Tidak ada orang yang tahu akan menjadi apa dia nantinya di masa depan. Terkadang hal-hal yang terlihat seperti perbuatan iseng pun jika mendapat dorongan yang benar bisa menjadi sebuah profesi penuh kreativitas yang positif. Hal inilah yang dialami oleh Yuphita Nofihantiwi, seorang ilustrator yang saat ini bekerja sebagai Supervisor 2D Artist di Gameloft cabang Yogyakarta.
Yuphita memimpin sekelompok artist berbakat lainnya dalam sebuah tim yang mengerjakan game untuk handphone berbasiskan Java. Meskipun teknologi yang menjadi kanvasnya memiliki banyak batasan, hal ini bukanlah sebuah halangan yang dianggap mengganggu, bahkan Yuphita menganggap hal ini sebagai tantangan yang merupakan sebuah uji kemampuan serta pembelajaran besar.
Tanpa basa-basi lagi langsung saja kita cek wawancara kita dengan ilustrator yang satu ini.
Halo Yuphita, bisa cerita-cerita bagaimana kamu bisa menjadi ilustrator seperti sekarang ini?
Sebenarnya dulu tidak pernah ada niat untuk jadi ilustrator. Saya hanya mengikuti kata hati saja, untuk mencoret-coret kertas atau media lain sesuka hati. Saya menuangkan imajinasi saya yang aneh-aneh dengan bentuk yang tidak beraturan, tidak pernah dapat nilai gambar bagus ketika saya SD … hahaha. Ada kejadian suatu hari ketika saya masih SD, saya mencoret-coret seluruh dinding di luar rumah saya dengan krayon dengan hasil karya yang amburadul tak beraturan, untungnya Ibu saya tidak marah dan hasil “karya’ saya itu dipertahankan hingga beberapa tahun tidak dicat ulang.
Tapi ketika memasuki masa SMP, saya bertemu dengan seorang teman yang saya idolakan karena gambarnya yang keren. Pada saat SMP saja teman saya itu sudah bisa menggambar realis dengan sangat oke. Selain itu, guru seni lukis saya waktu itu juga mendorong saya untuk terus menggambar sambil memberi motivasi saya untuk memperbaiki nilai menggambar saya. Jadi secara garis besar, saya diberi motivasi dan diajari untuk menggambar oleh mereka berdua.
Sejak saat itu saya mulai menggambar apa saja yang bisa saya gambar secara manual. Lambat laun terbawa sampai sekarang, dan saya jadi belajar menggambar berkat mereka berdua.
Jadi, mungkin bisa dibilang saya bisa menjadi ilustrator dimulai dari hobi waktu kecil untuk mencoret-coret, dibantu dan dimotivasi oleh beberapa orang, sampai keterusan suka menggambar hingga saya jadi seperti sekarang ini.
Sebagai ilustrator, kamu punya pengalaman bekerja di media apa saja? Serta bagaimana kamu bisa bergabung ke industri game seperti sekarang?
Pengalaman saya kebanyakan sekedar menjadi ilustrator umum. Sebagian besar ilustrator untuk buku anak dan buku motivasi, sisanya kebanyakan untuk majalah.
Kalau untuk bekerja di industri game, pertama kali saya bergabung di industri ini ya di perusahaan yang sekarang yaitu Gameloft.
Awalnya saya tahu soal lowongan di Gameloft dari kampus saya. Pada saat itu saya baru persiapan wisuda (setelah nyaris pemutihan kalau tidak lulus tahun itu juga … hehehe) dan secara kebetulan membaca pengumumannya di kampus. Berhubung lowongannya nampak menantang, jadi saya coba ikut tesnya.
Saya ikut tes menggambar di Gedung Wanitatama Yogyakarta, saat itu saya terpaksa mengantri menggambar hingga sore. Sempat cukup khawatir karena merasa gambar saya tidak cukup keren pada saat tes. Beberapa hari kemudian saya mendapat e-mail dari perwakilan Gameloft dari Vietnam yang memberi tes kedua, sempat dapat revisi, tapi untungnya lolos diterima. yay!
Apakah pandangan kamu tentang industri game dalam negeri saat ini?
Negara kita banyak orang kreatif, dan industri game menjadi sarana untuk memfasilitasi kreativitas mereka. Jadi wajar saja industri game menjamur dan sepertinya memiliki prospek berkembang yang bagus. Terutama dengan semakin banyaknya pengguna smartphone yang bisa menjadi lahan subur menjanjikan untuk dituai. Tapi yang jelas kita tidak akan kekurangan SDM yang oke dan kreatif di sini.
Apakah menurut kamu Gameloft cukup memiliki dampak dan kontribusi dalam industri game di Indonesia?
Ada dampaknya. Gameloft bisa dibilang cukup memotivasi banyak orang untuk mencoba membuat perusahaan game sendiri dengan Gameloft sebagai patokan kesuksesan. Di sisi lain, Gameloft bisa jadi lahan belajar para pembuat industri game lokal.
Di Gameloft kamu bekerja untuk device dengan banyak batasan seperti handphone berbasiskan Java. Apakah hal ini membatasi kreativitas kamu?
Menurut saya kreativitas tidak bisa dibatasi meski batasan dari device memang kadang menjengkelkan, tapi saya malah melihatnya sebagai tantangan tersendiri untuk ditaklukkan.
Jadi, hal positifnya menurut saya ya saya jadi termotivasi untuk menaklukkan batasan yang ada. Berusaha menjadi sekreatif mungkin yang saya bisa untuk menghasilkan kualitas gambar yang baik.
Apa inspirasi utama kamu waktu menggambar? Apakah murni dari berkhayal, atau dari lingkungan dan orang sekitar?
Yang kamu sebutkan tadi semuanya berpengaruh dan saling terkait satu sama lain. Sebagian besar saya berkhayal dulu dan mencari referensi dengan browsing, melihat lingkungan hingga kadang meminta tolong orang lain melakukan pose yang saya mau. Hal ini saya lakukan jika saya merasa tidak mendapat referensi yang cukup karena kadang ingin mendapatkan bentuk dan tekstur yang benar, pencahayaan yang tepat, baru setelah itu dikembangkan sendiri.
Referensi dari sekitar sangat membantu prosesnya.
Pertanyaan terakhir, punya ilustrator favorit?
Ada!
Marta Dahlig dan Jennifer Healy. Saya sangat menyukai warna dan gaya gambar mereka.
Sampai situ dulu perbincangan saya dengan Yuphita. Jika kamu penasaran dengan karya-karya dia beserta timnya, cobalah sekali-sekali cek bagian about dari game Gameloft versi Java yang kamu mainkan. Bisa jadi tanpa kamu sadari game yang kamu mainkan adalah hasil karya tetanggamu sendiri.
Jika kamu tertarik untuk melihat karya-karya Yuphita lainnya di luar game yang dia kerjakan, kamu bisa mengunjungi link deviant-art di bawah ini.
Deviant Art: Nopic
[Artistalk] adalah seri artikelPost [Artistalk] Profesi Yang Lahir Dari Berbagai Dorongan Positif, Wawancara Dengan 2D Artist Supervisor Dari Gameloft muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.