Kalau kamu rajin mengunjungi situs ini atau berbagai situs gaming lainnya, mungkin kamu akan menyadari bahwa belakangan ini banyak sekali game dengan embel-embel simulator di belakangnya. Fenomena ini sebenarnya tidak terlalu aneh, karena di setengah tahun pertama 2014 saja kita sudah disuguhkan dengan dua kali kejadian “game latah”, yang pertama melalui fenomena kloningan Flappy Bird, dan yang kedua adalah fenomena kloningan Threes! yang berjudul 2048 (atau angka lainnya).
Namun fenomena latah simulator ini cukup berbeda dengan dua fenomena sebelumnya, karena setidaknya di dua fenomena sebelumnya itu kita dibanjiri dengan ratusan game yang betul-betul dapat dimainkan, sedangkan sekarang ini kita hanya disajikan dengan trailer atau screenshot yang terkesan konyol saja.
Beberapa game yang termasuk ke dalam kategori latah simulator in cukup bervariasi. Ada yang betul-betul bisa dimainkan seperti Coming Out Simulator 2014, Smoking Simulator, atau Game Journalism Simulator. Tapi ada juga beberapa game yang tidak jelas wujud gameplay yang dimiliki seperti Rock Simulator 2014 atau Grass Simulator 2014.
Lalu apakah yang menyebabkan munculnya fenomena latah game simulator ini? Latah Flappy Bird cukup wajar karena memang game seperti Flappy Bird sangat mudah untuk dibuat dan “menyenangkan” untuk dimainkan. Latah terhadap 2048 juga cukup bisa dimengerti karena game aslinya yaitu Threes! adalah game yang sangat seru. Tapi alasan untuk latahnya genre simulator jadi-jadian rasanya tidak sesimpel dua game tersebut, atau malah justru lebih simpel.
Untuk kasus “latah simulator” ini saya rasa ada dua jawaban yang paling memungkinkan kenapa fenomena ini bisa terjadi.
Alasan pertama, yang merupakan alasan paling simpel dan masuk akal, adalah komedi. Yap, alasan yang sangat mendasar, karena seluruh game yang berusaha menjadi simulator ini hanyalah lelucon belaka saja. Walaupun cukup aneh juga kreator dari game seperti Rock Simulator 2014 atau Grass Simulator 2014 rela mengeluarkan uang agar bisa masuk ke Steam Greenlight (kamu perlu membayar $100 atau sekitar Rp 1,2 juta untuk bisa submit game ke Greenlight).
Lelucon dalam bentuk game ini juga kemungkinan bisa terwujud berkat kemudahan menggunakan berbagai engine game yang tersedia belakangan ini. Seseorang tidak perlu repot-repot mengerti programming karena dia bisa saja menggunakan sebuah engine disertai dengan berbagai aset bawaan atau gratisan yang tersedia, lalu membuat screenshot dan video simpel dari bahan-bahan tersebut. Awalnya hal ini jelas bisa dianggap cukup lucu, tapi dengan semakin banyaknya “pelawak” yang ikut-ikutan membuat lawakan dengan cara ini, segala game berbau simulator ini malah menjadi terkesan memuakkan.
Alasan kedua saya rasa sedikit lebih kompleks daripada alasan pertama, yaitu tentang masalah publikasi namun tetap dengan sedikit bumbu komedi. Banyak game yang memang betul-betul merupakan sebuah game tiba-tiba ikutan mengusung nama “simulator” seperti beberapa contoh yang sempat saya sebutkan di atas, dan pemilihan nama ini bisa jadi merupakan strategi dari developer untuk mempromosikan game mereka sambil memberikan sedikit komedi. Nama seperti Coming Out Simulator 2014 atau Game Journalism Simulator jelas bisa sangat mempengaruhi perhatian orang yang membacanya, walaupun hal ini selain bisa untuk menarik perhatian juga bisa menjadi bumerang.
Yang saya maksud dengan bumerang di sini adalah bagaimana game tersebut akan dianggap oleh calon pemainnya. Ambil contoh Coming Out Simulator yang sebenarnya memiliki tema yang cukup dalam, tapi karena pemilihan nama dengan embel-embel simulator tersebut, jadi agak susah untuk seseorang menanggapi game ini dengan lebih serius. Apakah jika game seperti Coming Out Simulator dan Game Journalism Simulator dapat menarik perhatian yang sama seandainya mereka tidak menggunakan nama “simulator” di belakangnya? Jawabannya bisa iya dan bisa tidak, tidak akan ada yang bisa tahu jawaban pastinya.
Lihat Juga: Cow Simulator 2014 – Yoi Bro, Cow Simulator
Saya rasa hanya itu dulu saja opini saya tentang mengapa banyak sekali game dengan embel-embel simulator keluar di akhir Juni dan awal Juli ini. Sepertinya kita harus berterima kasih sebesar-besarnya terhadap Goat Simulator yang bisa dibilang merupakan salah satu pionir dari game simulator yang nyeleneh.
Apakah kamu punya teori sendiri juga tentang kenapa genre berembel-embel simulator ini bisa begitu ramai muncul belakangan? Kalau ada, langsung share saja melalui kolom komentar di bawah.
Artikel opini adalah artikel yang didasarkan atas pendapat pribadi sang penulis dan tidak menggambarkan pandangan Games in Asia Indonesia secara umum. Di Games in Asia Indonesia, kami menghargai pendapat semua orang baik penulis, kontributor, dan juga para pembaca.
Post [Opini] Fenomena Banyaknya Game “Simulator” Belakangan Ini – Saat Membuat Game Menjadi Genre Komedi Tersendiri muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.