyangka bisa masuk ke industri game karena dulu saya tidak pernah mendengar bahwa ada developer game di Indonesia, berbeda dengan sekarang di mana nama developer sudah jauh lebih diperhatikan media dan masyarakat sehingga lebih dikenal.
Perjalanan saya mulai dari freelance mendesain majalah, kemudian mencoba bekerja di salah satu publisher game online terbesar di Indonesia. Setelah itu saya sempat bekerja sebagai game designer di studio game asing yang membuka cabang di Indonesia. Tetapi sesuai dengan natur yang biasa dimiliki sebuah perusahaan besar, walau bekerja sebagai game designer saya kurang mempunyai creative decision di sana.
Barulah setelah meniti karir dan belajar banyak dari studio asing tersebut, saya akhirnya bertemu dengan Touchten yang baru saja memulai perjalanan mereka untuk menjadi sebuah studio game. Sudah lebih dari dua tahun saya bekerja di tempat yang sekarang bisa dibilang merupakan salah satu studio game terbesar di Indonesia (bersama dengan kawan-kawan developer lain tentunya). Touchten memberi saya kepercayaan penuh untuk mendesain game sendiri, mulai desain karakter, cerita, gameplay, dan sebagainya.
Boleh tahu game apa saja yang pernah kamu kerjakan, dan apa yang paling berkesan sejauh ini?
Beberapa game yang pernah saya kerjakan antara lain adalah Infinite Sky sebagai artist, Sky Beauty sebagai artist, Cute Kill juga sebagai artist, Ramen Chain sebagai game designer, Teka Teki Saku sebagai game designer, serta Brilliant Girl yang saat ini masih dalam proses pengembangan dan saya bertanggung jawab sebagai game designer.
Semuanya punya kesan tersendiri, tapi Infinite Sky merupakan yang paling berkesan karena itu adalah proyek pertama saya di Touchten dan sempat memenangkan Game Developer Award 2012 serta masuk top 10 di 40 negara. Game ini juga bisa dibilang adalah awal mula Touchten mulai dikenal oleh gamer, dan walau saat itu banyak yang tidak percaya bahwa kami bisa sesukses itu (termasuk saya sendiri), namun Infinite Sky membuat kami di Touchten percaya bahwa kami bisa membuat game yang dapat dinikmati oleh semua orang di dunia.
Selain video game, biasanya kamu mengerjakan ilustrasi untuk media apa lagi? Apakah komik atau film mungkin?
Saya senang membuat gambar karikatur atau potret dan storyboard untuk iklan maupun film pendek, tetapi sekarang saya fokus kepada pembuatan game. Mulai dari desain karakter, concept art, sampai ke environment.
Dulu saya juga sempat ingin menjadi komikus, dan karena memang dari kecil sering ngomik secara tidak serius, maka saya mencoba peruntungan saya saat mengerjakan tugas akhir kuliah dengan membuat komik adaptasi dongeng tradisional menjadi lebih modern dan dari sudut pandang yang berbeda. Komik yang saya buat adalah adaptasi cerita Timun Mas dengan twist cerita romance seperti Beauty and the Beast dan yang menjadi penjahatnya adalah Ibu tirinya Timun Mas.
Namun saya menyadari bahwa susah untuk membuat komik sendirian, memakan banyak waktu dan tenaga. Sedangkan apresiasi masyarakat terhadap komik buatan anak bangsa masih sangat rendah. Oleh karena itu saya pindah haluan menjadi ilustrator game. Di dalam proses pembuatan game, saya bisa bekerja sama dengan orang yang mempunyai skill set yang berbeda namun mempunyai passion yang sama di bidang video game.
Biasanya apa yang menjadi inspirasi kamu dalam mengerjakan karya-karyamu? Apakah dari lingkungan atau murni berkhayal?
Inspirasi bisa muncul dari mana saja, bahkan dari mimpi. Seringkali saya memimpikan sebuah adegan dalam film atau game, dan jika saya beruntung saya bisa mengingat dan membuat sketsanya. Saat liburan atau santai juga bisa jadi saat di mana inspirasi mengalir.
Selain itu, film adalah sumber inspirasi saya yang utama dalam membuat karya. Beberapa inspirasi saya ambil dari film seperti Aliens, The Rocketeer, Star Wars, Back to the Future. Sedangkan video game yang paling menginspirasi saya dari segi artistik adalah game Earthworm Jim di SEGA genesis dan Mass Effect.
Punya ilustrator favorit?
Ada dua orang yang ingin saya sebutkan di sini. Pertama adalah Patrick Tatopoulus, ilustrator/desainer/spesialis creature dari film seperti Godzilla, Underworld, 300, I am Legend, I Robot, Silent Hill, Spawn, Independence Day, dan lain-lain. Walaupun dia orang yang bekerja di belakang layar, tetapi karyanyalah yang membuat film tersebut menjadi memorable.
Kedua adalah Adam Hughes, saya menyukai desainnya yang simpel dan klasik seperti superhero zaman dulu dibandingkan dengan desain yang lebih kontemporer di kebanyakan game atau komik sekarang. Menurut saya desain simpel dan ikonik akan lebih mempunyai tempat di hati seseorang dibandingkan dengan karakter desain yang banyak detail, dan ilustrasi Adam Hughes mempunyai gaya klasik and terasa abadi yang sangat saya sukai, terutama desain Catwoman dan Supergirl buatan beliau.
Demikianlah wawancara dengan Nilwafa sebagai art director sekaligus game designer dari Touchten Games. Kunjungi juga link yang saya berikan di akhir artikel ini untuk melihat karya-karya Nilwafa yang lainnya.
Jangan lupa juga sampaikan pertanyaan dan pendapat kamu melalui kolom komentar di bawah ya.
Twitter: nilwafa
Deviant Art: nilwafa
[Artistalk] adalah seri artikelPost [Artistalk] Pengalaman Melalui Berbagai Profesi Untuk Mencapai Mimpi, Wawancara Dengan Art Director Dari Touchten muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.